Abstract
Sustainable tourism development guidelines and management practices are applicable to all
forms of tourism in all types of destinations, and all types of tourism, whether it is ‘mass tourism’
or ‘niche tourism’. Sustainable ways of managing destinations can be defined by considering
their competitive position and their stage in the destination life cycle in the interest of achieving
sustainable tourism outcomes. This paper discusses factors that could ensure the sustainability
of tourism and appropriate policy that needed to be implemented in order to prevent tourism
from creating negative environmental and socio-cultural impacts in the respective tourist
destinations. Within the discussion, reference is made to several tourism destinations. Towards
the end of the paper, planning approaches that are needed to conserve the intrinsic qualities of
selected tourism destination are suggested.
Dalam menanggulangi dampak negatif itu, (local), dan kemudian diikuti perencanaan
sebaiknya diperhitungkan daya dukung sosial Master Plan Kawasan dimana dibicarakan detail
budaya dan aspek fisiknya. Pemilihan kebijakan engineering kawasan hingga pembangunan
pemerintah hendaknya diarahkan untuk konstruksinya. Tujuannya jelas untuk memberikan
mencegah terjadinya dampak negatif supaya arahan pengembangan yang tepat terhadap
terciptanya manfaat yang merata bagi semua potensi kepariwisataan yang ada (dari sisi
pihak yang berkepentingan (Nuryanti, 2010). produk, pasar, tata ruang, SDM, manajemen
dan sebagainya, sehingga dapat tumbuh dan
TUJUAN PERENCANAAN berkembang secara berkelanjutan).
Tujuan perencanaan dalam pengembangan Selama ini struktur ruang wilayah
pariwisata di antaranya adalah : (1) Memberi pembangunan kepariwisataan cenderung
arah; (2) Membimbing kerjasama; (3) Menciptakan berorientasi pada pengelompokkan wilayah
koordinasi; (4) Menjamin tercapainya kemajuan; pengembangan berdasarkan karakteristik
(5) Untuk memperkecil resiko; (6) Mendorong geografis. Cara ini kurang dan tidak
pelaksanaan kerja (Yoeti, 2008 : 50). Dalam mempertimbangkan: (1) faktor-faktor strategis
seminar “Pembaruan Penataan Ruang Untuk lain seperti pola kunjungan wisatawan, keterkaitan
Perbaikan Hidup di Daerah Dengan Pendekatan antar wilayah, antar komponen kepariwisataan
Kepariwisataan,” Wiendu Nuryanti (2010) dan keterpaduan dengan rencana sektor
memberi rincian tujuan perencanaan pengembangan lain yang juga harus diperhitungkan; (2)
pariwisata secara lebih luas sebagai berikut: Ada kecenderungan memisahkan wilayah-
(1) Memberikan arah pengembangan yang wilayah pengembangan tanpa mempertimbangkan
tepat terhadap sumber daya pariwisata yang pola interaksi antar wilayah pengembangan
dimiliki, sehingga dengan demikian diharapkan kegiatan kepariwisataan yang tidak mengenal
pariwisata dapat tumbuh berkembang secara batas wilayah administrasi (borderless); (3)
berkelanjutan, memiliki daya saing bagi Tidak menunjukkan adanya focus pengembangan,
pembangunan daerah dan dapat meningkatkan dan hanya menggambarkan pengembangan secara
kesejahteraan masyarakat. (2) Mengatur peran makro tanpa memperhatikan pengembangan
setiap stakeholders terkait yang lintas sektor mikro yang lebih spesifik (Nuryanti, 2010).
itu agar dapat mendorong pengembangan Kebijakan pengembangan pariwisata
destinasi pariwisata secara bersinergis dan yang baik hendaknya tercermin dalam beberapa
terpadu. Secara keseluruhan perencanaan itu kebijakan sebagai berikut (Hartanto, 1997):
dituangkan dalam Rencana Induk (Master (1) Harus melibatkan masyarakat setempat,
Plan) Pembangunan Kepariwisataan, antara dasar pemikirannya adalah kebijakan
lain mencakup: (a) peruntukan tata ruang; (b) kegiatan pariwisata hanya dapat dipertahankan
produk (daya tarik wisata, asesibilitas, fasilitas apabila kegiatan pariwisata sejalan dengan
penunjang); (c) Pemasaran; (d) SDM dan kepentingan masyarakat lokal.
kelembagaan; (e) Investasi; (f) Lingkungan; (2) Pembangunan pariwisata harus merupakan
dan (g) strategi implementasi dalam pelaksanaan hasil usaha bersama antara pemerintah,
program. pihak swasta dan masyarakat. Hal ini
Tingkat-tingkat perencanaan, dapat dimulai diperlukan untuk memberi kemudahan
dari Master Plan tingkat nasional, tingkat untuk berperan serta bagi ketiga pihak
provinsi (regional), tingkat kabupaten/kota dalam proyek yang akan dibangun.
Natural Resources: human resources, education peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
and training, availability of qualified labor, Karenanya, wisatawan harus didorong membeli
affinity for Travel & Tourism, natural resources, paket wisata untuk datang berkunjung pada
cultural resources (T & T Tourism Competitiveness suatu destinasi karena pariwisata memiliki
Index/BAPPENAS, 2011). Perencanaan pariwisata karakter produk yang unik, berbeda dengan
ke depan, hendaknya memperhatikan titik karakter produk manufaktur yang biasa kita
kelemahan yang ada, tanpa memperhatikan kenal. Wisatawan harus datang sendiri ke
kondisi yang tengah berjalan. lokasi untuk mengkonsumsi produk yang
dibelinya. Karakter produk yang unik ini
Pariwisata sebagai instrumen strategis disebut dengan istilah “in situ”, artinya, untuk
Pariwisata itu katalisator pembangunan menikmati apa yang dibelinya, wisatawan harus
(agent of development). Pariwisata, bila datang sendiri ke lokasi dimana produk itu
dikembangkan dengan baik akan memberikan dihasilkan. Datang berkunjungnya wisatawan
effect multiplier cukup besar bagi tumbuhnya ke daerah-daerah terpencil memberi peluang
dan berkembangan aktivitas perekonomian, sangat besar bagi pembangunan daerah, dan
ia menciptakan mata rantai yang panjang, sekaligus membuka isolasi yang terjadi
terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM). selama ini.
Di kawasan Pasifik dan Timur Jauh, berdasarkan
penelitian oleh Harry G. Clement (1959) pada PENUTUP
Yoeti (2008) besarnya nilai koefisien multiplier Pariwisata tidak mungkin dikembangkan
sebesar K = 3,48. Artinya, setiap $1 yang secara tambal sulam, tanpa arah dan tujuan.
dibelanjakan wisatawan, setelah dolar itu Pembangunan dan pengembangan pariwisata
beredar dari satu tangan ke tangan orang berkelanjutan memerlukan kerjasama, koordinasi
lain, melalui beberapa kali transaksi dalam dan sinkronisasi tindakan dan melibatkan
periode satu tahun, maka $ 1 yang masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata
dibelanjakan wisatawan itu akan memberi hendaknya menganut prinsip-prinsip sebagai
pengaruh terhadap perekonomian makro sebesar berikut:
$ 3,48. Bayangkan, kalau wisatawan membelanjakan a) Pengambil kebijakan pembangunan
dolarnya sebesar $ 8 juta, hitung saja dampaknya harus melihat pariwisata sebagai salah
terhadap perekonomian makro (Yoeti, 2008). satu pilihan pembangunan ekonomi dan
setara dengan kegiatan ekonomi lainnya.
Suatu bukti nyata, pariwisata sebagai
b) Informasi kepariwisataan yang relevan
instrumen strategis bagi pembangunan harus menjadi dasar bagi pemberian ijin,
daerah. analisa dan pemantauan industri pariwisata
Pariwisata memiliki keterkaitan lintas yang berkaitan dengan sektor ekonomi
sector (multidemension), ini memberi peluang lainnya.
untuk investasi dalam banyak hal. Satu hal c) Pengembangan pariwisata harus dilaksanakan
harus disadari bahwa adanya sistem keterkaitan dengan cara-cara yang sesuai prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable
antara unsur-unsur industri pariwisata (hotel,
development).
restoran, airline, biro perjalanan, obyek dan
atraksi wisata dan toko cendramata), semuanya Kelemahan selama ini, komitmen kebersamaan
ini menciptakan kesempatan berusaha, kesempatan itu tidak ada, koordinasi lemah, tidak ada
kerja, peningkatan penerimaan pajak dan panutan dan masing-masing sektor lebih