Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SOLID

SUPPOSITORIA

KELOMPOK 8

1. ESTI KURNIATI (15040062)

2. SITI WILDA NURROHMAH (15040063)

3. TYAS PRATIWI (15040064)

4. MUHAMMAD HARUN AL RASYID (15040076)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami
dapat menyusun Laporan FTS Solid ini dengan baik dan benar, serta tepat
pada waktunya. Dalam Laporan FTS Solid ini kami akan membahas
mengenai ”SUPPOSITORIA “
Laporan ini telah dibuat dengan berbagai beberapa bantuan dari
teman-teman untuk membantu menyelesaikan dan mengerjakan laporan
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua

Tangerang, 02 Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 3
2.1 Definisi Suppositoria ............................................................... 3
2.2 Macam – Macam Suppositoria ............................................... 3
2.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria .............................. 4
2.4 Persyaratan Suppositoria ........................................................ 5
2.5 Tujuan Penggunaan Suppositoria .......................................... 5
2.6 Basis Suppositoria ................................................................... 5
2.7 Bahan Dasar Suppositoria ...................................................... 6
2.8 Pengujian Zat Aktif Suppositoria .......................................... 8
2.9 Evaluasi Sediaan Suppositoria ............................................... 9
BAB III METODOLOGI ................................................................... 11
3.1 Formulasi Suppositoria ........................................................... 11
3.2 Perhitungan .............................................................................. 11
3.3 Cara Kerja ................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 13
4.1 Uji Homogenitas ...................................................................... 13
4.2 Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran .................................. 13
4.3 Uji Waktu Hancur ................................................................... 13
4.4 Uji Kerapuhan ......................................................................... 13
4.5 Uji Keseragaman Bobot .......................................................... 13

ii
iii

BAB V PENUTUP ............................................................................. 15


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 15
5.2 Saran ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan
pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu
liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.

Farmasi merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan dan


menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat
terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya
sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan
untuk menciptakan racikan obat yang rasional, baik dan cocok bagi
masyarakat untuk digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek
teraupetik.

Salah satu bentuk sediaan yang jarang dijumpai dipasaran yaitu sediaan
suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara
oral karena difikir lebih aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria
yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria
memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada
umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem
pencernaan karena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan,
suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan
sebagai zat pembawa terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.

1
2

1.2 Tujuan Praktikum


1 Mengetahui bentuk sediaan suppositoria

2 Mengetahui bahan dasar suppositoria

3 Mengtahui dan memahami cara pembuatan suppositoria

4 Mengetahui persyaratan suppositoria

5 Mengetahui mengevaluasi suppositoria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur
berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan larut pada suhu
tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan kedalam rectum berbentuk
sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. Jadi,
suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang
biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area
tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar
atau butuh penanganan cepat.

2.2 Macam-macam suppositoria


a. Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari
tangan. Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32 mm(1,5 inch)
dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria
rectum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil,
tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan.
Menurut USP berarnya sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis
oleum cacao.
b. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya
berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut. Beratnya sekitar 5 g bila
basis yang digunaka oleum cacao.

3
4

c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)


Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie, bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran
urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-
6 mm dengan panjang ±140 mm.
walaupun ukuran ini masih bervariasi anatara satu dengan yang
lain. Apabila basisnya oleum cacao beratnya ±4 g. Suppositoria untuk
saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ±70 mm dan beratnya 2 g ini berlaku jika basis yang
digunakan oleum cacao.
d. Suppositoria untuk hidung dan telinga
Suppositoria untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut
telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin
hanya ukuran panjangnya lebih kecil. Biasanya 2 mm, suppositoria
telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung
gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat
hidung dan telinga jarang digunakan.

2.3 Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria


a. Keuntungan suppositoria :
 Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung.
 Dapat menghibdari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung.
 Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat
dapat menimbulkan efek lebih cepat daripada penggunaan obat
peroral.
 Baik untuk pasien yang mudah muntah ataupun tidak sadar
(pingsan).
5

b. Kerugian suppositoria :
 Pemakaiannya tidak menyenangkan.
 Tidak dapat disimpan dalam suhu ruang.

2.4 Persyaratan suppositoria


Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu
tubuh atau melarut (persyaratan kerja obat)
b. Pembebasan dan response obat yang baik.
c. Daya tahan da daya penyimpanan yang baik.
d. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

2.5 Tujuan penggunaan suppositoria


a. Untuk tujuan local, seperti pada pengobatan wasir atau hemorrhoid
dan penyakit infeksi lainnya.
b. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan
terutama bila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti
pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
c. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
cepat karena obat diserap oleh mukosa rectal dan langsunng masuk
kedalam sirkulasi pembuluh darah.
d. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim didalam saluran
gastrointestinal dan perubahanobat secara biokimia didalam hati.

2.2 Basis suppositiria


Sediaan suppositoria ketika dimasukkan kedalam lubang tubuh akan
melebur, melarut, dan terdispersi. Dalam hal ini, basis suppositoria
memainkan peranan penting. Maka dari itu, basis suppositoria harus
memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan
dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh
6

sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan
didispersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi local maupun
sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa
sifat seperti berikut :
a. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
b. Dapat bercampur dengan macam-macam obat.
c. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan
bau serta pemisahan obat.
d. Kadar air mencukupi.
e. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan
bilangan penyabunan harus diketahui jelas.

Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:

a. Basis berlemak, contohnya oleum cacao.


b. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak : campuran tween dengan
gilserin laurat.
c. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin,
PEG (polietilen glikol).
2.3 Bahan dasar suppositoria
a. Bahan dasar berlemak (oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuningan,
memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai bentuk
kristal). Jika dipanaskan pada suhu sekitar 30°C akan mulai mencair
dan biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C
berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat
akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua
inti Kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao :
 Dapat melebur pada suhu tubuh.
 Dapat memadat pada suhu kamar.
7

Kerugian oleum cacao :

 Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).

 Titik leburnya tidak menentu, kadang naik an kadang turun apabila


ditambahkan dengan bahan tertentu.

 Meleleh pada udara panas.

b. Polietilenglikol (PEG)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul
antara 300-6000. Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400), PEG
1000 (carbowax 1000) dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG dibawah
1000 berbentuk cair, sedangkan PEG diatas 1000 berbentuk padat
lunak seperti mala. Formlua PEG yang dipakai sebagai berikut :
 Bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % (25%) dan PEG 1000
96% (75%).
 Bahan dasar berair : PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua +
obat 20%. Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak meleleh pada
suhu tubuh tapi larut dalam cairan sekresi tubuh.

Keuntungan penggunaan PEG adalah :

 Tidak mengiritasi atau merangsang.


 Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan
dengan oleum cacao.
 Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada
suhu tubuh.

Kerugian penggunaan PEG adalah :

 Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga


timbul rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara
mencelupkan suppositoria kedalam air sebelum digunakan.
 Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat
pelepasan obat.
8

Pembuatan susppositoria dengan bahan dasar PEG dilakukan


dengan melelehkan bahan dasar lalu dituang kedalam cetakan seperti
pembuatan suppositoria berbahan dasar lemak.

2.4 Pengujian zat aktif suppositoria


a. Titik lebur
Titik lebur adalah suhu dimana zat yang akan diuji pertama kali
melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat
cepat hilang. Dalam analisa farmasi, titik lebur untuk menetapkan
karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. Untuk uji titik
lebur dibutuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Melting Point
Apparatus (MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur
besarnya titik lebur suatu zat.
b. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25°
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis
dengan bobot air dalam piknometer. Lalu dinyatakan lain dalam
monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25°. Bobot jenis dapat
digunakan untuk :
 Mengetahui kepekaan suatu zat.
 Mengetahui kemurnian suatu zat.
 Mengetahui jenis zat.
Piknometer untuk menentukan bobot jenis zat padat dan zat cair.
Zat padat berbeda dengan zat cair, zat padat memiliki pori dan rongga
sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisi dengan jelas, berat jenis
sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpapori atau rongga
ruang. Sedangkan beat jens nyata merupakan berat jenis yang dihitung
sekaligus dengan porinya.
9

2.5 Evaluasi sediaan suppositoria


a. Uji homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan
aktif dapat terca,pur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika
tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam
tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara
uji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo
(atas-tengah-bawah) masing-masing diletakkan pada kaca objek
kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan
mebguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
b. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatika karena jika bentuknya
tidak seperti sediaan pada umumnya, maka sesorang yang tidak tahun
akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itum bentuk
juga sangat mendukung karena akan memeberikan keyakinan pada
pasien bahwa sediaan tersebut merupakan sediaan padat yang
mempunyai bentuk torpedo.
c. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama
sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur
dengan dimasukkan kedalam air yang diset sama dengan suhu tubuh
manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu
hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit.
Jika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi
syarat untuk digunakan dalam tubuh. Air digunakan sebagai media
dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.
d. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat.
Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu
sediaan karena dikhawatirkan zat lain akan ikut tercampur.caranya
10

dengan timbang seksama 10 suppositoria satu persatu kemudian


dihitung berat rata-ratanya. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh
dalam masing-masing monografi hitung jumlah zar aktif dari masing-
masing 10 suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi
homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka
suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman bobot.
Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan
yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan
dapat memberikan efek terapi yang sama.
e. Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan sediaan suppositoria yang dibuat melebur dalam tubuh.
Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°c. Kemudian
dimasukkan suppositoria kedalam air dan diamati waktu lenurnya.
Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya , adalah 3 menit,
sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
f. Kerapuhan
Suppositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras
yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat
digunakan uji elastilitas. Suppositoria dipotong horizontal kemudian
ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan
jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudain
diberi beban seberat 20N (2 kg) dengan cara menggerakan jari atau
batang yang dimasukkan kedalam tabung.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Formulasi Suppositoria


Suppositoria Paracetamol (3,5 g)
Paracetamol 125 mg
Vaselin album 4 mg
Asetil alkohol 4%
Oleum cacao ad 3,5 g
Dibuat sebanyak 8 suppositoria
3.2 Perhitungan
1. Paracetamol

2. Vaselin album

3. Asetil alkohol

4. Oleum cacao

3.3 Cara Kerja


1. Pembuatan
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Oleskan paraffin dalam cetakan suppositoria.
c. Lebur oleum cacao dan asetil alkohol hingga terbentuk seperti
massa krim (M1), angkat.
d. Masukkan paracetamol dan vaselin album kedalam M1, aduk
hingga homogen.
e. Tuang kedalam cetakan suppositoria.

11
12

f. Biarkan dingin dahulu, kemudian masukkan kulkas agar membeku.


g. Siapkan alumunium foil sebagai kemasan
2. Evaluasi
a. Uji Homogenitas
1) Diambil 3 titik bagian suppos (atas, tengah, bawah atau kanan,
tengah, kiri).
2) Masing – masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian
diamati dibawah mikroskop.
3) Cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan
dengan cara titrasi.
b. Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran
1) Diambil suppos yang sudah dibuat.
2) Diamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai
dengan standar suppos (Berbentuk torpedo).
c. Uji Waktu Hancur
1) Suppos dimasukkan dalam air yang diset sama dengan suhu
tubuh manusia, selama 3 menit.
d. Uji Keseragaman Bobot
1) Timbang suppos satu persatu dan hitung rata – ratanya.
2) Hitung persen kelebihan masing – masing suppos terhadap
bobot rata – ratanya. Keseragaman bobot yang didapat tidak
boleh lebih dari ± 5%.
e. Uji Kerapuhan
1) Suppos dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak
kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar.
2) Kemudian diberi beban seberat 20N (± 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan kedalam
tabung.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Uji homogenitas


Tiga bagian suppositoria (atas-tengah-bawah) diambil terlebih
dahulu, kemudian masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek
dibawah mikroskop diamati bagian suppositoria tersebut. Cara
selanjutnya untuk menentukan kadar dapat dilakukan dengan titrasi
tetapi pada praktikum ini tidak dilakukan titrasi.
4.2 Uji keseragaman bentuk dan ukuran
Suppositoria diamati bentuknya dan ukurannya. Pada suppositoria
yang kami buat bentuknya ada yang tidak beraturan, karena kurang
rapih pada saat proses pengisian suppositoria kedalam cetakan
suppositoria tersebut.
4.3 Uji waktu hancur
Pada praktikum ini belum dilakukan.
4.4 Uji kerapuhan
Pada praktikum ini belum dilakukan
4.5 Uji keseragaman bobot
Suppositoria ditimbang satu persatu dan didapatkan hasil sebagai
berikut :
 Suppositoria 1 : 3,653 g
 Suppositoria 2 : 3,603 g
 Suppositoria 3 : 3,71 g
 Suppositoria 4 : 3,72 g
 Suppositoria 5 : 3,89 g
 Suppositoria 6 : 3,85 g
Rata-rata berat suppositoria : 3,738 g

13
14

BOBOT
BOBOT SELISIH
NO RATA - %PENYIMPANGAN
SUPPOSITORIA BOBOT
RATA

1 3,653 g 3,738 g -0,085 g 2,3%

2 3,603 g 3,738 g -0,135 g 3,6%

3 3,71 g 3,738 g -0,028 g 0,75%

4 3,72 g 3,738 g -0,018 g 0,48%

5 3,89 g 3,738 g 0,152 g 4,1%

6 3,85 g 3,738 g 0,112 g 2,9%

Suppositoria yang kami hasilkan memiliki keseragaman bobot


yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Yaitu tidak boleh ada
lebih dari 2 suppositoria yang memiliki penyimpangan bobot lebih
dari 5% dan tidak ada satupun suppositoria yang memiliki
penyimpangan bobot lebih dari 10%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk
torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
2. Uji Suppositoria meliputi:
a. Uji Homogenitas
b. UjiKeseragaman Bentuk dan Ukuran
c. Uji Keseragaman Bobot
d. Uji Waktu Hancur
e. Uji Kerapuhan
3. Suppositoria yang kami hasilkan memiliki keseragaman bobot yang cukup
baik, keseragaman bentuk dan ukuran yang kurang baik. Uji homogenitas,
kerapuhan dan waktu hancur tidak dilakukan pada praktikum kali ini.

5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih berhati – hati dalam
praktikum, diharapkan kepada dosen pembimbing agar lebih membimbing
praktikan dalam praktikum. Dan diharapkan agar menambah fasilitas
laboratorium,

15
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat.


Jajarta : Univesitas Indonesia

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV Jakarta

Anief, Moh. 2000. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

Syamsuni, 2012. Ilmu resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

16
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai