Anda di halaman 1dari 13

KEWARGANEGARAAN

OTONOMI DAERAH

DOSEN PENGAMPU : Heri Usmanto, S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK 11 :

1. DINI SYAHPUTRI
2. MUHAMMAD ANDRA GHIFARI
3. SYIFA HAFIZHAH IRFAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya makalah ini dapat kami rampungkan tepat
pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun yang kami bahas dalam
mata makalah sederhana ini mengenai Otonomi Daerah.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya llmu Pergetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada pihak yang telah memberikan liupalan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Tapi.
kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena iu kami mengharapkan
saran dan kritikan yang sifatnya membangun agar lebih maju di masa yang akan
datang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menjadi track record dan
menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga
berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Jambi, 21 September 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.     Latar Belakang......................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C.    Tujuan penulisan....................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A.    Pengertian otonomi daerah.....................................................................................................3
B. Tujuan  dan Prinsip Otonomi Daerah........................................................................................4
C. Manfaat Otonomi Daerah..........................................................................................................6
D. Contoh Penerapan Otonomi Daerah..........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
Kesimpulan....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang


    Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para founding fatherstelah
menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara.
       Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara
sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada
era kembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959.1
         Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa
dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode
lainnya terlihat adanya perbedaan dalam intensitasnya.
        Sebagai  perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah penting
sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan
cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut
masih jauh dalam realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan ketimbang
sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi
Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru menuju kea
rah Otonomi Daerah yang sebenarnya.
        Beberapa faktor-faktor yang  menetukan prospek otonomi daerah, diantaranya, yaitu :
 Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis)
dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam
pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah
yang terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat
daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut.

1
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI – Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret
2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI., Hal. 32

1
 Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan  Daerah. Salah stu cirri daerah otonom
adalah terletak pada kemampuan self supportingnya / mandiri dalam bidang
keuangan. Karena itu, kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.Sumber keuangan daerah yang asli,
misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta
hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi
keuangan daerah.
 Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup
dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi
penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah yang akan sangat
berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
 Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan
organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat
dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-
sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan daerah.
             Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor
tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih
menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita
berkeinginan untuk merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian
yang sungguh-sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian otonomi daaerah
2.      Menjelaskan sejarah perkembangan otonomi daerah di Indonesia
3.      Menjelaskan dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
4.      Menjelaskan tujuan dan prinsip otonomi daerah

2
C.    Tujuan penulisan
              Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada
umumnya mampu memahami bagaimana otonomi daerah.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian otonomi daerah


           Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri
dannamos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat
diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.2
            Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai “mandiri”. Sedangkan makna
yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Otonomi daerah dengan demikian berarti
kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai
kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi sesuai yang
dibutuhkan daerah maka dapat dikatakan bahwa daerah sudah berdaya (mampu) untuk
melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa :
1.  F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atau
kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang

2
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI – Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret
2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

3
lain atau pihak tertentu). Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
3.  Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah
daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
           Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah
adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara
informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983)
mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai
kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas (kekuasaan atau
wewenang) yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material
yang substansial (sesunggguhnya atau yang inti) tentang fungsi-fungsi yang berbeda.
             Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak dikemukakan oleh para
pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa Otonomi Daerah yaitu kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa (inisiatif)
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan daerah otonom itu sendiri adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B. Tujuan  dan Prinsip Otonomi Daerah


1)      Tujuan Otonomi Daerah
            Menurut pengalaman dalam pelaksanaan bidang-bidang tugas tertentu sistem
Sentralistik tidak dapat menjamin kesesuaian tindakan-tindakan Pemerintah Pusat dengan
keadaan di daerah-daerah. Maka untuk mengatasi hal ini, pemerintah kita menganut sistem
Desentralisasi atau Otonomi Daerah. Hal ini disebabkan wilayah kita terdiri dari berbagai
daerah yang masing-masing memiliki sifat-sifat khusus tersendiri yang dipengaruhi oleh
faktor geografis (keadaan alam, iklim, flora-fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi dan
bahasa), tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Dengan sistem Desentralisasi diberikan
kekuasaan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan keadaan
khusus di daerah kekuasaannya masing-masing, dengan catatan tetap tidak boleh
menyimpang dari garis-garis aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Jadi pada

4
dasarnya, maksud dan tujuan diadakannya pemerintahan di daerah adalah untuk mencapai
efektivitas pemerintahan.
      Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini bersifat mandiri dan
bebas. Pemerintah daerah bebas dan mandiri untuk membuat peraturan  bagi wilayahnya.
Namun, harus tetap mempertanggungjawabkannya dihadapan Negara dan pemerintahan
pusat.
Selain tujuan diatas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan dari otonomi daerah.
Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi daerah dilihat dari segi politik, ekonomi,
pemerintahan dan sosial budaya, yaitu sebagai berikut :3
a)  Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah
penumpukan kekuasaan dipusat dan membangun masyarakat yang demokratis, untuk
menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam menggunakan
hak-hak demokrasi.
b)  Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah untuk mencapai
pemerintahan yang efisien.
c)      Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaran otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.
d)     Dilihar dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
            Untuk mencapai tujuan otonomi daerah tersebut, sebaiknya dimulai dari diri sendiri.
Para pejabat harus memiliki kesadaran penuh bahwa tugas yang diembannya merupakan
sebuah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan. Selain itu, kita semua
juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam rangka tercapainya tujuan otonomi
daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya bukan hal yang mudah karena tidak
mungkin dilakukan secara instan. Butuh proses dan berbagai upaya serta partisipasi dari
banyak pihak. Oleh karena itu, diperlukan kesungguhan serta kerjasama dari berbagai pihak
untuk mencapai tujuan ini.
2)      Prinsip Otonomi Daerah
        Atas dasar pencapaian tujuan diatas, prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam
pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai berikut (Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004) :

3
Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi Daerah.
Dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4437, dikutip pada 27 Maret 2012

5
a)      Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang
menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran
serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan
kesejahteraan rakyat.
b)      Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan
bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani
urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap
daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi
yang bertanggunjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-
benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan
bagian utama dari tujuan nasional.

C. Manfaat Otonomi Daerah


  Adapun manfaat Otonomi Daerah yaitu :
1. Pelaksanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan Masyarakat di Daerahyang
bersifat heterogen.
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat terstruktur
daripemerintah pusat.
3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.
4. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya "penetrasi" yang lebih baik
dariPemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat jauh daripusat,
di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami oleh masyarakatsetempat atau
dihambat oleh elite lokal, dan di mana dukungan terhadapprogram pemerintah sangat
terbatas.
5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan
didalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapat memperluas
kesamaandalam mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.

6
6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat di Daerahuntuk
meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.
7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat puncak
di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapat diserahkan kepada pejabat
Daerah.
8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat dapat dikoordinasi
secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah NGOsdi berbagai Daerah.
Propinsi, Kabupaten, dan Kota dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi
program pemerintah.
9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan
partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program.
10. Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elite
lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan nasional dan
tidak sensitif terhadap kebutuhan kalangan miskin di pedesaan.
11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Kalau
mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yang lainnya.
12. Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan pelayanan dan fasilitas secara
efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan
evaluasi implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik daripada yang
dilakukan oleh pejabat di Pusat.
13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional dengan memberikanpeluang
kepada berbagai kelompok masyarakat di Daerah untuk berpartisipasisecara langsung
dalam pembuatan kebijaksanaan, sehingga dengan demikian meningkatkan
kepentingan mereka di dalam memelihara sistem politik.
14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan biaya yang lebih
rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban pemerintah Pusat karena sudah
diserahkan kepada Daerah.

D. Contoh Penerapan Otonomi Daerah


Aturan Kebijakan Daerah

kebebasan pemerintah dalam membuat kebijakan daerah, pemerintah daerah tersebut bisa
berupa Gubernur, Bupati, Camat, Kepala desa, Ketua RW, hingga Ketua RT diperbolehkan
membuat kebijakan serta kewenangan dalam ruang lingkup wilayah yang dipimpinnya
dengan memperhatikan nilai dan norma yang berlaku.

7
Penentuan UMR ( Upah Minimum Regional )

Pemerintah daerah akan menentukan UMR sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di
suatu wilayah, kebijakan ini pastinya dibuat dengan mempertimbangkan banyak hal dan tidak
hanya mendukung satu pihak saja.

Penggunaan APBD

pemerintah memiliki hak dan kewajiban dalam mengelola APBD secara penuh tanpa campur
tangan pemerintah pusat. Sehingga pemerintah daerah bisa mengalokasikan dana ke suatu
kebutuhan tertentu yang memang dibutuhkan wilayah tersebut.

Retribusi Daerah ( Pengenaan Pajak )

Retribusi daerah yang dikenakan juga akan masuk ke APBD, sehingga ia akan dikembalikan
dalam bentuk pembangunan infrastruktur ataupun hal lainnya yang akan bermanfaat bagi
masyarakat itu sendiri. Hal ini ditunjukkan agar pengelolaan retribusi daerah bisa tepat
sasaran dan berguna bagi masyarakat setempat.

Desentralisasi Kehutanan

Kewenangan atas tanggung jawab hutan diserahkan secara langsung ke pemerintah daerah.
Agar keamanan hutan bisa terjaga secara langsung, baik pemerintah daerah maupun Polisi
hutan akan bekerja sama dalam menjaga hutan tersebut dari penebangan liar ataupun hal lain
yang dapat merusak hutan

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berbicara mengenai perjalanan dan perkembangan otonomi (pemerintahan) daerah di
Indonesia dengan segala aspeknya seperti mengurai suatu ”kisah”
yang sangat panjang. Bahkan mungkin tidak banyak lagi publik yangmencoba mereviewnya,
kecuali bagi kalangan peneliti atau untuk keperluan studi. Secara praktis tentu hal itu tidak jadi
masalah, karena kebijakan mengenai otonomi daerahdari suatu regulasi yang sudah tidak
berlaku lagimungkin sudah kehilangan manfaat. Namun bagi keperluan mendapatkan suatu subtansi dan
menemukan masalah-masalah disekitar implementasi otonomi daerah di Indonesia, maka menelusuri
perjalanan otonomi daerah dari waktu ke waktu sepertinya sangat penting. Apalagi sampai saat inis oal
otonomi daerah di Indonesia masih mencari bentuknya yang ideal. Dalam perspektif ini, dengan menelusuri
regulasi berkaitan dengan otonomi daerah setidaknya akan ditemukan mengapa kebijakan otonomi daerah di
Indonesia selalu berubah-ubah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Diklat Teknis Penganggaran di Era Desentralisasi, kerjasama LAN – Depdagri.

Seminar Desentralisasi Pemerintahan “Inventarisasi Penyerahan Urusan Pemerintahan”


Refleksi 10 tahun Otonomi Daerah, Ditjen Otda – Depdagri.

Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI – Jurnal


Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI.

Siregar, Faris. 2011. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah.


Dari http://catatankuliahpraja.blogspot.com/2011/09/hambatan-pelaksanaan-otonomi-
daerah.html, dikutip pada 27 Maret 2012
Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi Daerah.
Dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4437, dikutip pada 27 Maret 2012
Lubis, Rusdi. 2011.PEMBINAAN SDM UNTUK PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.
D http://www.harianhaluan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=2474:pembinaan-sdm-untuk-pelaksanaan-
otonomi-daerah&catid=11:opini&Itemid=83, dikutip pada 27 Maret 2012
Undang-Undang No. 22/1999

Undang-Undang No. 32/2004

Undang-Undang No. 33/2004

10

Anda mungkin juga menyukai