MAKALAH KEWARGANEGARAAN
HUMANIORA
OLEH
NAMA : RIDWAN
NIM 210018
KELAS :IA
SPESIALISASI : PERAWATAN MEKANIK
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya
makalah ini dapat penulis selesaikan. Adapun judul makalah ini adalah, “Humaniora”.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan makalah ini diperlukan proses perjuangan
dan ketekunan. Dalam proses penyusunan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak lain. Untuk itulah perkenankan penulis pada kesempatan ini untuk mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat Bapak Haryo Wijayanto selaku dosen yang telah
membimbing penulis, kepada teman-teman, dan kepada berbaga pihak yang terkait.
Doa penulis semoga segala bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis
mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini memberi manfaat bagi yang membacanya.
Ridwan
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
I.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
I.3 Kegunaan Penulisan ................................................................................................... 2
I.4 Cakupan Masalah ...................................................................................................... 2
I.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 2
I.6 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
II.1 Defenisi Umum .......................................................................................................... 4
II.2 Sejarah Humniora....................................................................................................... 6
II.3 Bidang – bidang Humaniora ...................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 11
III.1 Etika .......................................................................................................................... 11
III.2 Retorika..................................................................................................................... 16
III.3 Estetika .................................................................................................................... 19
III.4 Logika ....................................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 22
IV.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 22
IV.2 Saran ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1
dipandang lebih memalukan dari pada gagap budaya (Gaya) & Gagap Kemanusiaan.
Rendah diri yang menghinggapi kalangan ilmuwan di bidang humaniora. SDM yang
menggeluti Ilmu Humaniora kurang serius dan hanya dijadikan aktivitas sambilan.
Rendahnya dukungan pemerintah terhadap riset ilmu humaniora dibandingkan ilmu
eksak. Lemahnya aspek metodologi yang dikuasai para empu ilmu humaniora sehingga
kurang kena sasaran. Ilmu humaniora kurang dilibatkan sebagai mitra dialog/mitra riset
iptek.
Kata-kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama artikan, adalah
sebagai berikut:
Humanitarian (kata sifat)
o Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan menghilangkan/mengangkat
penderitaan manusia
o Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan manusia dan
dorongan untuk perubahan masyarakat (social reform) = phylantopist, filantropis
Humanitarianisme
o Pandangan, dasar-dasar, metoda dari humanitarian = filantropi
o Keyakinan, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk
kesejahteraan kemanusiaan yang lebih baik (berdekatan dengan pengertian etik)
o Keyakinan bahwa kondisi manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan
upayanya sendiri, tanpa Tuhan
Humanisme
o Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk berderajat tinggi
o Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia, perhatian dan
pencapaiannya
o Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya
o Gerakan/budaya dan intelektual yang terjadi pada masa renaisans
Humanis
o Orang yang mengkaji humaniora, terutama mahasiswa tentang masalah-masalah
klasik
o Orang yang menaruh perhatian kepada kajian tentang upaya dan
kemampuan/pencapaian manusia
o Pengkaji/mahasiswa tentang renaisans, atau pengikut dari paham humanisme
Humanistik (ks)
Berhubungan dengan humanisme atau humaniora
Dari uraian diatas, istilah Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, yang
dapat mewadahi humaniora ialah adab. Dalam ilmu al adab terkandung ilmu sastra,
sejarah sastra, ilmu kritik sastra, filologi. Adab juga berarti budaya yang baik. Tidak
beradab berarti tidak berbudaya, tidak berperilaku baik, sebagaimana Cicero (filsuf
Yunani) mengartikan inhumanitas dengan barbar.
Adab dapat berarti antara lain discipline of mind and manners, and of conduct or
behaviour (Huges, 2004). Karya al Makdisi (2005), dapat lebih memastikan bahwa
ilmu adab adalah Humaniora.
III.1Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing
yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan
adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
o Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
o Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
o Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta
secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa
tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu
masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia
dapat bertindak secara etis.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Etimologi
Berasal dari bahasa Yunani (aisthetikos, yang berarti "estetis, sensitif, makhluk"),
yang pada gilirannya berasal dari (aisthanomai, yang berarti " Saya melihat, merasa,
rasa "). Istilah" estetika "adalah disesuaikan dan diciptakan dengan makna baru dalam
bentuk Jerman sthetik (ejaan modern sthetik) oleh Alexander Baumgarten pada tahun
1735
Estetika penghakiman
Hukum nilai estetika bergantung pada kemampuan kita melakukan diskriminasi
pada tingkat sensorik. Estetika memeriksa domain afektif kita respon terhadap suatu
obyek atau fenomena. Immanuel Kant, menulis pada tahun 1790, mengamati seorang
pria "Jika ia mengatakan bahwa anggur kenari adalah menyenangkan dia cukup puas
jika orang lain mengoreksi syarat dan mengingatkan dia untuk berkata sebaliknya:
Sangat menyenangkan bagi saya," karena "Setiap orang memiliki sendiri rasa ". Kasus
"keindahan" berbeda dari sekedar "keramahan" karena, "Jika ia menyatakan sesuatu
yang harus indah, maka ia memerlukan keinginan yang sama dari orang lain, ia
kemudian hakim tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk semua orang, dan
berbicara tentang keindahan seolah-olah itu adalah milik sesuatu. "
Estetika penilaian biasanya melampaui diskriminasi sensoris. Bagi David Hume,
kelezatan rasa bukan hanya "kemampuan untuk mendeteksi semua bahan dalam
komposisi", tetapi juga kepekaan kami "untuk sakit serta kesenangan, yang melarikan
diri dari seluruh umat manusia." (Esai Moral Politik dan Sastra. Indianapolis, Sastra
Klasik 5, 1987.) Demikian, diskriminasi sensorik ini terkait dengan kapasitas untuk
kesenangan. Bagi Kant "kenikmatan" adalah hasil ketika kenikmatan muncul dari
sensasi, tapi menilai sesuatu yang harus "indah" memiliki persyaratan ketiga: sensasi
harus menimbulkan kesenangan dengan melibatkan kapasitas kita kontemplasi
reflektif. Hukum keindahan yang sensori, emosional dan intelektual sekaligus.
Viewer interpretasi keindahan memiliki dua konsep nilai: estetika dan rasa. Estetika
adalah gagasan filosofis keindahan. Taste adalah hasil dari pendidikan dan kesadaran
nilai-nilai budaya elit [klarifikasi diperlukan] [rujukan?], Sehingga rasa bisa dipelajari
[rujukan?]. Rasa bervariasi menurut kelas, latar belakang budaya, dan pendidikan
[rujukan?]. Menurut Kant, kecantikan adalah objektif dan universal, sehingga hal-hal
tertentu yang indah untuk semua orang [rujukan?] Pandangan kontemporer keindahan
tidak didasarkan pada kualitas bawaan, melainkan di spesifik budaya dan interpretasi
individu.
III.4Logika
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli,
yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara
lain:
The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan:
Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara
teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).
Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah.
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal
dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan
akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu
yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai
percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian,
dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut
logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu
logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.
Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada
penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan
fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan
penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan:
Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari
suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan
yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak
kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai
dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan
dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan
sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar
himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan
diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan
dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya
serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya.
Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah
runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada
kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif
karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas
isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari
kondisi manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau
spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami
dan ilmu sosial.
2. Humaniora terdiri atas unsur-unsur seni, etika, kearifan, nilai-nilai kejujuran,
kebenaran, kelembutan, memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan
berbuat baik bagi manusia. Tanpa nilai-nilai tersebut, manusia atau perilakunya
dapat dikategorikan tidak human, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar.
3. Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk
kesejahteraan manusia. Oleh karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora,
agar terjamin kemanfaatannya untuk manusia.
4. Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai
humaniora. Nilai-nilai agama diharapkan dapat dikembangkan oleh
agamawan/ruhaniawan untuk memandu pengembangan ilmu/teknologi dan
penerapannya.
5. Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering
dilupakan. Oleh karena itu humaniora perlu diberikan untuk membuat profesi
medik lebih sensitif terhadap adanya nilai-nilai tersebut dan pengetrapannya
dalam praktek.
6. Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai
sebagai sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap
terhadap nilai-nilai, dan sifat empati.
IV.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman penulis
dan pembaca khususnya dalam humaniora dan yang paling penting adalah etika,
retorika, estetika, dan logika.
DAFTAR PUSTAKA
WEB :
http://www.scribd.com
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095571-pengertian-
estetika/#ixzz1RcMY3v00
http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=47548
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095571-pengertian-estetika/
http://www.olx.co.id/q/estetika/c-199
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/01/07/humaniora/
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2181396-ikhlas-dalam-beramal/
http://www.scribd.com/collections/3057823/humaniora