STERILISASI
Disusun oleh :
Kelompok 3 dan 4
DOSEN PEMBIMBING
Anna L Yusuf, M.Farm., Apt
I. TUJUAN
a. Dapat melakukan berbagai macam metode sterilisasi panas kering,
panas basah/uap, radiasi/penyinaran dan sterilisasi menggunakan
alkohol.
b. Dapat melakukan evaluasi mutu sterilisasi panas kering, panas
basah/uap, radiasi/penyinaran dan sterilisasi menggunakan alkohol.
II. DASAR TEORI
Sterilisasi merupakan suatu proses yang menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba, termasuk spora pada permukaan benda mati.
Prosesnya dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau
filtrasi. (Gruendemann dan Fernsebnr, 2006)
Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya
bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan (Pelozar, 1988).
1. Cara sterilisasi dengan pemanasan
a. Panas Kering
Sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas seperti kaca
alroji, erlen meyer, beaker glass, pinset dan sendok poselen dimana bahan-
bahan tersebut tidak akan meleleh dan memuai karena adanya pemanasan.
Alat sterilisasi ini menggunakan oven dengan suhu sekitar 160-180º C
selama 1-2 jam dengan sistem udara statis. Oven terbuat dari kotak logam,
udara yang terdapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari
nyala listrik.
Keuntungannya yaitu :
1) Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya
dari semua mikroorganisme (Lachman, 1986)
2) Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas (Ansel, 1989)
3) Metode pilihan bila dibutuhkan wadah yang kering seperti pada zat
kimia kering atau larutan bukan air (Ansel, 1989)
Kerugiannya yaitu :
1) Hanya digunakan untuk bahan-bahan yang tahan penguraian pada
suhu kira-kira di atas 140ºC (Lachman, 1986)
2) Diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih
panjang (Ansel, 1989)
Mekanisme kerja :
Perubahan energi listrik menjadi energi panas dimana temperatur
dalam oven dijaga tetap konstan dengan alat kontrol termometer.
Prosedur penggunaan Oven :
1) Siapkan Alat-alat dan Bahan-bahan
2) Bersihkan alat-alat dengan sabun. Diamkan hingga kering
3) Buka tutup oven
4) Masukkan bahan dan Masukkan alat-alat
5) Tutup Oven, lalu kabel oven dicolokkan ke sumber listrik
6) Nyalakan oven dengan menekan tombol power
7) Tentukan suhu sampai waktu 1-2 jam
8) Tunggu hingga suhu 160-180C
9) Setelah suhu sesuai, tekan tombol power untuk mematikan oven
dan cabut kabel dari sumber listrik
10) Diamkan hingga suhu menjadi 00C, lalu buka tutup oven
11) Lalu keluarkan alat tersebut, simpan kertas uji sterilisasi ke dalam
alat, lalu bungkus menggunkan kertas payung
12) Simpan di dalam suhu ruang, lalu amati
c. Pemanasan Basah/Uap
Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh
mikroorganisme, karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi
protein termasuk enzim-enzim dalam sel mikroorganisme. Sterilisasi
panas basah menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam
mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu
1210C (2500F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda
adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama
sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 1210C. Autoclave
yaitu alat serupa tangki minyak yang terdapat diisi dengan uap.
Medium yang disterilkan ditempatkan didalam autoclave ini selama 15
sampai 20 menit, hal ini tergantung pada banyak sedikitnya yang
diperlukan untuk sterilisasi (Black Sweet Ranger, 2008). Ketika ingin
menggunakan autoclave, harus diisi dengan air sampai batas atau dasar
yang berlubanglubang tempat meletakkan alat. Contoh pipet tetes,
corong, kertas saring, spuit injeksi, gelas ukur dan tutup karet.
Keuntungannya yaitu :
1) Waktu yang diperlukan sedikit
2) Dapat digunakan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk
infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan
gelas
3) Parameter seperti waktu dan suhu mudah dikontrol
4) Panasbasah lebih mematikan dibandingkan panas kering
5) Adanya uap air dalam sel mikroba menyebabkan kerusakan pada
temperatur yang relatif rendah daripada tidak ada kelembapan
(Ansel, 1989)
Kerugiannya yaitu :
1) Ada tetesan air uap pada alat dan bahan yang disterilkan
2) Uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu
3) Sangat bergantung pada adanya kelembapan dan temperatur yang
ditingkatkan
Mekanisme kerja :
Dimulai dengan pengeluaran udara, proses ini berlangsung selama
8-10 menit. Ketika keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan ke dalam
autoklaf. Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan
seluruh permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga
proses sterilisasi berlangsung.
Prosedur penggunaan Autoklaf :
1) Siapkan Alat-alat dan Bahan-bahan
2) Bersihkan alat-alat dengan sabun. Diamkan hingga kering
3) Isi air pada autoklaf hingga batas dasar, lalu masukkan panci nya
4) Masukkan alat-alat yang telah kering tadi, dan masukkan bahan
5) Tutup autoklaf, lalu putarkan sekrupnya dan tutup katupnya
6) Nyalakan autoklaf
7) Tunggu hingga suhu 1210C selama 15 menit
8) Setelah suhu 121C, putuskan aliran listrik dan buka katup
9) Diamkan hingga tidak keluar uap, lalu putarkan sekrup dan buka
penutup autoklaf
10) Keluarkan alat-alat dari autoklaf
11) Diamkan alat hingga dingin, Simpan kertas uji sterilisasi ke dalam
alat, lalu bungkus menggunkan kertas payung
12) Simpan dalam suhu ruang, lalu amati
b. Pemanasan Basah/Uap
Uji Evaluasi
ALAT BAHAN
3. PROSEDUR
1. Panas Kering
Siapkan alat dan bahan yang
akan disterilisasikan
2. Panas Basah
3. Sterilisasi radiasi/penyinaran
Dinginkan pada suhu kamar
5. Evaluasi
Objek dibungkus
menggunakan
sterilization pouches
IV. HASIL
1. STERILISASI PANAS KERING
Alat : oven
Alat dan Bahan Waktu
Spatel Logam Oven, 170° C, 1 jam
Batang Pengaduk Oven, 170° C, 1 jam
Vaselin Flavum Oven, 170° C, 1 jam
Alat Waktu
Pipet 15 menit
Alat Waktu
Spatel Logam 20 menit
Pipet 20 menit
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Kelompok 3 & 4
Kelas 2A
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat merancang preformulasi dan formulasi tetes mata
2. Mahasiswa dapat menghitung tonisitas tetes mata
3. Mahasiswa dapat membuat dan melakukan evaluasi mutu tetes mata.
USULAN FORMULASI
Bahan Satuan Dasar Volume Produksi
(10ml) (200ml)
MONOGRAFI ZAT
1. Atropin Sulfat
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih;tidak berbau;sangat
pahit;sangat beracun
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih kurang 3
bagian etanol (90%) P; sukar larut dalam kloroform P; praktis tidak larut
dalam eter P dan dalam benzen P
Khasiat dan penggunaan : Parasimpatolitikum
Atropin digunakan untuk melebarkan pupil sebelum pemeriksaan
mata. Obat ini juga digunakan untuk mengobati kondisi mata seperti
amblyopia (mata malas). Tetes mata atropin bekerja dengan memblokir
asetilkolin kimia, yang melemaskan otot siliaris mata dan menyebabkan
pupil melebar.
2. Benzalkonii Choloridum
Pemerian : Gel kental atau potongan seperti gelatin; putih atau
kekuningan. Biasanya berbau aromatik lemah. Larutan dalam air berasa
pahit,jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol; bentuk
anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter
3. Natrii Chloridum
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur
putih;tidak berbau;rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P;sukar larut dalam etanol(95%)
4. Dinatrium Edetat
Pemerian : Serbuk hablur, putih.
Kelarutan : Larut dalam air
5. Aqua pro injection
Pemerian : Cairan jernih/tidak berwarna,tidak berbau,tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit
Pembuatan : Aqua destilasi dipanaskan sampai mendidih,kemudian dipanaskan
lagi selama 40 menit.
B. Bahan
Atropine sulfat
Benzalkonium Chloridum
Natrii Chloridum
Dinatrii Edetas
Aquadest
IV. PERHITUNGAN TONISITAS
ZAT TB C
W=
W=
W =
W = 0,76 %
Untuk membuat supaya larutan tersebut isotonis, maka ditambahkan
NACl sebanyak 0,76 %
V. PROSEDUR
Sterilisasi bahan :
a.Atropine sulfat menggunakan sterilisasi panas kering (Oven pada suhu
160-170°C selama 2-3 jam)
b.Benzalkonium chloridum, natrii chloridum, dinatrii edetas menggunakan
sterilisasi radiasi/penyinaran (LAF)
c.Aquades menggunakan sterilisasi uap/panas basah (Autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit)
Campurkan keduanya
aduk ad homogen
Tambahkan larutan
benzalkonium chloridum
Tambahkan larutan
dinatrii edetas
Larutkan ditambahkan a.p.i ad 10 ml
Rumus : × 1 g/ml
Ket : A = Berat piknometer kosong
A1 = Berat piknometer isi air
A2 = Berat piknometer isi sediaan
Uji Viskositas
a. ROTOR 1
SPEED : 6 RPM
DATA : 0 mPa.s
PERCENT : 0,0 %
SPEED : 12 RPM
DATA : 0 mPa.s
PERCENT : 0,0 %
SPEED : 30 RPM
PERCENT : 0,7 %
SPEED : 60 RPM
PERCENT : 2,2 %
b. ROTOR 2
SPEED : 6 RPM
DATA : 75 mPa.s
PERCENT : 1,5 %
SPEED : 12 RPM
PERCENT : 1,6 %
SPEED : 30 RPM
DATA : 8 mPa.s
PERCENT : 0,8 %
SPEED : 60 RPM
PERCENT : 1,1 %
c. ROTOR 3
SPEED : 6 RPM
PERCENT : 1,2 %
SPEED : 12 RPM
DATA : 90 mPa.s
PERCENT : 0,9 %
SPEED : 30 RPM
DATA : 0 mPa.s
PERCENT : 0,0 %
SPEED : 60 RPM
DATA : 12 mPa.s
PERCENT : 0,6 %
d. ROTOR 4
SPEED : 6 RPM
PERCENT : 0,8 %
SPEED : 12 RPM
PERCENT : 0,9 %
SPEED : 30 RPM
DATA : 0 mPa.s
PERCENT : 0,0 %
SPEED : 60 RPM
DATA : 0 mPa.s
PERCENT : 0,0 %
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini telah melakukan pembuatan obat tetes mata
dengan menggunakan zat aktif atropin sulfat. Tujuan dari percobaan ini
adalah merancang preformulasi dan formulasi, menghitung tonisitas, dan
melakukan evaluasi mutu sediaan tetes mata.
Pada praktikum kali ini awalnya kami menyetrilkan semua bahan dan
alat. Sterilisasi alat menggunakan sterilisasi uap/panas basah (Autoklaf
pada suhu 121°C selama 15 menit), untuk botol tetes mata menggunakan
sterilisasi radiasi/penyinaran (LAF). Lalu sebelum di sterilisasi bahan
ditimbang terlebih dahulu,atropine sulfat menggunakan sterilisasi panas
kering (Oven pada suhu 160-170°C selama 2-3 jam),benzalkonium
chloridum, natrii chloridum, dinatrii edetas menggunakan sterilisasi
radiasi/penyinaran (LAF),Aquades menggunakan sterilisasi uap/panas
basah (Autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit).
Setelah alat dan bahan disterilisasi,lalu kalibrasi beker glass dan botol
tetes mata yang akan digunakan,lalu larutkan atropine sulfat dalam
sebagian a.p.i lalu larutkan NaCl dalam sebagian a.p.i campukan keduanya
lalu ad homogen dan tambahkan larutan benzalkonium chloridum lalu
tambahkan larutan dinatrium edetas larutan ditambahkan a.p.i ad 10 ml
lalu larutan disaring,kemudian masukkan ke dalam botol tetes mata secara
aseptic lalu lakukan uji evaluasi standar obat tetes mata.
Pertama adalah melakukan preformulasi. Preformulasi bertujuan
untuk memilih bentuk bahan obat yang tepat, mengevaluasi sifat fisik
bahan obat dan menghasilkan pemahaman tentang stabilitas bahan dalam
berbagai kondisi yang akan menyebabkan sistem penyampaian obat yang
optimal.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini telah memenuhi tujuan yaitu membuat dan
merancang obat tetes mata atropin sulfat.
1. PH yang diperoleh sesuai dengan ph normal air mata yaitu (5-6) karena
tetes mata yang dibuat sudah mengikuti teknik asepstis dan suhu ruangan
pun sesuai jadi pH nya juga sesuai.
2. Untuk uji kejernihan dari percobaan 1 sampai 6 telah memenuhi standar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departeman Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim,1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000
Disusun oleh :
Kelompok 3 dan 4
DOSEN PEMBIMBING
Anna L Yusuf, M.Farm., Apt
I. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat merancang preformulasi dan formulasi sediaan salep
mata.
b. Mahasiswa dapat membuat sediaan salep mata.
c. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi mutu sediaan salep mata.
TEKNIK ASEPTIK
Metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril sehingga
dapat terjamin sterilisasinya. Seperti:
a. Bahan dan alat yang disterilisasikan terlebih dahulu sebelum digunakan
b. Saat akan membuka atau menutup wadah gelas disterilkan dengan pemijaran
c. Menjaga jarak antara mulut wadah yang satu dengan yang lain saat akan
memindahkan sediaan Dan biasanya dilakukan di Laminar Air Flow.
III. FORMULASI
Formulasi salep mata yang digunakan adalah:
R Eritromisin 0,55%
/
Metilparaben 0,1%
Propilparaben 0,01%
BHT 0,01%
Propilenglikol 2%
Gliserin 2%
Paraffin solid 2%
Vaselin flavum ad 100%
MONOGRAFI BAHAN
1. Eritromisin
2. Metilparaben
3. Propilparaben
4. BHT
o Pemerian: Putih atau kristal kuning pucat atau serbuk dengan
karakteristik bau seperti fenol.
o Sterilisasi:
5. Propilenglikol
6. Gliserin
7. Paraffin solid
8. Vaselin flavum
0,55
1. Eritromisin = x 100=0,55+10 %=0,60 gram
100
0,1
2. Metilparaben = x 100=0,1+10% = 0,11 gram
100
0,01
3. Propilparaben = x 100=0,01+10 % = 0,011 gram
100
0,01
4. BHT = x 100=0,01+10 % = 0,011 gram
100
2
5. Propilenglikol = x 100=2+10 % = 2,2 gram
100
2
6. Gliserin = x 100=2+10 % = 2,2 gram
100
2
7. Paraffin solid = x 100=2+20 % = 2,4 gram
100
8. Vaselin flavum
= 40 gr – 7,532 gr
= 32,468 gr ≈ 32,5 gr + 20% = 39 gr
= 32,5 gr + 2 gr = 34,5 gr
VI. CARA KERJA
Vaselin flavum dan Paraffin solid
Siapkan alat dan bahan, lalu Hidupkan Laminar Air Flow masukan dalam cawan
lakukan sterilisasi awal 2-3 jam sebelum digunakan penguap, panaskan 60-70ºC
hingga melebur
Lakukan Evaluasi
EVALUASI SEDIAAN
Uji Organoleptik
Amati secara
Timbang 0,5 salep
kualitatif meliputi Amati dan catat hasil
mata
warna,bau, tekstur
Uji Homogenitas
Mengoleskan
Amati apakah ada
sediaan pada kaca Ujung kaca ditarik
butiran atau tidaknya
objek/kaca dengan benang
pada sediaan
transparan
Uji pH
Siapkan 0,05
Oleskan salep mata Amati dan catat
sediaan. Keluarkan
pada kertas pH hasil
isinya
VII. HASIL
A. Uji Organoleptik
Warna Bau Bentuk
R1 Kuning Khas basis Massa salep
R2 Kuning Khas basis Massa salep
R3 Kuning Khas basis Massa salep
R4 Kuning Khas basis Massa salep
R5 Kuning Khas basis Massa salep
R6 Kuning Khas basis Massa salep
B. Uji Homogenitas
R1 R2 R3 R4 R5 R6
Homoge Homogen Homogen Homoge Homoge Homogen
n n n
C. Uji pH
R1 R2 R3 R4 R5 R6
6 6 7,28 5 5 5
R1 R2 R3 R4 R5 R6
Waktu 0,5 0,4 0,4 0,5 0,3 0,5
(s)
Beban R1 R2 R3 R4 R5 R6
Kaca 3,4 cm 3,6 cm 3,9 cm 2,25 cm 3,8 cm 3,7 cm
(3,03 gr)
+ 50 gr 3,9 cm 4,1 cm 4,2 cm 2,4 cm 4,1 cm 4,2 cm
+ 100 gr 4,1 cm 4,6 cm 4,7 cm 3,9 cm 4,6 cm 4,5 cm
+ 150 gr 4,5 cm 4,8 cm 4,9 cm 4 cm 4,8 cm 4,8 cm
Waktu R1 R2 R3 R4 R5 R6
15 detik TB TB TB TB TB TB
30 detik TB TB TB TB TB TB
45 detik TB TB TB TB TB TB
60 detik TB TB TB TB TB TB
3 menit TB TB TB TB TB TB
5 menit TB TB TB TB TB TB
(Ket: TB = Tidak Bernoda B = Bernoda)
R1 R2 R3 R4 R5 R6
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bocor bocor bocor bocor bocor bocor
PEMBAHASAN
Setelah itu melakukan uji evaluasi pada sediaan salep mata yang pertama
yaitu melakukan uji organoleptic dengan menggunakan panca indra yang meliputi
penglihatan berupa warna dan penciuman berupa bau. Hasil dari evaluasi
menunjukkan bahwa warnanya kuning pucat, kemudian untuk bau mirip vaselin
flavum. Pada praktikum ini uji organoleptiknya sesuai dengan standar yang ada di
Farmakope Indonesia edisi IV yaitu warnanya kekuningan, baunya yang khas dan
bentuknya sesuai dengan masa salep.
Selanjutnya uji daya lekat yang bertujuan mengetahui daya, daya lekat
salep mata. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,5
gram kemudian disimpan pada kaca slide yang ditutup dengan kapiler glass dan
diberi beban 1kg selama 5 menit, kemudian kaper glass ditarik dengan alat
penguji, lalu dicatat hasil yang didapat setelah pengujian. Dari hasil praktikum
dapat dikatakan kurang baik karena tidak sesuai standar. Daya lekat yang baik
menurut literature yaitu lebih dari 4 detik (Nevi,2006)
KESIMPULAN
1. Basis salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan
difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat
dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
2. Pembuatan salep mata harus berlangsung pada kondisi aseptik untuk
menjamin kemurnian mikrobiologi yang disyaratkan. Hal itu
mensyaratkan, bahwa basis salep yang digunakan sedapat mungkin dapat
disterilkan.
3. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sediaan salep yang dibuat
memenuhi persyaratan sediaan salep mata yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Ditjen POM, Jakarta