Anda di halaman 1dari 3

Nama : Darna Fidiawati

Nim : 1910069P

Kelas : B

Semester : V

1. Definisi Perawatan palliative telah mengalami beberapa evolusi. menurut WHO pada
1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas Perawatan Paliatif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah
tidak respossif terhadap pengobatankuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan
dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisiPerawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda.

2. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dalam
menghadapi setiap penyakit yang diderita dan mempersiapkan diri menghadapi kematian
dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas penyakit yang diderita, baik
secara fisik (nyeri, mual, muntah) maupun psikis yang berbasis spiritual.

3. Asar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :

1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR:812/Menkes/S


K/VII/2007 )
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif.Pasien harus mem
ahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif.
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.Keputusan dilakukan atau tidak dilak
ukan tindakan resusitasi dapat dibuatoleh pasien yang kompeten atau oleh Tim pera
watan paliatif. Informasitentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat pa
sien memasukiatau memulai perawatan paliatif.
c) Perawatan pasien paliatif di ICUPada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU men
gikuti ketentuanumum yang berlaku
d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang bersifat
kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis,tetapi dengan pertimbangan yang me
mpertimbangkan keselamatan pasientindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatanyang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untukmemp
erpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukanuntuk kepent
ingan pasien sendiri.
4. KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN DALAM MENYAMPAIKAN
BERITA BURUK
1. Menyampaikan berita buruk bukan di tempat yang menjamin privacy, misalnya
disampaikan di lorong rumah sakit, di pintu IGD, dll.
2. Interupsi / pemberian penjelasan terpotong atau terganggu karena suatu hal
(misalnya menerima atau menjawab telepon, HP berbunyi, ada perawat meminta
tanda tangan, dll).
3. Penyampaian kabar buruk melalui telepon. Hindari hal ini karena perawat tidak
tahu bagaimana situasi dan kondisi pasien saat menerima kabar buruk tersebut.
4. Perawat terlalu banyak bicara (biasanya karena perawat sendiri merasa tidak
nyaman atau nervous).
5. Efek iatrogenik yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk kondisi
pasien baik secara fisik maupun psikologis atau bahkan menimbulkan gangguan
baru secara fisik atau fisiologis (misalnya, pasien pria mendapat berita buruk
tentangmengidap diabetes melitus, penjelasan tentang akibat diabates yang salah
satunya impotensi menyebabkan pasien cemas sehingga menjadi impotensi
psikogenik).

5. Merupakan peran unik penuh penghargaan utk melaksanakan elemen2 inti praktik kepera
watan yg berdasarkan pengetahuan ilmiah yaituperawatan, pengobatan dan koordinasi m
elalui fungsi2 independen, dependen daninterdependen.

6. 5 fase yaitu: 1. Penyangkalan. 2. Marah. 3. Tawar menawar. 4. Depresi. 5. Penerimaan.

7. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar


Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
1) Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan
bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan
penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar
seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu
meresponnya sama sekali.
2) Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang perawat sampaikan dekat klien.
3) Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah
satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
4) Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien
fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
8. karena perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama perawatan
paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya
penderita, tetapi juga keluarganya.

9. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
1) Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
2) Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

10.. peran perawat pada klien penyakit kronis:


Tanggung jawab yang utama adalah mengerti perasaan duka dan proses berduka
Peran perawat pada keluaraga:
Keluarga perlu di beri informasi, kapan, bagaimana dan keamanan sehingga keluarga
merasa beban yang dipikulnya terbagi. Mengajak keluarga untuk terlibat dan bekerja
sama dengan tim kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai