1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme
atau komunitas organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di
hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi
habitat darat dan habitat air. Semua atau setiap faktor yang mempengaruhi
terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses perkembangannya disebut
faktor lingkungan. Tumbuhan dan juga hewan dalam ekosistem membentuk
bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis - jenisnya) akan
bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu. Dalam hal ini tidak ada
orbanisasi hidup berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, harus mempunyai
kondisi – kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya. Suatu lingkungan
bersifat tiga dimensi ruang dan berkembang berdasarkan waktu. Ini tidak berarti
bahwa lingkungan adalah seragam baik dalam waktu ruang maupun waktu. Pada
kenyataannya faktor lingkungan alami selalu memperlihatkan perubahan baik
secara vertikal mauoun lateral, dan dikaitkan dengan waktu, mereka juga
memperlihatkan variasi baik secara harian mauoun tahunan.
Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi
dari lingkungan, jadi bukan merupakan faktor atau komponen lingkungan. Untuk
memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi lingkunagan di dalam
suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan. Secara vertikal akibat adanya
stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst perbedaan yang nyata
adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain – lain. Suhu pada
permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya, demikiian juga
secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat adanya
gradiasi suhu ini.
Demikian juaga secara lateral meskipun gambarannya tidak sejelas
perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi
berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke tempat lainnya. Setiap
organisme, hidup dalam lingkungannya masing – masing. Begitu juga jumlah dan
kualitas organisme penghuni disetiap habitat tidak sama. Faktor – faktor yang ada
dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi secara
faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa
mempengaruhi bagian lain dari lingkunga itu. Oleh karena itu untuk dapat
memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor – faktor
lingkuungan tersebut. Penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Lingkungan Abiotik, seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara
mineral, air, tanah api.
2. Lingkungan Biotik, yaitu makhluk – makhluk hidup di luar lingkungan
abiotic
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari lingkungan
2. Mengetahui komponen lingkungan
2
3. Mengetahui hubungan antara factor lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
3
dibandingkan, ketinggian tempat setiap transek cenderung berbeda, khususnya
antara transek I yang berada dekat dengan pantai yang landai, dan transek IV yang
kondisinya lebih berbukit ( Kurniawan, Agung. 2008)
1. Komponen ligkungan
Berbagai cara yang dilakukan oleh pakar- pakar ekologi dalam pembagian
komponen lingkungan ini salah satuya adalah pembagian seperti dibawah ini
(Eden dan Taufikurahman. 1990).
a. Factor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,
ketersediaan air dan angina.
b. Factor tanah merupakan karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah,
rekasi tanah dan kondisi fisika tanah.
c. Factor topografi, meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan
lahan dan ketinggian tempat dari permukan laut.
d. Factor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme
hidup seperti kompetisi, peneduhan dll.
Cara lain untuk pembagian komponen lingkungan ini sperti yang diungkapkan
oleh billings, ia membaginya kedalam dua omponen utama yaitu komponen fisik
atau abiotic dengan komponen hidup atau biotik, yang kemudian masing- masing
komponen dijabarkan lagi dalam beberapa factor- factor lainnya. Untuk
memahami pembagian komponen lingkungan antara lain.
Tabel 1. Faktor abiotic dan biotik pada lingkungan
Faktor fisik/ abiotic Fakto hidup/ biotik
Energy Tumbuhan hijau
Radiasi Tumbuhan tidak hijau
Suhu Pengurai
Aliran panas Parasite
Air Symbion
Atmosfer dan angin Hewan
Api Manusia
Gravitasi
Geologi tanah
4
Komponen lingkungan(biotik dan abiotik) akan mempengaruhi
kelimpahan dan keanekaragaman biota pada suatu tempat, sehingga tingginya
kelimpahan individu tiap jenis dapat dipakai untuk menilai kualitas suatu habitat
(Kamal, Mustafa. 2011).
Meskipu demikian karakteristika mendasr dari ekosistem apapun akan
ditentukan atau diatur oleh komponen abiotiknya. Pengaruh dari variable abiotic
ini akan dimodifikasi oleh tumbuhan dan hewan, misalnya terciptanya
perlindungan oleh pohon meskipun sifatnya terbatas. Factor- factor abiotic
merupakan penentu secara dasar terhadap ekosistem, sedangkan kontrol biotik
setidaknya tetap menjadi penting dalm mempengaruhi penyebaran dan fungsi
individu dari jenis makhluk hidup. Seperti telah dituangkan terdahulu, semua
factor lingkungan bervariasi secara ruang dan waktu. Organisme hidup bereaksi
terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hubungan yang nyata antara lingkungan
dan organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan ekositem tertentu baik
berdasrkan ruang dan waktu (Eden dan Taufikurahman. 1990).
5
Tabel diatas menunjukkan kerapatan total vegetasi mangrove di Tambaksari baru
untuk kategori pohon sebanyak 2.411 ind/ha, anakan 1.978 ind/ha dan semai
1.034 ind/ha, sedangkan di Tambaksari lama untuk kategori pohon sebanyak
3.310 ind/ha, anakan 2.110 ind/ha, dan semai 2.110 ind/ha. Pada kedua lokasi
sampling spesies Avicennia marina memiliki nilai frekuensi tertinggi karena
terdistribusi merata disetiap kuadran dan memiliki jumlah lebih banyak
dibandingkan dengan spesies lainnya tergolong dalam kondisi baik (sangat padat)
sesuai Kep Men LH Nomor 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku dan pedoman
penentuan kerusakan mangrove untuk \ kerapatan vegetasi mangrove.
Kondisi kerapatan mangrove di lokasi penelitian menunjukkan spesies
Avicennia marina mampu beradaptasi pada lingkungan sekitarnya dan
mempunyai kecenderungan membentuk keragaman struktur tegakan yang
berperan penting sebagai perangkap endapan sedimen, membentuk komunitas
untuk menstabilkan garis pantai, pelindung erosi pantai, penyangga laut dan
daratan dalam menyerap energi gelombang, menghambat intrusi air laut ke
daratan, menghasilkan habitat untuk menopang keanekaragaman jenis serta
jaringan anatomi tumbuhan mangrove sangat efektif dalam menyimpan karbon
6
dan menyerap bahan polutan untuk mereduksi pencemaran dari lingkungan.
Kerapatan vegetasi tersebut menggambarkan kemampuan regenerasi pohon
terhadap sumbangan penghasil biji sebagai calon kecambah (semai) yang
memiliki pola penyesuaian besar terhadap kondisi Lingkungan ( Ainun Azkia,
Fariha dkk . 2013).
Tabel 3. Jenis Pohon dan Frekuensi dihutan Dataran Rendah Bagian Barat CAAP
7
Tabel 4. Faktor Lingkungan yang diukur di Transek I,II,III dan IV
8
Berdasarkan hasil analisis korelasi, hubungan di antara faktor lingkungan
terkuat ditunjukkan oleh ketinggian dan jarak plot dari pantai, dengan nilai
korelasi 0,653 yang menunjukkan bahwa keduanya berkorelasi positif (Tabel 3).
Dalam kondisi ini, semakin jauh jarak plot dari pantai, umumnya semakin tinggi
letak plot dari permukaan laut. Ketinggian dan kemiringan juga memiliki
hubungan yang cukup kuat dengan nilai raw correlation sebesar 0,523 yang
menunjukkan bahwa keduanya berkorelasi positif. Daerah yang letaknya lebih
tinggi cenderung memiliki kondisi topografi yang lebih ekstrim. Fenomena ini
tidak dapat dijadikan acuan baku karena nilai korelasi keduanya berada pada
kisaran 0,500 sehingga kondisi-kondisi tersebut belum tentu sepenuhnya terjadi di
lokasi penelitian ( Kurniawan, Agung. 2008).
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap persebaran jenis
pohon adalah ketinggian dengan nilai intraset correlation sebesar 0,839 (Gambar
1). Kuatnya pengaruh ketinggian memperlihatkan bahwa persebaran vegetasi di
daerah tropis terbagi menjadi beberapa wilayah penyebaran sesuai dengan
ketinggian tempat sehingga komposisi jenis tumbuhannya menunjukkan
perbedaan. Berubahnya ketinggian di suatu tempat menyebabkan berubahnya
iklim mikro di tempat tersebut seperti intensitas cahaya, suhu dan kelembaban
udara. Kelembaban tanah dan intensitas cahaya merupakan faktor lingkungan
yang cenderung dipengaruhi oleh keberadaan jenis pohon, dengan nilai korelasi
berturut-turut 0,691 dan -0,618. Variasi tajuk pohon akan menyebabkan
beragamnya intensitas cahaya yang diterima lantai hutan, hal ini akan berpengaruh
juga pada tingkat kelembaban tanah di bawahnya. Nilai korelasi yang tidak jauh
berbeda ini membuktikan bahwa kedua faktor lingkungan ini sangat berkaitan erat
satu sama lain ( Kurniawan, Agung. 2008).
9
D. Spesies Tumbuhan Penutup Tanah yang Ditemukan di TAHURA
Cangar
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa antara tegakan
terbuka dan tegakan tertutup terdapat perbedaan jumlah spesies tumbuhan penutup
tanah yang ditemukan (Tabel 6). Spesies tumbuhan penutup tanah pada tegakan
terbuka lebih banyak ditemukan jika dibandingkan dengan tumbuhan penutup
tanah pada daerah tegakan tertutup. Di kawasan tegakan terbuka ditemukan
sebanyak 19 spesies yang terdiri dari 7 suku yaitu suku Asteraceae terdiri dari 7
spesies yaitu Tridax procumbens L., Euphatorium riparium Reg., Euphatorium
odoratum L., Emilia sonchifolia (L.) DC. Ex. Weight., Synedrella nodiflora (L.)
Gaertn., Eclipta prostrata L. dan Bidens pilosa L., Suku Cyperaceae terdiri dari 2
spesies yaitu Cyperus monocephalus Rottb. dan Cyperus elatus L., Suku
Gramineae terdiri dari 6 spesies yaitu Leptochloa chinensis Nees., Eleusine indica
(L.) Gaertn., Axonopus compressus (Swart) Beauv., Imperata cylindrica (L.)
Raenschel., Digitaria ciliaris (Retz) Koeler. dan Eragrostis tenella (P.) Beauv.
Suku Oxalidaceae terdiri dari 1 spesies yaitu Oxalis corniculata L., Suku
Apiaceae terdiri dari 1 spesies yaitu Centella asiatica L., Suku Euphorbiaceae
terdiri 1 spesies yaitu Euphorbia pilulifera L., Suku Mimosaceae terdiri dari 1
spesies yaitu Mimosa pudica L (Maisaroh, W. 2010).
Sedangkan pada tegakan tertutup hanya didapatkan 11 spesies yang terdiri
dari 6 spesies yaitu Suku Asteraceae terdiri dari 5 spesies yaitu Euphatorium
riparium Reg., Euphatorium odoratum L., Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.,
Blumea lacera (Burm.f) DC., Ageratum conyzoides L., Suku Cyperaceae terdiri
hanya 1 spesies yaitu Cyperus rotundus L., Suku Gramineae terdiri dari spesies
Panicum repens L. dan Axonopus compressus (Swart) Beauv. Spesies yang
termasuk suku Zingiberaceae yaitu Amomum cardamomum Willd. Suku
Smilacaceae terdiri dari 1 spesies yaitu Smilax leucophylla Bl., dan Suku
Mimosaceae terdiri dari satu spesies yaitu Mimosa pudica L. Perbedaan jumlah
spesies ini disebabkan karena adaptasi dan kebutuhan masingmasing spesies juga
berbeda.
Di kawasan tegakan terbuka lebih banyak ditemukan spesies tumbuhan
penutup tanah hal ini menunjukkan bahwa daerah tegakan terbuka lebih heterogen
dibandingkan daerah tegakan tertutup. Perbedaan kondisi lingkungan ini
menyebabkan perbedaan pada jumlah spesies tumbuhan yang tumbuh pada
kawasan tersebut. Di kawasan tegakan terbuka sinar matahari lebih banyak
diperoleh, hal ini menyebabkan spesies tumbuhan yang ada saling bersaing untuk
memperoleh sinar matahari. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah spesies
tumbuhan penutup tanah pada daerah tegakan tertutup lebih sedikit disebabkan
oleh adanya persaingan yang tinggi dengan pepohonan yang lebih besar
(Maisaroh, W. 2010).
Secara umum perbedaan pada kedua tegakan ini disebabkan oleh dua
factor lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotic lingkungan tempat organisme
tersebut tumbuh atau dengan kata lain disebabkan oleh habitat yang berbeda.
Tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Dalam hal ini di wilayah Hutan Cangar faktor yang sangat
berpengaruh adalah adanya sinar matahari dan bahan organik yang ada. Spesies
tumbuhan penutup tanah yang ditemukan pada tegakan terbuka menunjukkan
10
bahwa pertumbuhan spesies tersebut memerlukan sinar matahari secara langsung
sedangkan pertumbuhan spesies pada tegakan tertutup memerlukan sinar matahari
secara tidak langsung. Ditinjau dari segi kehadiran pada suatu komunitas
tumbuhan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat maka semakin
sedikit pula tumbuhan yang tumbuh. Meskipun tumbuhan penutup tanah
merupakan jenis yang mempunyai sebaran luas dan mempunyai kisaran toleransi
tinggi terhadap faktor lingkungan tetapi semakin menuju puncak sebaran
tumbuhan penutup tanah akan semakin berkurang (Maisaroh, W. 2010).
Semakin tinggi suatu tempat biasanya berasosiasi dengan peningkatan
keterbukaan, kecepatan angin, kelembaban udara dan penurunan suhu sehingga
mengakibatkan suatu komunitas yang tumbuh semakin homogen. Hal ini
menyebabkan pada tegakan tertutup lebih sedikit ditemukan tumbuhan penutup
tanah karena pada tegakan ini tempatnya lebih tinggi dibandingkan dengan
tegakan terbuka. Spesies tumbuhan penutup tanah yang ditemukan pada kedua
tegakan sebanyak 5 spesies, terdiri dari 3 suku yaitu Suku Asteraceae
(Euphatorium riparium Reg., Euphatorium odoratum L., Synedrella nodiflora (L.)
Gaertn.), suku Gramineae (Axonopus compressus (Swart) Beauv.), dan suku
Mimosaceae (Mimosa pudica L.). Hal ini juga menunjukkan bahwa spesies
tersebut mampu beradaptasi pada dua lokasi yang berbeda, sehingga kebutuhan
hidup spesies dapat tercukupi (Maisaroh, W. 2010).
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat
penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar
nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan
sebaliknya. Pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan tiap spesies
tidak sama. Spesies tumbuhan penutup tanah yang terdapat pada tegakan terbuka
yang memiliki indeks nilai penting sebagai berikut, Centella asiatica L. yaitu
63,08%, Euphatorium riparium Reg. dengan nilai 54,16%, Mimosa pudica L.
dengan nilai sebesar 43,25%, Cyperus elatus L. dengan nilai 26,65%, dan INP
terendah diperoleh oleh spesies Eragrostis tenella (P.) Beauv dan
Synedrellanodiflora (L.) Gaertn dengan nilai sebesar 2,64%. Indeks nilai penting
tertinggi pada tegakan tertutup dimiliki oleh spesies Euphatorium riparium L.
dengan nilai sebesar 125,86% dan indeks nilai penting terendah terdapat pada
spesies Blumea lacera (Burm.f) DC. Dengan nilai sebesar 4,06%. Berdasarkan
angka tersebut diketahui spesies tumbuhan penutup tanah yang mendominasi pada
tegakan terbuka adalah spesies Centella asiatica L. sedangkan pada tegakan
tertutup adalah spesies Euphatorium riparium Reg. Jenis yang cenderung
menempati dan mendominasi pada suatu komunitas ini akan mencirikan karakter
tumbuhan di wilayah tersebut. Adanya spesies yang mendominasi ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan
yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika
iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih
unggul dan lebih banyak ditemukan (Maisaroh, W. 2010).
Spesies yang mendominasi pada tegakan terbuka dan pada tegakan
tertutup ditemukan adanya perbedaan. Centella asiatica dan Euphatorium riparium
Reg. masing-masing mendominansi pada wilayah yang berbeda Hal ini juga
disebabkan karena kondisi lingkungan yang berkaitan dengan persaingan antar
spesies yang lain. Persaingan akan meningkatkan daya juang untuk
mempertahankan hidup, spesies yang kuat akan menang dan menekan yang lain
11
sehingga spesies yang kalah menjadi kurang adaptif dan menyebabkan tingkat
reproduksi rendah dan kedapatannya juga sedikit (Maisaroh, W. 2010).
Setiap jenis tumbuhan mempunyai suatu kondisi minimum, maksimum
dan optimum terhadap faktor lingkungan yang ada. Spesies yang mendominasi
berarti memiliki batasan kisaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan jenis
yang lainnya terhadap factor lingkungan, sehingga kisaran toleransi yang luas
pada faktor lingkungan menyebabkan jenis ini akan memiliki sebaran yang luas.
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Nilai Penting tersebut juga dapat diketahui
tentang frekuensi penyebaran spesies tumbuhan penutup tanah pada tegakan
terbuka dan tegakan tertutup (Tabel 7). Pada tegakan terbuka Indeks Nilai Penting
menunjukkan nilai yang hampir merata pada setiap spesies yang ditemukan,
sedangkan pada tegakan tertutup Indeks Nilai Penting menunjukkan nilai yang
mencolok hanya pada satu spesies. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tegakan
tertutup tingkat persaingan antar spesies yang ada lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tegakan terbuka. Antar spesies yang ada akan saling mempertahankan diri
untuk bisa tetap hidup (Maisaroh, W. 2010).
Pengetahuan mengenai penyebaran dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengelompokan dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap
populasi dari pada ratarata per unit area. Berdasarkan Indeks of Dispersion (Tabel
8), diketahui bahwa pada tegakan terbuka pola penyebaran spesies tumbuhan
penutup tanah rata-rata teratur atau merata dan sedikit yang mengelompok. Pola
penyebaran merata ini menunjukkan bahwa terjadi persaingan yang cukup kuat
antar individu dalam polulasi. Persaingan tersebut meliputi persaingan dalam
memperebutkan nutrisi maupun ruang.Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
bahwa pada daerah tegakan terbuka populasi tumbuhan penutup tanah lebih
heterogen yang terbukti dengan ditemukannya tumbuhan penutup tanahdengan
jumlah yang lebih banyak (Maisaroh, W. 2010).
Tabel 6. Tumbuhan Penutup Tanah pada Daerah Tegakan Terbuka dan Tertutup
12
Tabel 7. Nilai Indeks Nilai Penting (INP) padua dua lokasi tegakan
13
ada persaingan kuat antar individu dalam populasi tersebut, karena pada daerah
tegakan tertutup keadaan tumbuhan penutup tanah lebih homogen dibandingkan
dengan daerah pada tegakan terbuka hal ini terlihat dari jumlah spesies yang
ditemukan pada masing-masing tegakan, pada tegakan terbuka diperoleh lebih
banyak tumbuhan penutup tanah dibandingkan pada tegakan tertutup. Tumbuhan
penutup tanah yang ditemukan pada kedua tegakan ada yang memiliki perbedaan
pada pola penyebaran (Maisaroh, W. 2010).
Spesies Euphatorium odoratum L. pada tegakan terbuka memiliki pola
penyebaran merata sedangkan pada tegakan tertutup memiliki pola penyebaran
mengelompok, spesies Axonopus compressus (Swart) Beauv. pada tegakan
terbuka memiliki pola penyebaran merata dan tegakan tertutup pola
penyebarannya mengelompok. Spesies Mimosa pudica L. pada tegakan terbuka
memilik pola penyebaran mengelompok dan pada tegakan tertutup memiliki pola
penyebarannya merata. Hanya spesies Euphatorium riparium Reg. dan Synedrella
nodiflora (L.) Gaertn. pada setiap tegakan memiliki pola penyebaran sama.
Euphatorium riparium Reg. yang ditemukan pada kedua tegakan memiliki pola
penyebaran mengelompok, sedangkan Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. yang
ditemukan pada kedua tegakan memiliki pola penyebaran merata. Hal ini
menunjukkan bahwa adaptasi dari setiap jenis mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan yang terjadi
(Maisaroh, W. 2010).
BAB III
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
organisme
15