Anda di halaman 1dari 43

Potensi Jamur untuk Pengolahan

Limbah

Vita Taufika Rosyida


Balai Penelitian Tekologi Bahan Alam
Apa itu jamur?
Organisme heterotrof yang mengambil makanannya
dengan cara penyerapan (absorpsi) hasil penguraian
materi organik

Organisme yang menghasilkan tubuh buah yang


kenyal, menghasilkan spora, tidak memiliki akar,
batang, daun, bunga, dan biji

Bentuk tubuh yang sederhana ini juga tidak dapat


menghasilkan zat hijau daun (klorofil) seperti yang
terdapat pada tanaman, sehingga jamur harus hidup
secara saprofit
Ciri Umum
• Tubuh bersel satu (uniseluler) dan banyak sel
(multiseluler).
• Dinding sel tersusun atas zat kitin.
• Tubuhnya disebut talus.
• Bersifat eukariotik.
• Tubuhnya tersusun atas benang-benang halus yang
disebut hifa.
• Hifa yang bercabang-cabang membentuk jaringan
yang disebut miselium.
• Hifa ada yang bersekat dan ada yang tidak bersekat
(senositik).
lanjutan
• Hifa pada fungi parasit termodifikasi menjadi
haustoria.
• Cara makan → semua jamur bersifat
heterotrof.
• Cara hidup : parasit obligat, parasit fakultatif,
saprofit, simbiosis mutualisme.
• Habitat : di air dan darat pada tempat yang
kaya akan zat organik, lembab, agak asam,
kurang cahaya.
• Reproduksi : aseksual dan seksual.
Morfologi jamur

wikipedia

Makroskopis
Mikroskopis

Sitikembar’s
PERAN JAMUR

Bermanfaat

Merugikan
KEGIATAN RISET PEMANFAATAN JAMUR

Jamur sebagai bahan obat

Jamur sebagai pendegradasi lignin

Jamur sebagai penghasil enzim kasar

Jamur sebagai bahan pangan


Konversi bagas menjadi bioetanol dengan
perlakuan biologi dan perlakuan raw enzim
melalui proses sakarifikasi dan fermentasi
serentak (SSF)

Konversi
Limbah
Bioetanol
Pertanian

Proses delignifikasi
Raw Enzim
Metodologi
Pretreatment (delignifikasi)
NaOH (delig. kimia); jamur pelapuk putih (delig. biologi)

Karakterisasi bagas
(lignin, selulosa, hemiselulosa, XRD,
IR, gula reduksi)

Proses Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF)


(penambahan enzim selulase dan yeast)

Filtrasi
Crude etanol

Pengukuran kadar etanol dengan


GC, gula reduksi, TPC, OD
Inisiasi destilasi dan dehidrasi etanol
Penggunaan zeolit lokal
• Biomassa lignoselulosa mengandung lignin, hemiselulosa dan selulosa. Lignin
menyatukan baik hemiselulosa maupun selulosa kemudian membentuk lapisan
yang bersifat sebagai penahan yang melindungi hemiselulosa maupun selulosa
dari penetrasi larutan maupun enzim.

• Metode hidrolisis dengan larutan alkali dan larutan asam, lebih mahal.
Isu lingkungan juga mempengaruhi penggunaan bahan kimia ini
(Howard, R.L. 2003)

• Riset biomas terus mengembangkan upaya menghancurkan kekuatan


ikatan lignin, salah satunya pemanfaatan perlakuan hayati seperti
jamur-jamur pelapuk putih (white rot fungi) .

• Biodegradasi lignin oleh jamur pelapuk putih merupakan suatu teknologi


yang ramah lingkungan, mengurangi bahan kimia dalam proses
perlakuannya, dan mampu menghemat energi (Ramos, et all, 2004)
ALUR PENELITIAN

Seleksi
10 jenis isolat dan
jamur pelapuk Reaksi Analisa
putih: karakte oksidasi kehilangan
P.ostreotus, Jamur
M.superio, P . risasi: jamur pada berat lignin, terpilih
media agar delignifik selulosa
florida, P.
eryngii,
macam serta
sebagai
L.edodes,T. medium, asam tanat asi hemiselulosa pende-
versicolor, suhu (AAT) dan dengan gredasi
P.crysosporium, agar asam metode lignin
G. frondosa, S, inkubasi, galat (AAG). klason
comune, dan
Polyporus sp. pH
medium
Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Koloni Isolat Jamur
Pelapuk setelah diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari (cm)

Isolat MPA
Media
MEA PDA
Rerata
Diameter koloni (cm) Isolat
Marasmius superio 9,44 9,44 9,44 9,44
Tremetes versicolor 6,93 9,44 9,44 8,60
Polyporus 5,68 9,44 9,44 8,18
Pleuorotus sp. 5,93 9,44 8,46 7,94
Phanarochaeta chrysosporium 8,59 6,70 7,94 7,74
Pleorotus florida 6,22 6,82 6,00 6,34
S . comune 4,22 7,10 7,23 6,18
Pleorotus eryngii 4,82 5,98 5,48 5,43
Grandiflora frondosa 2,10 4,67 4,31 3,69
Lentinula edodes 1,41 6,37 3,10 3,61
Rerata Media 5,59 7,57 7,00
Pengaruh Suhu Inkubasi terhadap Pertumbuhan Koloni Isolat
Jamur Pelapuk setelah diinkubasi selama 7 hari (cm)

Isolat Media MEA Rerata Isolat


5°C 25°C 35°C
Diameter koloni (cm)
Marasmius superio 0.9567 9.4400 9.4400 6.61222
Tremetes versicolor 4.6600 9.4400 9.4400 7.75111
Polyporus 1.2867 9.4400 1.9700 4.23222
Pleuorotus sp. 1.7933 9.4400 5.0900 5.44111
Phanarochaeta chrysosporium 1.8400 6.7000 3.3100 3.95000
Pleorotus florida 1.4267 7.8767 1.7900 3.69778
S . comune 1.8833 7.0967 7.0000 5.32667
Pleorotus eryngii 1.7767 5.9833 1.1500 2.97000
Grandiflora frondosa 0.9700 4.6600 0.9200 2.18333
Lentinula edodes 2.3400 6.3733 0.9400 3.21778
Rerata Media
1.81788 7.57000 3.82545
Pengaruh pH terhadap Pertumbuhan Koloni Isolat Jamur Pelapuk
setelah diinkubasi selama 7 hari (cm)
Isolat Media MEA Rerata
pH 4 pH 6 pH 8 Isolat
Diameter koloni (cm)
Marasmius superio 9.4400 9.4400 9.0133 9.2978
Tremetes versicolor 9.4400 9.4400 9.4400 9.4400
Polyporus 9.4400 9.4400 9.2833 9.3878
Pleuorotus sp. 7.8233 9.4400 8.8000 8.6878
Phanarochaeta chrysosporium 5.8667 6.7000 8.3167 6.9611
Pleorotus florida 4.8200 7.3933 5.6600 5.7667
S . comune 5.6800 7.0967 5.6267 6.1344
Pleorotus eryngii 4.5433 5.9833 5.8367 5.4544
Grandiflora frondosa 4.1267 4.6600 4.6300 4.4722
Lentinula edodes 6.3967 6.3733 6.7000 6.4378
Rerata Media 7.3475 7.5700 7.3475
Pengaruh perlakuan jamur pelapuk putih terhadap reaksi
oksidasi pada medium Agar Asam Tanat dan Agar asam
Galat.

Isolat Media
AAT AAG
Reaksi Oksidasi
Marasmius superio +++ +++
Tremetes versicolor + +
Polyporus +++ +++
Pleuorotus sp. + +
Phanarochaeta chrysosporium ++ ++
Pleorotus florida ++++ ++++
S . comune + +
Pleorotus eryngii + +
Grandiflora frondosa +++++ +++++
Lentinula edodes ++++++ ++++++
Pengaruh perlakuan jamur pelapuk putih terhadap kandungan lignin
pada bagas setelah diinkubasi selama 15, 30, dan 45 hari

Isolat Waktu Inkubasi (hari)


15 30 45
Kandungan lignin (%)
Marasmius superio 21,22 19,60 19,05
Tremetes versicolor 21,92 22,23 20,82
Polyporus 25,09 24,66 20,14
Pleuorotus sp. 19,77 18,79 25,76
Phanarochaeta chrysosporium 24,11 23,22 25,15
Pleorotus florida 23,92 24,59 20,26
S . comune 25,54 24,62 20,29
Pleorotus eryngii 22,81 24,71 23,75
Grandiflora frondosa 22,09 21,89 24,76
Lentinula edodes 21,82 20,44 20,80
Pengaruh perlakuan jamur pelapuk putih terhadap kandungan
selulosa pada bagas setelah diinkubasi selama 15, 30, dan 45 hari

Isolat Waktu Inkubasi (hari)


15 30 45
Kandungan selulosa (%)
Marasmius superio 52,67 51,31 50,98
Tremetes versicolor 49,95 51,44 51,05
Polyporus 51,16 51,52 51,97
Pleuorotus sp. 51,07 49,61 53,28
Phanarochaeta chrysosporium 50,81 49,96 50,11
Pleorotus florida 49,98 48,32 50,28
S . comune 51,48 47,25 49,30
Pleorotus eryngii 50,51 49,40 54,67
Grandiflora frondosa 48,75 49,27 51,11
Lentinula edodes 52,46 52,94 57,48
Pengaruh perlakuan jamur pelapuk putih terhadap
kandungan hemiselulosa pada bagas setelah diinkubasi
selama 15, 30, dan 45 hari

Isolat Waktu Inkubasi (hari)


15 30 45
Kandungan hemiselulosa (%)
Marasmius superio 27,10 25,34 24,48
Tremetes versicolor 26,79 25,07 25,73
Polyporus 24,42 24,05 23,28
Pleuorotus sp. 26,48 27,45 23,47
Phanarochaeta chrysosporium 26,23 27,43 25,49
Pleorotus florida 26,12 28,53 25,32
S . comune 27,20 28,70 28,98
Pleorotus eryngii 26,37 27,28 23,12
Grandiflora frondosa 26,69 25,96 22,29
Lentinula edodes 23,93 24,05 20,92
Kandungan lignin, hemiselulosa, selulosa, pH,
dan kadar air Bagas

Komposisi Kandungan bagas


lignin hemiselulosa Selulosa pH Kadar air

26% 20% 52% 6,45 11%


Kandungan lignin, hemiselulosa, selulosa
Proses delignifikasi bagas oleh jamur pelapuk putih
P. eryngii (15 hari)

Proses delignifikasi bagas oleh jamur pelapuk putih G.


frondosa (15 hari)
Penampakan visual isolat jamur pelapuk putih pada media MPA (Malt Peptone
Agar), MEA (Malt Extract Agar), dan PDA (Potato Dextrose Agar) setelah
diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari
Penampakan visual isolat jamur pelapuk putih pada media MPA
(Malt Peptone Agar), MEA (Malt Extract Agar), dan PDA (Potato Dextrose Agar)
setelah diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari
• Media terbaik untuk pertumbuhan jamur pelapuk putih adalah Malt
Ekstrak Agar (MEA).

• Suhu inkubasi yang memberikan pertumbuhan terbaik bagi jamur adalah


25°C.

• Suhu inkubasi yang memberikan pertumbuhan terbaik bagi jamur adalah


25°C.

• Semua isolat memperlihatkan reaksi positif untuk oksidasi asam tanat


dan asam galat, meskipun dengan derajat yang berbeda-beda antar
isolat. Hal tersebut diperlihatkan oleh pencokelatan media di sekeliling
koloni.
• Pertumbuhan koloni jamur pelapuk putih tercepat berturut-turut adalah
Marasmius superio, Tremetes versicolor, Polyporus, dan Pleuorotus sp.

• Degradasi lignin pada bagas dengan jamur pelapuk putih Pleurotus sp.,
dengan waktu inkubasi 30 hari yaitu 18,79%
B. Enzim Selulase Kasar Aspergillus niger FNCC 6018
untuk Produksi Bioetanol melalui Proses Sakarifikasi dan
Fermentasi Serentak
 Aktivitas spesifik maksimum A.niger FNCC 6018 dioptimasi dengan
perlakuan variasi pH 5, 6, 7; suhu 27, 37, 50°C dan waktu inkubasi 5,
7, 9 hari.

• Kondisi optimum yang diperoleh digunakan untuk memproduksi


enzim selulase kasar dan selanjutnya digunakan dalam proses
produksi bioetanol.

• Produksi bioetanol dilakukan dengan metode Simultaneous


Saccharification and Fermentation (SSF) pada suhu ruang, pH 5,
selama 5 hari menggunakan substrat bagas tebu hasil dilignifikasi
jamur, enzim selulase kasar A.niger FNCC 6018, khamir
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012, dan medium SSF.
• Pada akhir tahap SSF kadar glukosa diukur dengan
metode DNS (Dinitro Salisilat) sedangkan kadar
etanol diukur dengan metode Gas Chromatography.

• Kondisi optimum untuk produksi enzim selulase


kasar A.niger FNCC 6018 yakni pada pH 5, suhu 37oC,
waktu inkubasi 9 hari dengan aktivitas spesifik
selulase kasar sebesar 0.107 IU/mg.

• Kadar glukosa dan etanol maksimal dengan metode


SSF adalah 0.59 mg/ml dan 1.217%.
C. Produksi Selulase Kasar dari Trichoderma viride dan
Trichoderma hamatum pada Substrat Bagas Tebu

Perlakuan isolat (T. viride, T. hamatum ,dan campuran), suhu (27°C, 37 °C,
dan 50 °C), dan waktu inkubasi (7, 9, dan 11 hari).
Setelah inkubasi enzim kasar yang diperoleh diukur aktivitas selulasenya
menggunakan metode FPase dan kandungan protein terlarut
menggunakan metode Lowry.

Hasil menunjukkan bahwa aktivitas selulase tertinggi ditunjukkan pada


perlakuan T. hamatum pada suhu 27-37 °C waktu inkubasi 7 hari.
Protein ekstraseluler pada ketiga isolat tidak menunjukkan perbedaaan
akan tetapi dipengaruhi oleh waktu inkubasi yaitu menurun pada 9 hari,
aktivitas spesifik tertinggi ditunjukkan pada perlakuan T. hamatum suhu
27 °C waktu inkubasi 9 hari dengan hasil konsentrasi selulase sebanyak
0,0320 U/ml, protein terlarut sebanyak 3,1263 mg/ml, dan aktivitas
spesifik sebanyak 0,0105 IU/mg.
KEGIATAN KERJASAMA UKM

 Tahun 2012
Pengembangan Budidaya Jamur Tiram di UKM Media Agro Merapi
 Teknologi sederhana pembuatan bibit jamur tiram

 Tahun 2015
Pengembangan Budidaya Jamur Tiram di UKM Sitiram Godean
 Teknologi sederhana pembuatan bibit jamur tiram

 Tahun 2019 sd sekarang


Pendampingan Kegiatan Budidaya Jamur Tiram Program YGSI
 Teknologi sederhana pembuatan bibit jamur tiram
KEGIATAN PENDAMPINGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM MASYARAKAT
DESA BLEBERAN, PLAYEN GUNUNGKIDUL PROGRAM YAYASAN
GLOBALISASI SAEMAUL INDONESIA (YGSI)

• Dalam rangka mendukung pelaksanaan program kegiatan dari


Yayasan Globalisasi Saemaul Indonesia (YGSI) yaitu “Pembangunan
Desa Percontohan” di desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul, D.I.Y. yang berbasis pada kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa (difokuskan pada kegiatan budidaya jamur pangan)
 Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam melakukan pendampingan
dengan mengenalkan teknologi pembuatan bibit jamur tiram dari F1
sampai dengan F3. Kegiatan yang telah dilaksanakan diantara
Pelatihan pembuatan bibit jamur tiram dari F1 dampai dengan F3,
Konsultasi lapangan terkait pengendalaian hama dan pengaturan
lingkungan selama budidaya jamur tiram dengan tujuan menghasilkan
tubuh buah yang optimal serta konsultasi pembuatan Jamur Center.
 Kegiatan pendampingan ini dimulai dari bulan Juni 2019 sampai
sekarang dan akan tetap berlanjut sampai dengan tenaga SDM dari
BPTBA LIPI diperlukan.
Kelompok Jamur Barokah dengan Kumbung Plastik UV
Sistem Penyiraman Otomatis

Anda mungkin juga menyukai