Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK

PENGANTAR OSEANOGRAFI

Oleh:

CLAUDIA PATRICIA TANDUNGAN


I1B119052

PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktek Pengantar Oseanografi

Nama : Claudia Patricia Tandungan


Stambuk : I1B119052
Program Studi : Budidaya Perikanan

Laporan disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada


Matakuliah Pengantar Oseanografi Semester Genap 2019/2020

pada
Program Studi Budidaya Perairan

Disetujui Oleh
Penanggung Jawab Paktikum

…………………………………

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata oceanus yang berarti
lautan/samudera dan graphos yang berarti gambaran/deskripsi sehingga oseanografi
bermakna deskripsi tentang lautan. Pengetahuan tentang oseanografi sangat diperlukan
terutama sebagai pengetahuan dasar bagi ilmu-ilmu perikanan, manajemen perairan,
budidaya laut, dan kelautan. Pengetahuan dasar tentang parameter oseanografi mmeliputi
pengertiannya, karakteristiknya, faktor-faktor yang mempenaruhinya, dinamikanya dan
keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter lainnya.
Deskripsi tentang lautan yang baik haruslah menggunakan indikator-indikator
berupa parameter-parameter oseanografi dengan kaidah pengamatan yang ilmiah.
Pengumpulan data untuk masing-masing parameter menggunakan peralatan-peralatan yang
memadai dan metode-metode yang benar. Kelebihan dan kekurangan dari peralatan dan
metode pengamatan yang digunakan perlu diketahui dan dikemukakan secara terbuka.
Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengumpulan data perlu di
pahami dan diaplikasikan dengan baik sehingga diperoleh data-data yang valid. Data-data
itu kemudian harus di sajikan dengan bentuk-bentuk penyajian data yang menarik dan
mudah dipahami.
Dalam rangka mendapatkan kompetensi tentang penguasaan metode pengamatan
parameter-parameter oseanografi dan penyajian datanya maka diperlukan suatu kegiatan
praktik di lapangan. Idealnya kegiatan pengumpulan data lapangan didukung dengan studi
pustaka diharapkan dapat memberikan keterampilan untuk melengkapi pengetahun teoritis
yang diperoleh di ruang kuliah. Namun karena adanya kendala yang menyebabkan kita
tidak mungkin melakukan pengamatan lapangan, maka kegiatan praktikum pengantar
oseanografi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dipadukan dengan
studi pustaka dan pengamatan dengan media video.
Beberapa parameter oseanografi yakni suhu, salinitas, dan arus menjadi topik
dalam praktikum ini. Secara toritis suhu perairan, salintas dan arus merupakan parameter
yang paling umum diamati dalam pengamatan oseanografi. Ketiga parameter ini sangat
penting perannya secara biologi dan fisik di laut. Suhu berkaitan erat dengan metabolisme
biota laut sehingga menjadi faktor pembatas distribusi biota laut. Salinitas berkaitan
dengan proses osmoregulasi biota laut yakni pengaturan kesimbangan osmosis cairan
tubuh dengan lingkungan perairan. Arus berperan penting dalam transport sedimen,
nutrient dan larva hewan air.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
a. Suhu:
 Menggambarkan grafik fluktuasi harian suhu permukaan perairan di lokasi
praktek, selama 24 jam.
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi suhu
permukaan perairan pantai di lokasi praktek.
b. Salinitas:
 Menggambarkan grafik fluktuasi harian salinitas permukaan perairan di
lokasi praktek, selama 24 jam.
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan bervariasi/tidaknya
salinitas permukaan perairan di lokasi praktek.
c. Arus:
 Menentukan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan arah
arus.
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada
mahasiswa tentang pengamatan beberapa parameter oseanografi.

2
II. LANDASAN TEORI

2.1. Suhu Perairan


Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu pada setiap
penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya mengetahui
suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia maupun bilogi di laut.
Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena
antara lain adanya perbedaan densitas (kerapatan) massa-massa air. Sedangkan densitas
sangat ditentukan oleh suhu. Dengan mempelajari distribusi suhu di perairan pada waktu
dan tempat tertentu diharapkan pola arus diperairan itu dapat diketahui.
Demikian pula dalam mempelajari kimia oseanografi, suhu adalah merupakan
salah satu faktor yang perlu diketahui. Hal ini disebabkan peranan suhu dalam pelarutan
unsur-unsur maupun senyawa kimia. Makin tinggi suhu perairan, maka akan semakin
tinggi pula derajat kelarutan perairan atau reaksi kimia antara unsur atau senyawa satu
dengan lainya. Pada kegiatan usaha perikanan, peranan suhu dapat ikut menentukan
keberhasilan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh sifat ikan yang menyukai hidup
pada kisaran suhu tertentu. Apabila distribusi suhu perairan pada permukaan dan pada
berbagai kedalaman diketahui, tempat-tempat gerombolan ikan tertentupun akan dapat
diduga, sehingga untuk mendapat hasil optimal alat penangkapan ikan pun dapat ditujukan
ketempat tersebut. Pada usaha pertambakan di daerah pantai, suhu akan mempengaruhi
produktivitas perairan.
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Laut
Seperti proses yang terjadi di atmosfir, radiasi matahari yang masuk kelaut
sebagian akan diserap dan sebagian lainya akan mengalami pembauran. Di dalam proses
penyerapan tersebut, radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik diubah menjadi
energi kinetis yang lazim kita kenal sebagai panas. Panas inilah yang menjadi faktor utama
pembentuk suhu air laut. Sedangkan penguapan juga mempengaruhi suhu laut, tetapi
bersifat negatif. Keadaan tersebut disebabkan karena semua proses penguapan akan
memerlukan energi atau panas. Dua faktor diatas, radiasi matahari dan penguapan,
merupakan faktor-faktor yang paling berperan dan menentukan besarnya suhu perairan.
Beberapa faktor lain seperti proses kimia, proses biologi, pergerakan arus dan panas yang
berasal dari pusat bumi, mempunyai peranan sangat kecil terhadap suhu perairan. Seperti

3
telah kita pelajari, proses atau reaksi kimia dapat bersifat menghasilkan panas dan ada pula
yang memerlukan panas, demikian pula proses biologi. Namun demikian proses tersebut
sangat sangat kecil peranannya. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, suhu
perairan-perairan di dunia ini berkisar antara 35oC sampai –2oC. Untuk perairan di daerah
tropis seperti perairan indonesia, variasi yang terjadi kecil.

Penyebaran Suhu Horizontal


Penyebaran suhu secara horisiontal untuk perairan Indonesia tidak mengalami
variasi. Dari hasil-hasil penelitian, tempat-tempat atau perairan yang mempunyai suhu
yang sama dihubungkan dan membentuk garis. Garis-garis tersebut dikenal dengan garis
isotherm. (iso = sama ; therm = suhu) pada sebaran suhu samudra dunia garis-garis
isotherm dipermukaan pada umumnya sejajar dengan garis lintang bumi. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang terletak pada lintang yang sama, pada umumnya
akan mengalami radiasi matahari yang sama besar pula. Karena radiasi matahari adalah
sumber utama pembentuk suhu laut, maka daerah-daerah tersebut akan mengalami suhu
yang sama pula.
Metode pengukuran suhu laut
Suhu di laut diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu
termometer. Mengukur suhu dipermukaan laut mudah dilakukan. Tetapi untuk mengukur
kedalaman tertentu agak sukar. Hal ini dapat dimengerti, karena apabila kita mengambil
contoh air dari kedalaman 100 meter dan kemudian suhu baru diukur di atas permukaan
laut, maka suhu tersebut sudah berubah karena sudah mendapat pengaruh dari lapisan air di
atas. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, para ahli telah menciptakan termometer khusus
yang disebut thermometer bolak-balik (reversing thermometer).
Bila kita menginginkan pengukuran suhu secara terus menerus atau
berkesinambungan (continuous) ke arah dalam, hal ini dapat digunakan alat
bathythermograph. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengindera panas dan pengukuran
tekanan air. Jadi dengan menggunakan alat ini kita dapatkan catatan suhu dan tekanan dan
kedalaman air.

4
2.2. Salinitas

Salinitas sama halnya dengan suhu merupakan parameter penting dalam


oseanografi. Salinitas berperan besar dalam kehidupan biota laut. Seperti halnya terhadap
suhu, ikan juga mempunyai kesenangan hidup di perairan dengan harga salinitas tertentu.
Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat pada usaha penangkapan ikan. Karena salinitas
dipengaruhi oleh pencampuran massa air, maka salinitas juga merupakan parameter
penting dalam mempelajari gerakan mesa air.
Air laut merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa yang
ada di dalam air. Perbandingan antara komponen-komponen yang ada di semua air laut
menunjukan suatu kesamaan. Sedangkan penguapan dan penambahan air dari sungai akan
menimbulkan variasi kandungan senyawa-senyawa yang ada. Perbandingan antara
komponen-komponen senyawa kimia yang terlarut di air laut adalah tetap pada perairan
atau laut terbuka di dunia ini. Hal ini merupakan hasil penemuan terpenting pada ekspedisi
Challenger yang dilakukan oleh Inggris pada tahun 1872 – 1876.
Untuk mengukur kandungan total senyawa-senyawa kimia laut adalah mudah.
Ambillah 1 kilogram air laut dan panaskanlah sampai kering, kemudian timbanglah sisa
yang ada. Sisa dari satu kilogram air laut kira-kira adalah 35 gram. Salinitas dapat
didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut, dengan
anggapan bahwa semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida-oksidanya, brom
dan jodium digantikan oleh chlor dan semua bahan-bahan organik telah dioksidasi dengan
sempurna. Di dalam bidang oseanografi, ketelitian yang diharapkan dalam menentukan
salinitas adalah 0,01 gram per kilogram. Dengan cara penguapan tadi akan sulit
mendapatkan ketelitian seperti itu. Untuk menganalisa seluruh senyawa di dalam air laut
tentu bukan pekerjaan yang mudah. Dari semua kemungkinan yang ada, dipilih bahwa
penentuan kandungan chlor (CL) dalam air laut adalah yang termudah. Banyaknya chlor di
dalam air laut disebut chlorinitas, yang pada umumnya dinyatakan dalam permil atau gram
per kilogam air laut (‰). Karena perbandingan antara senyawa-senyawa laut yang selalu
konstan, maka didapatkan hubungan antara chloronitas dengan salinitas:
Salinitas = 1,80655 x chlorinitas
Untuk menyamakan derajat ketelitian dalam penentuan chlorinitas, dibangunlah
laboratorium di Copenhagen, Denmark, yang menghasilkan air-air laut standard atau

5
normal yang dikirim ke seluruh dunia. Air laut normal ini mempunyai kadar chlor sekitar
19,3755‰ yang sangat mantap. Air normal dikirim ke berbagai tempat dalam ampul gelas
berukuran sekitar 300 cc. Dengan demikian penentuan chlorinitas air laut di seluruh dunia
dapat distandarisasi. Disamping mengukur kandungan chlor air laut saat ini telah
digunakan pula daya hantar listrik sebagai cara untuk menentukan salinitas. Alat ini
disebut salinometer. Dalam perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu alat pengukur
salinitas yang dinamakan refraktometer bahkan dalam bentuk portable yang disebut hand
refractometer.
Diagram Temperatur-Salinitas (T-S DIAGRAM)
Bila pada suatu perairan dilakukan pengukuran suhu serta salainitas secara vertikal,
maka kita tidak akan melihat suatu yang khas. Grafik-grafik hasil pengukuran itu akan
selalu berubah-ubah tergantung dari banyak faktor. Tetapi bila suhu dan salinitas yang
didapat pada perairan tersebut kita plotkan pada suatu sumbu koordinat tertentu (suhu
sebagai ordinat dan salinitas sebagai absis), maka titik-titik itu akan membentuk grafik
tertentu. Hal ini dapat terjadi meskipun titik-titik tersebut hasil penelitian yang berbeda-
beda waktunya. Titik-titik tersebut dapat dihubungkan menjadi satu garis lurus atau
lengkug. Garis seperti inilah yang dinamakan dengan T-S diagram. T-S diagram di
beberapa perairan merupakan sifat khas, yang berarti pula tidak ada duanya. Pada perairan
yang homogen (seragam), yang ditandai oleh salinitas dan suhu sama di mana-mana, maka
kita akan mendapatkan T-S diagram yang berupa titik saja. Kalau perairan itu bercampur
dengan massa air dengan sifat-sifat yang tidak sama, maka T-S diagram akan mengalami
perubahan letak. Perubahan itu tergantung pada besar massa. Perbedaan suhu, dan salinitas
dari dua massa air tersebut.
Karena T-S diagram merupakan suatu yang khas untuk suatu perairan, maka dapat
dipergunakan untuk:
 Melihat apakah pengukuran suhu atau salinitas pada berbagai kedalaman baik atau
tidak. Pengkuran yang baik akan selalu dekat dengan T-S diagram yang ada dari
perairan tersebut.
 Dengan mengetahui salah satu parameter suhu atau salinitas, kita dapat mengetahui
parameter lainnya.
 Dengan mempertimbangkan T-S diagram dari beberapa perairan, maka kita dapat
mempelajari proses percampuran massa air yang terjadi.

6
2.3. Arus
Di darat kita mengenal sungai yang mengalirakan airnya dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Aliran ”sungai” seperti keadaan diatas juga terjadi di laut. Aliran
”sungai” tadi lebih kenal dengan nama arus. Bahkan ada arus dibawah permukaan laut
yang tidak tampak dari permukaan. Adanya arus dilaut di sebabkan oleh:
- Perbedaan densitas dari air laut.
- Angin yang bertiup terus-menerus diatas permukaan air laut,seperti angin passat dan
muson.
- Pasang-surut terutama di daerah-daerah pantai.
Jika ditanya faktor apa yang menyababkan adanya arus di dilaut? Jawabanya ialah
radiasi matahari.
Pemanasan matahari tidak sama di satu tempat dengan tempat lain,karena berbagai faktor
seperti:
- Sudut datang dari sinar matahari yang berbeda.
- Keadaan awan di tempat tersebut.
- Keadaan tempat itu sendiri.
- Benda-benda yang ada pada tempat itu.
Akibat pemanasan udara di atas tempat tadi akan menerima panas yang berbeda
pula. Makin panas udara di tempat tersebut makin renggang udaranya. Dengan makin
renggangnya udara, tekanannya akan semakin kecil. Dengan adanya perbedaan tekanan
udara tadi, akan ada angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Jika angin ini bertiup diatas permukaan laut, air laut akan terseret dan
menimbulkan arus laut.
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan
penguapan. Tempat-tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan
berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat dengan
penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut diberbagai tempat di laut menimbulkan
arus. Kejadian tersebut dapat diterangkan secara sederhana sebagai berikut(Gambar 1 dan
2).

7
Pemanasan kurang Pemanasan banyak
Penguapankurang Penguapan besar
Udara padat Udara regang Penguapan kecil Penguapan besar
Hembusan angin

A B

Arah arus Permukaan


Arah arus
laut
Massa air
turun

Gambar 1. Arus laut disebabkan oleh angin Gambar 2. Arus laut akibat perbedaan densitas

Di suatu tempat A di permukaan laut penguapan kecil. Sedangkan di tempat B


pengupan yang besar. Keadaan ini menyebabkan densitas massa air di tempat B manjadi
lebih tinggi dari massa air di sekitanya. Massa air di B akan tengelam. ”Kekosongan” di
tempat B akan di isi oleh massa air di tempat A. sedangkan “Kekosongan” di A akan diisi
oleh air dari dasar perairan A. Gerakan akibat desakan massa air yang tenggelam di muka
perairan B. Gerkan massa air laut atau sirkulasi tadi disebut pula arus.
Di daerah pantai pengaruh pasang-surut dapat terlihat dengan jelas yaitu naik dan
turunnya permukaan air laut. Naik turunnya permukaan air laut mempengaruhi aliran
massa air terutama di muara-muara sungai. Jika surut, permukaan air laut lebih rendah dari
permukaan laut rata-rata, sehingga air alaut mengalir menjaui pantai. Aliran massa air
tersebut disebut pula arus. Perubahan arah aliran arus sesuai dengan waktu pasang surutnya
air laut yang terjadi yaitu sekitar 12 jam sekali. Sehingga bila jam 06.00 pagi terjadi pasang
(arus mengalir ke arah daratan)dan pada jam 18.00 sore akan terjadi pasang kembali yang
berarti arus mengalir kembali ke arah daratan.
Arus akibat pasang surut air laut ini dan arus-arus akibat angin dan perbedaan densitas
masih dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat meredam atau mengubah arahnya. Faktor
yang dapat meredam arus adalah gaya gesekan dengan dasar perairan.

8
III. METODE PRAKTEK

3.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini meliputi peralatan pengumpulan
data dan peralatan analisis, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam parktikum.


No. Nama Kegunaan
1. Thermometer raksa Mengukur suhu perairan
2. Hand Refractometer Mengukur salinitas perairann
3. Tissu Membersihkan hand refractometer
4. Aquades Membilas hand refractometer
5. Layangan arus Mengukur kecepatan arus
6. Stopwatch Mengukur kecepatan arus
7. Alat tulis Mencatat Data
8. Microsoft Excels dan Word Menganalisis data dan menyusun laporan

3.2. Prosedur Pengamatan


a. Pengamatan Suhu:
Adapun prosedur pengamatan untuk mengukur suhu perairan adalah sebagai

berikut:

- Menyiapkan thermometer
- Menyelupkan thermometer pada perairan selama ± 3 menit
- Melihat skala yang terbaca pada thermometer (lihat didalam air yang diukur)
- Mencatat hasil yang diperoleh

b. Pengamatan Salinitas :
Adapun prosedur pengamatan untuk mengukur salinitas perairan adalah sebagai
berikut:
- Menyiapkan hand refraktometer
- Mengalibrasi menggunakan aquades

9
- Mengambil setetes air laut dengan pipet tetes
- Meneteskan kealat pembaca hand refraktometer
- Arahkan ketempat arah sumber cahaya, agar mudah melihat hasilnya
- Mencatat hasil yang diperoleh
- Kalibrasi menggunakan air aquades

c. Pengamatan Arus
Adapun prosedur pengamatan untuk mengukur kecepatan arus perairan adalah
sebagai berikut:
- Menyiapkan layangan arus yang telah dilengkapi dengan pelampung, tali rafia
sepanjang 10 meter dan pemberat
- Menyiapkan stopwatch dan kompas
- Menyalakan kompas untuk mengetahui arah arus
- Menyimpan layangan arus keatas permukaan air laut sesuai dengan arah arus
- Melepaskan layangan arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch
- Pegang ujung tali rafia hingga renggang
- Catat waktu yang diperoleh layangan arus untuk dapat meregangkan tali rafia
tersebut.
- Kecepatan arus dihitung dengan menggunakan rumus: v = S/t

3.3. Analisis Data

Data-data hasil pengamatan suhu dan salinitas ditabulasi kemudian disajikan dalam
bentuk grafik yang menghubungkan suhu/salinitas dengan jam pengamatan selama 24 jam.
Adapun data hasil pengamatan kecepatan arus dihitung dengan rumus :
V = S/T
Dimana : V = kecepatan arus (m/detik)
S = jarak yang di tempuh layangan arus (panjang tali layangan arus)(m)
T = waktu tempuh layangan arus hingga talinya terrentang sempurna (detik)

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengukuran suhu perairan selama 24 jam di lokasi praktek disajikan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Fluktuasi Suhu Perairan di Lokasi Praktek Selama 24 Jam

Hasil pengukuran salinitas perairan di Lokasi Praktek setiap jam selama 24 jam
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Salinitas di Perairan Pantai Pulau Bokori
Setiap Jam Selama 24 jam
Jam (Wita) Salinitas (o/oo) Jam (Wita) Salinitas (o/oo)
10.00 29 22.00 31
11.00 29 23.00 32
12.00 28 24.00 33
13.00 30 01.00 33
14.00 31 02.00 34
15.00 30 03.00 33
16.00 35 04.00 33
17.00 32 05.00 33
18.00 32 06.00 34
19.00 35 07.00 33
20.00 33 08.00 31
21.00 31 09.00 31

11
Hasil pengamatan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek saat air dalam kondisi

pasang dan surut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air
laut dalam keadaan surut.
Kecepatan Arus Dasar
Stasiun (m/det) Arah Arus Arah Angin Perairan
I 0,066 Barat Laut Barat Pasir, Landai
II 0,070 Barat laut Barat Pasir, Landai
III 0,055 Barat Daya Barat Pasir, Landai
IV 0,058 Barat Daya Barat Pasir, Landai
V 0,034 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VI 0,057 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VII 0,016 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VIII 0,024 Barat Daya Barat Pasir, Landai

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air
laut dalam keadaan pasang
Kecepatan Arus
Stasiun (m/det) Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0.059 Barat laut Timur Pasir, Landai
II 0,179 Barat laut Timur Pasir, Landai
III 0,054 Timur Laut Timur Pasir, Landai
IV 0,016 Timur Laut Timur Pasir, Landai
V 0,024 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VI 0,082 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VII 0,012 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VIII 0,007 Barat Daya Timur Pasir, Landai

4.2. Pembahasan

4.2.1. Suhu
Suhu adalah besaran yang menunjukan derajat panas dingin suatu perairan dan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan,
karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri
organisme-organisme tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran diperairan pulau Bokori, suhu tertinggi terjadi pada
sore hari yaitu 33oc pada puku 15:00 WITA, hal ini karena pada saat tersebut terjadi proses
penguapan yang besar yang diakibatkan oleh pancaran sinar matahari, hal ini sesuai
dengan pernyataan (Patty, 2013) yang mengatakan Bahwa Faktor yang mempengaruhi
Suhu yaitu Pola sirkulasi Udara. Sedangkan suhu terendah yaitu 26oc terjadi pada pukul

12
03;00 WITA, hal ini terjadi karena pada malam hari suhu perairan dingin akibat adanya
angin yang berhembus, selain itu faktor lainya yang menyebabkan suhu tinggi atau rendah
bergantung pada letak ketinggian permukaan air laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Purba dan Alexander, 2010) yang mengatakan bahwa suhu bergantung pada Sirkulasi
arus, kedalaman, dan musim.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan air laut selain dari penyinaran
matahari yaitu presipitasi (akibat curah hujan yang menyebabkan turunnya suhu
permukaan laut), evaporasi (akibat aliran bahang dari udara menyebabkan naiknya suhu
permukaan), lecepatan angina, dan factor-faktor fisika yang terjadi dalam kolom perairan.

4.2.2. Salinitas
Adapun tingkat salinitas berdasarkan yang di peroleh dari Praktek Lapang
Pengantar Oseanografi berkisar antara 28-35 Ppt. Salinitas terendah terjadi pada pukul
12:00 WITA yaitu 28 Ppt, hal ini karena pola sirkulasi arus sangat bergantung pada
salinitas suatu perairan. Sedangkan salinitas tertinggi terjadi pada pukul 16:00 dan 19:00
WITA yaitu 35 Ppt. Hal ini karena disebabkan adanya penguapan yang tinggi dan
diimbangi dengan curah hujan, pernyataan ini sesuai dengan pernyataan (Riniatsih 2009)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi salinitas di perairan
ini adalah penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux)
dan pola sirkulasi arus.
Salinitas diperairan pulau Bokori sangat mempengaruhi bagi kehidupan ikan, baik
proses metabolisme maupun lainnya. Salinitas di perairan pulau Bokori termasuk Dalam
keadaan yang normal untuk kehidupan organisme. Hal ini sesuai dengan peryataan
(Riniatsih 2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi salinitasnya maka akan semakin
tinggi pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di dalam air harus mampu
menyesuaikan terhadap tekanan osmotiknya yang ada di lingkungan.

4.2.3. Arus
Arus adalah gerakan massa air yang mengakibatkan perpindahan vertikal dan
horizontal dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Arus di pengaruhi oleh adanya
tiupan angin pada daerah tertentu. Arus air laut dapat terjadi karena adanya perbedan suhu
air baik secara vertikal maupu horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut.

13
Berdasarkan Hasil percobaan yang kami lakukan didapatkan bahwa kecepatan arus
di perairan pulau Bokori pada saat air laut dalam keadaan surut berkisar antara 0,016 m/s
sampai dengan 0,070 m/s dengan arah angin dari timur menuju barat. Sedangkan
kecepatanarus pada saat air laut dalam keadaan pasang berkisar antara 0,007 m/s sampai
dengan 0,179 m/s menuju arah timur. Kecepatan arus tertinggi yaitu 0,179 m/s terjadi pada
saat air laut pasang yang terletak pada stasiun II. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
arus yaitu angin, dan topografi, Hal ini sesuai dengan pernyataan (Marpaung dkk, 2014)
Arus disebabkan oleh tiga hal yaitu tiupan angin, perbedaan densitas air laut dengan arena
terjadinya pasang surut.
Angin adalah faktor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin
mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang
dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman
hingga tidak berpengaruh sama sekali. Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan
suhu dan salinitas antara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan
menyebar di bawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus
Termohalin. Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda
angkasa (Marpaung dkk, 2014).

14
KESIMPULAN

Kesimpulan dari Praktek Lapang Pengantar Oseanografi yang dilakukan di perairan


pulau Bokori selama penelitian adalah:
1. Hasil pengamatan yang dilakukan di peraian pulau Bokori selama 24 jam di peroleh
suhu tertinggi yaitu 33˚C pada pukul 15.00 sementara untuk perubahan suhu
terendahnya adalah 26˚C yaitu pada pukul 03.00.
2. Pada siang hari suhu tinggi karena terjadi proses penguapan yang besar yang
diakibatkan oleh pancaran sinar matahari. Sedangkan pada malam hari suhu perairan
dingin akibat adanya angin yang berhembus, selain itu faktor lainya yang menyebabkan
suhu tinggi atau rendah bergantung pada letak ketinggian permukaan air laut.
3. Pengukuran salinitas yang di lakukan di perairan pulau Bokori selama 24 jam dengan 24
kali pengamatan diperoleh salinitas terendah pada pukul 12.00 WITA dengan 28 ppt
sementara untuk perubahan tertinggi terjadi pada pukul 16.00 dan 19.00 WITA dengan
35 ppt.
4. Rendahnya salinitas di perairan pulau Bokori disebabkan adanya penguapan yang tinggi
dan diimbangi dengan curah hujan.
5. Kecepatan arus di perairan pulau Bokori pada saat air laut dalam keadaan surut berkisar
antara 0,016 m/s sampai dengan 0,070 m/s dengan arah angin dari timur menuju barat.
Sedangkan kecepatan Arus di perairan pulau Bokori pada saat air laut pasang berkisar
antara 0,007 m/s sampai dengan 0,179 m/s menuju arah timur. Kecepatan arus tertinggi
yaitu 0,179 m/s terjadi pada saat air laut pasang yang terletak pada stasiun II.
6. Faktor yang mempengaruhi kecepatan arus yaitu topografi dan angin sebagai faktor
yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan
yang berbeda menurut kedalaman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty.


Yogyakarta.

Ilahude, A.G. 1999. Pengantar Ke Oseanologi Fisika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI, Jakarta. 240 hal.

Loupatty and Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Journal Barekeng. Vol 7.

Laevastu, T and M.L. Hayes. 1988. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News
Book Ltd. Oxford. 199 pp.

Marpaung S,dan Proyogo Teguh.2014.Analisis Arus Geostropik Permukaan Laut


Berdasarkan Data Satelit Altimetri.Jurnal Deteksi Parameter Geobiofisik Dan
Diseminasi Penginderaan Jauh.13(12).
Patty ,S .I. 20013 Distribusi Suhu Salinitas dan Oksigen Terlsrut di Perairan Kems
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (3): 149
Purba P Noir dan Alexander Khan A.M.2010.Kerakteristik Fisika Kimia Perairan Pantai
Dumai Pada Musim Peralihan.Jurnal Akuatika1(1).
Raharjo, S.dan H.S.Sanusi. 1983. Oseanografi Perikanan. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan Direktorat Pendidikan menengah Kejuruan

Riniatsih., Edi wibowo., dan Kushartono, E.W 2009. Substrat Dasar dan Parameter
Oseanografi sebagai Penentu Keberaaan Gastropoda dan bivalvia di pantai sluke
Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan 14 (1).
Rizal .S., Ichsan Setiawan., Muhammad.,taufik iskandar ., dan muliadi A. Wahid 2009.
Siulasi Pola Arus Baraklinik Diperairan Indonesia Timur dan Model Nomerik Tiga
dimensi. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Supangat, A. dan Susanna. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah laut dab
Sumberdaya Non-Hayati, Badan Risek Kelautan dan Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal.49-63

16

Anda mungkin juga menyukai