ABSTRAK
Udang adalah Binatang yang hidup di perairan, khususnya Sungai, Laut, atau Danau.
Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik Air
tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga
beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood).
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas ekspor
unggulan Kementrian Kelautan dan Perikanan yang diharapkan mengalami peningkatan
produksi sebesar 209% dalam kurun waktu 2009-2014 (KKP 2010) dari 201% target total
peningkatan produksi udang Indonesia. Peningkatan produksi udang vaname diharapkan
mencapai 16% pertahunnya.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui alur proses
pembekuan udang dari penerimaan bahan baku sampai tahap pemasaran (ekspor).
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan
jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan
jumlah pulau sebanyak 17.504. Luas wilayah laut mendominasi total luas territorial Indonesia
sebesar 7,7 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagi negara yang dikarunia
sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati
Udang merupakan salah satu komoditi penting dari sektor perikanan Indonesia karena
kontribusinya yang cukup besar bagi perekonomian bangsa terutama sebagai sumber devisa,
pendapatan nelayan/pembudidaya, penyerapan tenaga kerja dan protein bergizi. Dari seluruh
nilai ekspor hasil perikanan yang ada saat ini, udang masih menjadi penyumbang terbesar
devisa yakni sekitar 70% (Poernomo, 2007). Oleh karena itu, udang harus ditangani secara
Penerimaan raw material atau receiving di PT. Bogatama Marinusa, berasal dari
supplier yang diantar langsung ke tempat pengolahan udang, diangkut dengan menggunakan
mobil pick up (bak terbuka) yang diberi penutup untuk menghindari kontak langsung udang
dengan sinar matahari. Jenis raw material adalah udang Black Tiger dan Vannamei dalam
Sedangkan Persyaratan mutu udang segar yang harus dipenuhi sesuai dengan SNI 01-
udang tersebut diperiksa atau dilakukan pengecekan terhadap kesegaran udang seperti :
a. Cek kesegaran pada saat raw material masuk dari area pembongkaran.
c. Suhu raw material <30 C, cek setiap lot dengan menggunakan thermometer.
2. Prewashing
Kemudian dilakukan prewashing dengan menggunakan air chlorin 50-75 ppm.
Prewashing dilakukan pada raw material agar kotoran-kotoran yang tersisa pada raw
material seperti daun-daun, kertas dan sisa tambak yang masih terbawa oleh raw material
bisa terbuang. Pengecekan suhu air pencucian dengan suhu standard <50C.
3. Organoleptik
Uji organoleptik juga dilakukan untuk mengetahui bau, penampakan warna, rasa,
d. Masak udang satu per satu dengan waktu yang berbeda (tergantung ukuran)
1 A3 37 3 menit
2 B 25 2,30 menit
3 C 20 2 menit
4 D 16 2 menit
4. Penimbangan I
sampah dan es sudah dibuka. Timbangan yang digunakan sudah dikalibrasi yang berkapasitas
10-20 kg. Tujuan dari penimbangan I untuk menyamakan berat penimbangan saat pembelian
raw material dengan berat penimbangan saat di perusahaan, dilanjutkan dengan pencatatan
nota yang harus dilakukan dengan teliti karena setiap supplier mempunyai kode yang berbeda
dan harus dipisahkan antara kode yang satu dengan kode yang lainnya.
5. Gross Weight
Raw Material yang keluar dari area penerimaan dilakukan penimbangan dan
pengecekan kembali dengan melakukan penimbangan raw material untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Raw material yang masuk harus sesuai dengan ukuran dengan cara
menjumlahkan total keseluruhan raw material yang masuk pada hari itu.
6. Pencucian 1
Raw material yang telah ditimbang dilakukan kembali pencucian dengan standar
chlorine 75-100 ppm. Untuk pencucian 1 bak fiber diisi air mengalir dengan kapasitas 1000
liter, kemudian siapkan 2500cc chlorine cair konsentrasi 4% dan diaduk sampai rata lalu
ditambah es curah sampai suhu < 5ºC, setelah itu dilakukan cek konsentrasi = 100 ppm
dengan Lovibond.
7. Pemotongan Kepala
Setelah dicuci raw material akan di lakukan pemotongan kepala yang termasuk ke
menggunakan alat bantu yaitu kuku bima yang terbuat dari stainless. Cara pemotongan
kepala adalah dengan cara pegang udang dalam keadaan memanjang tekuk sampai patah
8. Pencucian 2
Setelah pemotongan kepala raw material dicuci dengan suhu air <50C dengan standar
chlorin 50 – 75 ppm. Pencucian pertama dengan air chlorin pada bak pencucian dengan
mengaduk 3 kali, setelah itu disiram dengan air dingin biasa lalu diangkat untuk pensortiran.
Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan sisa kotoran setelah dilakukan pemotongan
9. Pensortiran
Raw Material yang berbentuk (Head Less) HL disortir berdasarkan ukuran dengan
menggunakan grader mechine. Dalam sortasi diperlukan empat orang karyawan untuk
memisahkan udang berdasarkan size. Adapun size HL berdasarkan spesifik produk yaitu :
10. Pencucian 3
Setelah pensortiran ukuran raw material tersebut dicuci dengan suhu air <50C dengan
konsentrasi 35 – 50 ppm, pencucian dilakukan dengan sistem celup dengan pemakaian air 3
Bahan baku yang akan diproses untuk produk cook beku harus melalui pembuangan
usus dan belah punggung. Karyawan mulai mengambil udang pada meja stainles dan mulai
mencungkil usus dengan diantara ruas kedua setelah ekor lalu cek sisa usus pada ujung ruas
pertama dan digunting mulai ruas kedua sampai ujung ekor, bersihkan bila masih ada genjer
yang terikut dengan mengunakan pisau. Kontrol suhu udang pada saat proses berlangsung,
12. Pencucian
Udang yang telah di bersihkan di masukkan ke dalam keranjang plastik untuk di cuci
dengan air klorin 25-35 ppm setelah itu dicuci lagi dengan air dingin 0 ppm. Standar suhu air
<50C cara pencucian dengan diaduk 3 kali/keranjang. Air pencucian diganti setiap 3
keranjang.
13. Penimbangan
Setelah dicuci raw material kembali di timbang. Timbangan udang pada tahap ini
tergantung dari produk yang akan diolah dan banyaknya raw material tiap keranjang 10-20
kg. Jika jumlah udang melimpah maka raw material ditampung di chilling room suhu pada
Untuk produk vannamei cook steamed Peleed Devined yang biasanya digunakan
adalah size 61/70 dengan jumlah pieces per 454 gram adalah 65-69pcs.
10 Kg 2000 Gr 10 Liter
20 Kg 4000 Gr 20 Liter
30 Kg 6000 Gr 30 Liter
40 Kg 8000 Gr 40 Liter
pada saat perendaman adalah pengukuran konsentrasi garam dalam larutan dengan
menggunakan refraktometer dan pengecekan suhu udang. Selain itu, suhu udang pada saat
proses berjalan, harus dipertahankan ± 10oC untuk mencegah terjadinya perubahan warna
thermometer) yang mempunyai sensitifitas terhadap suhu dingin. Setelah berada dalam
kisaran suhu yang telah ditetapkan maka proses pemasakan siap untuk dimulai sesuai dengan
variasi suhu yang telah ditetapkan, tujuan perendaman air garam adalah memberikan cita
rasa.
Setelah udang di rendam dengan larutan garam kemudian ditiriskan dalam waktu 3
menit, lalu dilakukan penyusunan udang dalam pan tujuannya adalah agar tidak terjadi
dengan waktu 2 menit. Pemasakan raw material dilakukan dengan pemasakan uap panas.
Setelah udang di masak pada steamer langsung diambil beberapa ekor diambil secara
continue untuk pengukuran suhu udang, suhu udang berkisar antara 70-75oC. Mengukur suhu
17. Pendinginan
Pendinginan dilakukan dengan merendam udang dalam air dingin. Air yang
digunakan adalah air kualitas pertama (first water quality) yang telah diberi kepingan es
Pendinginan dilakukan dengan merendam udang dalam air dingin. Air yang
digunakan adalah air kualitas pertama (first water quality) yang telah diberi kepingan es
dengan suhu air 0oC - 5ºC, tujuan dari pendinginan adalah untuk menstabilkan kembali suhu
udang dan untuk memudahkan pada saat hitung. Penirisan udang dilakukan agar air yang
masih terikut didalam udang setelah proses pendinginan tidak mempengaruhi penimbangan.
19. Pengupasan
dilakukan pembersihan ataupun pencekeran agar tidak lagi terdapat usus ataupun blackspot
Udang dicuci dengan air dingin dan larutan garam 1%, Setelah dicuci ditiriskan
selama 3 menit. Tujuan pencucian untuk menpertahankan atau menstabilkan kembali cita
rasa.
21. Pembekuan
Udang disusun pada tray dengan rapi dan di freezing/dibekukan ke dalam spiral suhu
± -400C. Pembekuan yang digunakan aliran suhu dingin dan lama pembekuan ± 1 jam.
Setelah udang dibekukan melewati tray, ditimbang dengan standar timbangan 154-157
Setelah udang diglazing ditimbang kembali dengan standar timbangan pengglazingan 173-
178 gr/pack. Tujuan utama dari glazing adalah mencegah pelekatan antar bahan baku,
kemasan /plastik ditimbang dengan standar 177 - 182 gr, lalu dilewatkan pada metal detektor
yang sudah dipint test Fe,≥ 1,5 mm dan Sus,≥ 2,5 mm untuk mendeteksi adanya logam dan
stainless pada produk kemudian disimpan dalam ruang pendingin, produk siap untuk
dieksport.
Udang yang telah beku harus disimpan di dalam cold storage, yaitu sebuah ruangan
penyimpanan yang dingin. Suhu dalam cold strorage umumnya -20°C, tergantung pada
kebutuhan. Suhu cold storage diukur dengan alat pengukur suhu yang disebut dengan
termostat. Selisih perubahan suhu cold storage tersebut biasanya tidak kurang dari 2°C.
Udang di dalam cold storage mengalami banyak perubahan yang cenderung menurunkan
suhu cold storage adalah -200C, agar produk bertahan lama dan tetap dalam keadaan standard
saat ekspor.
24. Pelabelan
Hal-hal yang harus dikontrol pada saat pelabelan adalah tanggal produksi, tanggal
kadaluarsa dan lot number yang akan dilabel pada kemasan produk. Kemasan yang akan
digunakan harus dicek kondisi fisik (warna, kotor, bau,rusak dll), marking harus jelas dan
ukuran harus sesuai standard. Master Carton, Inner dan polybag tidak boleh disimpan di
dan kebersihanya oleh QC, sedangkan bagian teknik melakukan running test terhadap
container, suhu container (standard suhu pada saat akan stuffing -180C) container harus
dicharger setiap 3 jam stuffing, Setelah produk masuk ke dalam container maka pintu
KESIMPULAN
Marinusa, maka dapat disimpulkan bahwa, proses pengolahan udang Vannamei meliputi :
Penerimaan bahan baku, pemotongan kepala , sortasi ukuran, cungkil usus, belah punggung,