Anda di halaman 1dari 2

Memilih Topik 1 Tentang Pengetahuan , Sikap dan Pendidikan dengan Pencegahan Demam

Berdarah Dengue Menggunakan Prinsip Menguras, Menutup dan Memanfaatkan Kembali.

Dalam Kasus Topik di atas Tanggapan saya tentang Masalah ini adalah

1. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk, terutama Aedes aegypti. Pada daerah tropis
dan subtropis, penyakit DBD merupakan penyakit endemik yang muncul sepanjang
tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi optimal untuk perkembangbiakan
nyamuk. Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakan yang
utama di Indonesia. Pada tahun 2015, tercatat terdapat 126.675 penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu 100.347 penderita DBD
dan terdapat 907 penderita yang meninggal dunia. Selain itu, terjadi pula peningkatan
luas daerah penyebaran DBD dari 2 provinsi dan 2 kota pada tahun 1968 menjadi 34
provinsi dan 436 kabupaten/kota pada tahun 2015.

2. 2 Peningkatan jumlah penderita dan luas daerah penyebaran DBD di Indonesia ini
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan,
perubahan iklim, peningkatan kepadatan penduduk, perubahan distribusi penduduk.
Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, dan arah udara
sehingga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

3. Tingginya angka kejadian DBD juga dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
masyarakat mengenai DBD, mulai dari cara perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti,habitat nyamuk, cara penularan, perjalanan penyakit DBD, gejala penyakit DBD,
hingga penanganan penyakit DBD. Selain itu, kondisi rumah seperti tata kelola dan tata
letak barang di rumah juga dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian DBD. 2

Penyebab Permasalahan Pada Topik Nomor 1 tentang Pengetahuan , Sikap dan Pendidikan
dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menggunakan Prinsip Menguras, Menutup dan
Memanfaatkan Kembali.

1. Peningkatan Jumlah Kejadian DBD di duga kuat berhubungan dengan Faktor Perilaku
Masyarakat dalam melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN) yang
masih buruk.
2. Terdapat Hubungan antara pendidikan dan sikap dengan pengetahuan masyarakat
mengenai tindakan PSN
3. Terdapat hubungan yang berarti antara pengetahuan masyarakat dengan perilaku
pencegahan terhadap penyakit demam. Hal ini membuktikan bahwa responden dengan
tingkat pengetahuan yang cukup baik akan mempunyai perilaku terhadap pencegahan
penyakit demam berdarah dengue yang baik pula.
Solusi Upaya Perbaikan dalam Kasus Topik Tentang Pengetahuan , Sikap dan Pendidikan
dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menggunakan Prinsip Menguras, Menutup dan
Memanfaatkan Kembali.

1. Program pencegahan dan pengendalian penyakit DBD perlu dilakukan dengan komitmen
khusus dari para pemangku kebijakan dari tingkat atas hingga tingkat bawah. Saat ini,
Kementerian Kesehatan telah mencanangkan program Program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui cara 3M plus. Seperti yang telah diketahui, 3M terdiri dari
menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Adapun yang dimaksud
dengan 3M plus adalah metode 3M yang disertai dengan kegiatan pencegahan lainnya
seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk atau anti
nyamuk, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam
rumah, dan lain-lain. Selain 3M Plus, Kementerian Kesehatan juga sudah mencanangkan
program 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kejadian
DBD di Indonesia.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai PSN menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PSN.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
masyarakat. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
penyuluhan. Penyuluhan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, baik secara masal
maupun secara individual dengan mendatangi rumah warga satu per satu. Upaya
penyuluhan ini dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat primer dengan melibatkan
kader kesehatan agar pelaksanaan penyuluhan menjadi lebih efektif.

3. Dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan


penyakit DBD melalui program PSN, diperlukan kerjasama antara pemerintah daerah
dengan Dinas Kesehatan setempat dan sektor kesehatan primer, terutama puskesmas.
Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Kabupaten/Kota maupun Pemerintah Provinsi perlu
menggalakkan pelaksanaan program PSN di daerahnya. Hal tersebut dapat didukung
dengan penyediaan sumber daya manusia (tenaga kesehatan), dana, sarana dan prasarana
yang memadai bagi pelaksanaan program PSN.

4. Pelatihan tatalaksana kasus DBD untuk dokter dan tenaga kesehatan di puskesmas dan
rumah sakit juga perlu dilakukan. Selain itu, pemerintah daerah juga dapat menyusun
kebijakan terkait upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD yang sesuai dengan
kondisi daerah dan masyarakatnya. Dengan adanya dukungan dari Pemerintah Daerah,
Dinas Kesehatan, dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer serta adanya partisipasi aktif
dari masyarakat, diharapkan program PSN dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat
menurunkan angka kejadian DBD di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai