Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

A. KOSEP DASAR EVALUASI..........................................................................................

B. PERENCANAAN,PELAKSANAAN,PERKEMBANGAN EVALUASI.......................

C. PENGUKURAN DAN PENILAIAN EVALUASI...........................................................

D. PRINSIP DAN SASARAN EVALUASI.........................................................................

A. Konsep dasar evaluasi


A. Pengertian evaluasi
Evaluasi yaitu suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam artian luas, evaluasi
adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan (Mehrens & Lehman,
1978).
Menurut Tardif (1989) evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
Evaluasi dalam pendidikan adalah proses menentukan perubahan tingkah laku
seorang peserta didik dan membuat keputusan .Aktivitas evaluasi bertumpu pada cirri-ciri
manusia yang dapat diubah .pertdalam pertimbangan bagi peserta didik dapat diperoleh
berdasarkan interprestasi hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan teknik non
tes
Dalam evaluasi bukan hanya meliputi pencapaian dan kemajuan dalam elajaran tetapi
juga termasuk penafsiran semua aspek perkembangan mental dan fisik,minat,sikap,bakat,dan
emosi Dalam pembelajaran,evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menetukan harus sejauh mana tujuan pengajaran dapat dicapai oleh peserta didik.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus atau secara berulang-ulang atau kapan
diperlukan. Untuk menetukan perubahan, sekurang-kurang nya evaluasi dilakukan dua
kali,yaitu sebelum dan sesudah penyampaian materi pelajaran. Perbandingan antara kedua
keputusan akan memperlhatkan sejauh mana perubahan tingkah laku telah terjadi atau taraf
pencapaian tujuan pembelajaran atau peserta didik.
B. Fungsi Evaluasi
a. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar – mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap
murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid
kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c. Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar – mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan
kesulitan – kesulitan belajar yang timbul.

C. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan
Sinjutak, menegaskan bahwa :
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data – data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
3) Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah berikut ini :
1) Merangsang kegiatan siswa.
2) Menemukan sebab – sebab kemajuan atau kegagalan.
3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa
yang bersangkutan.
4) Memperoleh bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua
dan lembaga pendidikan.
5) Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode belajar.
D. Macam-macam Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
a. Fungsi : untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, atau
memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
b. Tujuan : untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah
diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
c. Aspek – aspek yang dinilai : yang berkenaan dengan hasil kemampuan belajar murid,
meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang
telah disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar.
2. Evaluasi Sumatif
a. Fungsi : untuk menentukan angka/nilai murid yang telah mengikuti program pengajaran
dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran
dari suatu unit pendidikan. Di samping itu, untuk memperbaiki situasi proses belajar
mengajar ke arah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya.
b. Tujuan : untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah
menyelesaikan program bahan pengajaran dalam suatu catur wulan, semester, akhir tahun
atau akhir suatu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
c. Aspek – aspek yang dinilai : kemajuan belajar, meliputi : pengetahuan, keterampilan,
sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah diberikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir caturwulan, semester, atau akhir tahun.
3. Evaluasi Placement (penempatan)
a. Fungsi : untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak
tersebut dapat ditempatkan pada posisi yang tepat.
b. Tujuan : untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan
bakat, minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaan – keadaan lainnya, sehingga anak
tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru.
c. Aspek – aspek yang dinilai : meliputi : keadaan fisik, psikis, bakat,
kemampuan/pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain – lain aspek yang dianggap perlu bagi
kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan : penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses
belajar – mengajar yang permulaan. Atau anak tersebut baru akan mengikuti pendidikan di
suatu tingkat tertentu.
4. Evaluasi Diagnostik
a. Fungsi : untuk mengetahui masalah – masalah apa yang diderita atau yang mengganggu
anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti
program tertentu. Dan bagaimana usaha untuk memecahkannya.
b. Tujuan : untuk mengatasi/membantu pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami
anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar – mengajar pada suatu bidang studi atau
keseluruhan program pengajaran.
c. Aspek – aspek yang dinilai : hasil belajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan
keluarga, lingkungan, dan lain – lain.
d. Waktu pelaksanaan : dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Referensi :
1] Wina sanjaya, Perencanaaan & desain sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prenada Media
Group, 2008)
B. Perencanaan, Pelaksanaan, Perkembangan Evaluasi pembelajaran
A. Pengertian Perencanaan Evaluasi Pembelajaran
Menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Active Techniques of
Organization and Management, bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan .Evaluasi adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran menurut Norman E. Gronlound adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa. Sehingga pengertian perencanaan evaluasi pembelajaran
adalah rangkaian-rangkaian putusan yang diambil untuk menentukan sejauh mana tujuan-
tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa atau perencanaan evaluasi adalah menguraikan
strategi mengenai cara mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu
meningkatkan efektivitas dari suatu evaluasi program pendidikan.yang termasuk ke dalam
perencanaan evaluasi ini adalah: (1) penjelasan mengenai perlunya evaluasi dan tanggung
jawab melakukan evaluasi; (2) penentuan batasan evaluasi dan analisis konteks evaluasi; (3)
identifikasi pertanyaan, kriteria, dan masalah evaluatif; (4) perencanaan pengumpulan,
analisis dan interpretasi informasi; dan (5) mengembangkan team manajemen perencanaan
evaluasi, termasuk penentuan waktu, anggaran dan biaya, personel, serta menentukan
penilaian, monitoring, dan perbaikan perencanaan evaluasi sampai mendapatkan suatu
kesepakatan mengenai prosedur evaluasi yang akan dilakukan.
B. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan Evaluasi Pembelajaran
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan evaluasi menurut buku
Zainal Arifin yang berjudul Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya. Analisis
kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah mengindentifikasi dan mengklarifikasi masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, analisa data dan kesimpulan. Analisis kebutuhan dalam
program pembelajaran berarti analisis yang dilakukan terhadap kebutuhan peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok.
2. Menentukan Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas karena menjadi dasar untuk
menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis atau model, dan karakter alat penilaian. Ada
empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses
pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau
untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya
(penempatan).Dengan kata lain, tujuan penilaian harus dirumuskan sesuai dengan jenis
penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, atau
penempatan. Rumusan tujuan penilaian harus memperhatikan domain hasil belajar.
3. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Pengidentifkasian kompetensi dilakukan oleh guru berdasarkan kompetensi yang ada dalam
kurikulum yang berlaku. Mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar
hingga indikator.
4. Menyusun Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian relevan dengan materi pelajaran
yang sudah disampaikan oleh guru kepada peserta didik.Kisi-kisi adalah format pemetaan
soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan
berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsinya sebagai pedoman untuk menulis soal
atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi disusun berdasarkan silabus setiap mata
pelajaran. Jadi, guru harus menganilisis silabus terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi.
5. Mengembangkan Draf Instrumen
Draf instrumen penilaian dapat berupa bentuk tes maupun nontes. bentuk tes mengharuskan
guru membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus
jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun
bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan.
Bentuk nontes, contohnya dapat berupa angket, observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
6. Uji Coba dan Analisis Soal
Uji coba dan analisis soal bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana yang baik untuk dipergunakan
selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami uji coba dan revisi yang
didasarkan atas analisis empiris dan rasional.Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan setiap soal yang digunakan.
7. Revisi dan Merakit Soal
Soal yang sudah diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat
kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki
dari segi bahasa, atau direvisi total, baik menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif
jawaban (option), untuk kemudian dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrumen yang
terpadu dengan memperhatikan validitas skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokkan
bentuk soal, dan penataan soal.
C. Langkah-Langkah Perencanaan Evaluasi
Tahap-tahap utama dalam perencanaan evaluasi adalah:
1. Menetukan Tujuan Evaluasi
Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang harus dimiliki
seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi, penentuan tujuan evaluasi akan
selalu berkenaan dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan suatu evaluasi, yaitu output
(misalnya; produk pembelajaran, dokumentasi siswa/guru, dsb.) dan outcome (misalnya;
efektivitas/efisiensi pembelajaran siswa, perubahan sikap siswa, perubahan kinerja dan sikap
guru, perubahan kelembagaan, posisi di dunia pendidikan dan dunia kerja, dsb.). Agar lebih
jelas, berikut ini adalah contoh dari penentuan tujuan evaluasi yang berkaitan dengan
kurikulum. Tujuan: Menguraikan kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang
digunakan, dengan fokus pada kegagalan pembelajaran siswa. Pertanyaan: Apa kebutuhan
pembelajaran dan mengapa kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh
pengajaran/pembelajaran yang ada? Dalam hal ini analisis kurikulum hendaknya
menghasilkan suatu pernyataan yang jelas dari outcome pembelajaran yang diinginkan,
misalnya tujuan pembelajaran.
2. Merumuskan Masalah Evaluasi
Masalah evaluasi bisa dilihat dari fenomena yang terjadi. Dengan mengacu pada contoh
sebelumnya, yaitu masalah kurikulum, dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi adalah
rendahnya mutu pembelajaran siswa atau bahwa hasil pembelajaran tidak sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, di sini diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa dalam kaitannya dengan menganalisis
kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan.
Dalam hal ini, evaluator bisa merumuskan masalah tersebut dengan melakukan analisis diri,
analisis dari rekan sejawat, dari para ahli, atau dari tinjauan literatur pendidikan, dengan
fokus pada muatan kurikulum, aktivitas pengajaran/pembelajaran, dan penilaian. Setelah
merumuskan masalah, evaluator bisa melanjutkan dengan menentukan jenis data yang akan
dikumpulkan untuk kepentingan evaluasi tersebut.
3. Menentukan Jenis Data yang Akan Dikumpulkan
Pada tahap ini evaluator mengidentifikasi data/informasi sesuai dengan kebutuhan dan
variabel yang akan dievaluasi. Jenis data secara umum adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Di sini evaluator memilih dan/atau mengembangkan metode pengumpulan data
(instrumen), mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang tepat (dari siapa, oleh siapa)
dan cara mengumpulkannya, organisasi hasil informasi evaluasi, serta analisis dan
interpretasi hasil informasi evaluasi.
4. Menentukan Sampel
Sampel digunakan bila kita akan mengevaluasi sebagian dari populasi yang menjadi subjek
atau objek evaluasi, dengan memperhatikan sifatnya yang homogenitas dan heterogenitas.
Evaluator juga menentukan teknik pengambilan sampel (sampling) yang cocok diambil.
Sebagai contoh, Anda bisa menentukan desain sampling yang akan diambil dari sejumlah
populasi dengan menggunakan teknik-teknik seperti random sampling, stratified sampling,
proportional sampling, dengan memperhatikan pendekatan seperti judgment sampling (ditarik
berdasarkan pertimbangan para ahli) dan probability sampling (ditarik berdasarkan
probabilitas) serta haphazard sampling (berdasarkan aksesibilitas sampel yang dapat diambil).
5. Menentukan Model Evaluasi
Penentuan modal evaluasi sangat berkaitan dengan dengan berbagai pendekatan evaluasi.
Evaluator hendaknya memahami berbagai pendekatan dalam evaluasi, kekuatan dan
kelemahan setiap pendekatan. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan utama dalam
evaluasi:

a. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan dan
sasaran dan pencapainnya.
b. Pendekatan yang berorientasi pada manajemen, yang fokus utamanya adalah pada
identifikasi dan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pembuat keputusan manajerial.
c. Pendekatan yang berorientasi pada klien, yaitu yang masalah utamanya adalah
mengembangkan informasi evaluasi dalam ―produk-produk‖ pendidikan, untuk digunakan
oleh pengguna pendidikan dalam memilih kurikulum (misalnya kurikulum berbasis
kompetensi), produk-produk pembelajaran, dan sebagainya.
d. Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada penerapan
langsung dari para profesional dalam menilai kualitas pendidikan.
e. Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra atau
penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada umumnya (pro dan
kontra).
f. Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa keterlibatan
partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria, kebutuhan, dan sifat data
untuk evaluasi.
6. Menentukan Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang umumnya dipakai oleh evaluator antara lain adalah tes, pengukuran sikap,
survey dan kuesioner survey, wawancara, pengamatan, on-site evaluation, teknik Delphi,
analisis kebutuhan, analisis konten, sampling, eksperimental, quasi-experimental, dan
sebagainya. Penentuan alat evaluasi hendaknya sesuai dengan tujuan dan pertanyaan evaluasi
yang dikemukakan sebelumnya. Sebagai contoh, jika Anda akan mengevaluasi kemajuan
prestasi siswa dalam beberapa matapelajaran, hendaknya Anda menggunakan tes tertulis
sebagai alat evaluasi. Contoh lain jika Anda akan mengevaluasi minat dan bakat siswa, Anda
bisa menggunakan tes lisan, wawancara, atau pengukuran sikap.
7. Merencanakan Personal Evaluasi
Yang dimaksud personal evaluasi di sini adalah seluruh sumberdaya manusia yang tersedia
dan terlibat untuk pelaksanaan evaluasi. Termasuk di sini antara lain adalah (1) evaluator atau
team evaluator, (2) klien yang meminta evaluasi, dan (3) evaluand (objek evaluasi). Dalam
posisi kita sebagai evaluator, kita bisa meminta bantuan dari evaluator eksternal yang
memiliki keahlian tertentu dalam bidangnya. Keuntungan menggunakan evaluator eksternal
antara lain adalah hasil evaluasi akan lebih objektif karena mereka jarang memiliki
kepentingan tertentu (vested interest) dalam keberhasilan atau kegagalan suatu program.
Keuntungan lainnya adalah bahwa evaluator eksternal bisa memperkaya perspektif lain
ketimbang evaluator internal.

8. Merencanakan Anggaran
Anggaran dan pembiayaan kadang bisa menjadi kendala untuk keberhasilan pelaksanaan
evaluasi. Dana yang tidak sesuai dengan perencanaan anggaran bisa menghambat jalannya
program. Di lain pihak, perencanaan anggaran yang tidak realistis juga akan berdampak
buruk dalam pelaksanaan evaluasi. Sebagai contoh, dalam hal ini kita harus bisa
menyesuaikan perencanaan anggaran dengan dana yang tersedia, misalnya dana yang
disediakan oleh sponsor atau dana yang tersedia dalam anggaran rutin. Dengan kata lain, agar
rencana sesuai dengan realisasi, perencanaan anggaran dan biaya yang kita buat harus
realistis dan tetap berpatokkan pada konsep efisiensi. Bila Anda merasa anggaran Anda
kurang sempurna, Anda bisa meminta bantuan orang-orang perencanaan anggaran, konsultan
keuangan dan/atau akuntan.
9. Merencanakan Jadwal Kegiatan
Suatu perencanaan akan lebih mudah dipahami dan lebih mudah dilaksanakan bila kita
memiliki suatu jadwal kegiatan, yang terdiri dari jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan
dan waktu yang tersedia. Dengan jadwal, kita dapat menentukan apa yang harus kita lakukan
hari ini, misalnya. Kita harus tetap menjaga agar aktivitas dan waktu kita tidak keluar dari
jadwal yang telah ditetapkan, sebab jika hal tersebut terjadi, maka kegiatan lainnya akan
terpengaruh juga. Namun demikian, kita tidak boleh melepaskan diri dari fleksibilitas jadwal,
artinya suatu kegiatan dalam suatu rangkaian kegiatan hendaknya dibuat fleksibel agar jika
terjadi hal-hal yang diluar dugaan, hal tersebut bisa diantisipasi sesegera mungkin.
Perencanaan jadwal kegiatan dapat didasarkan pada permintaan klien, kebutuhan program
atau berpatokkan pada kriteria dan peraturan tertentu.

Referensi :
[1] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 15

[2] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 3

[3]Pendidikan Ekonomi-a. “Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran”.


http://pendidikanekonomia.blogspot.com/2014/04/bab-ii-pembahasan-a.html. Diakses pada
10 Mei 2015 pukul 10.23 WIB.

[4] Zainal Arifin. Op.cit. Hlm. 92.


C. Pengukuran dan Penilaian Evaluasi
A.Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja
untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik
akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem
penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan
kemampuannya.Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan
setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya
dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian
adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi
(1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya
setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa
menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam
bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam
melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian
dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa
kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal.
Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun
waktunya bisa berbeda.
B.Ruang Lingkup Aspek Penilaian
Hasil belajar siswa, bila diklasifikasikan berdasarkan taxonomy Bloom meliputi; aspek
kognitif, sikap dan keterampilan. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar juga harus bersifat
komprehensif (menyeluruh) meliputi ketiga aspek di atas. Disamping itu, proses belajar
mengajar (pembelajaran) yang ditempuh oleh guru dan siswa juga harus mendapat perhatian
dalam penilaian ini. Sebagai bahan masukan untuk perbaikan proses pembelajaran
berikutnya.
Secara umum bentuk-bentuk soal yang digunakan untuk menilai aspek kognitif dapat
diklasifikasikan ke dalam lima bentuk soal, yaitu (a) soal bentuk pilihan ganda, (b) soal
bentuk benar salah, (c) soal menjodohkan, (d) uraian /jawaban singkat, dan (e) soal bentuk
uraian bebas ( free essay). Dilihat dari segi cara atau pola jawaban yang diberikan, soal dapat
dibedakan ada soal yang telah disediakan jawabannya, peserta tes tinggal memilih jawaban
tersebut (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan) dan ada soal yang tidak disediakan
jawabannya (uraian). Kemudian dilihat dari segi cara pemberian skornya, dibedakan ke
dalam soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat subjektif. Sikap merupakan bagian
dari hasil belajar, dengan demikian sikap dapat dibentuk, diarahkan, dipengaruhi dan
dikembangkan. Sikap seorang siswa menentukan bagaimana ia bereaksi terhadap situasi yang
dihadapi dan menentukan apa yang dicari dan diperjuangkan dalam kehidupannya. Sikap
selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek tersebut muncul setelah ia
mempelajari, mengamati dan mengenali objek itu. Ada dua kemungkinnan sikap individu
terhadap suatu objek yang dipelajarinya, sikap positif atau sikap negatif. Sikap positif muncul
apabila individu itu memandang objek tersebut bernilai dan akan muncul sikap negatif
apabila individu memandang objek tersebut bukan saja tidak bernilai, juga mmerugikan.
Sikap siswa dapat dibentuk melalui pengalaman yang berulang-ulang, imitasi (peniruan),
identifikasi (mengenali secara mendalam) dan sugesti.
Untuk mengukur hasil belajar aspek sikap, paling tepat menggunakan instrumen
sekala sikap. Yaitu sejenis angket tertutup dimana pertanyaan/pernyataan mengandung sifat
nilai-nilai sikap yang menjadi tujuan pengajaran. Salah satu jenis sekala sikap yang banyak
digunakan adalah sekala Likert. Penilaian penampilan (keterampilan) berkenaan dengan
hasil pengajaran yang berkaitan dengan aspek keterampilan. Seperti halnya dengan jenis
penilaian yang lain, hakekat penilaian penampilan terutama ditentukan oleh karakteristik
hasil belajar yang akan diukur. Penilaian penampilan mengacu kepada prosedur melakukan
suatu kegiatan dan atau mengacu kepada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Dengan kata
lain, mengukur tingkat kemahiran tingkat keterampilan seseorang tentang suatu kegiatan bisa
dilihat pada saat seseorang sedang melakukan kegiatan atau dilihat dari hasil/produk dari
kegiatan tersebut.
Walaupun pengukuran pengetahuan dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
melakukan sesuatu kegiatan dalam situasi tertentu, namun penilaian penampilan diperlukan
untuk menilai kemampuan yang sebenarnya. Meskipun penilaian penampilan amat
diperlukan, namun seringkali diabaikan dalam penilaian hasil belajar. Hal ini disebabkan:
Pertama, banyak guru/penilai yang beranggapan bahwa untuk mengukur penampilan
peserta didik cukup dilakukan melalui tes pengetahuan saja. Padahal yang sesungguhnya, tes
pengetahuan hanya tepat jika penilai ingin mengukur apa yang diketahui peserta didik tentang
sesuatu, sedangkan jika ingin mengetahui sejauhmana kemahiran peserta didik didalam
menampilkan suatu kegiatan, yang harus digunakan adalah tes penampilan. Dengan demikian
skor tes pengetahuan jelas tidak dapat dipakai untuk menggambarkan keterampilan
penampilan peserta didik. Kedua, pelaksanaan penilaian relatif lebih sukar dibandingkan
penilaian terhadap aspek pengetahuan. Tes penampilan memerlukan waktu lebih banyak
untuk mempersiapkan dan melaksanakannya serta pemberian skornya sering subjektif dan
membebani.
Mutu hasil penilaian penampilan akan sangat tinggi apabila menempuh prosedur yang benar
dan sistematis. Adapun prosedur penilaian penampilan secara umum meliputi : (l) memilih
topik / pokok bahasan, (2) merumuskan tujuan pembelajaran/pelatihan, (3) mengidentifikasi
penampilan yang hendak diukur, (4) memilih jenis tes yang digunakan, (5) merumuskan
instruksi (suruhan) kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik, dan (6) membuat format
penilaian.
Penilaian terhadap proses seringkali diabaikan, setidaknya tidak mendapat porsi yang
seimbang dengan penilaian terhadap hasil. Padahal pendidikan tidak berorientasi kepada
hasil semata, tetapi juga kepada proses. Terlebih-lebih saat ini sedang digalakan sistem
pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan proses, dimana kegiatan siswa di dalam
mencari dan mengolah informasi materi pelajaran mendapat porsi yang sangat tinggi (student
centre). Penilaian terhadp hasil belajar semata tanpa menilai proses, cenderung siswa menjadi
kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak menutup kemungkinan penyebab
kegagalan itu adalah lemahnya proses pengajaran, dimana guru sebagai penanggung
jawabnya.
Tujuan penilaian proses belajar mengajar lebih ditekankan kepada perbaikan dan
pengoptimalan kegiatan belajar mengajar, terutama berkaitan dengan efisiensi, efektiivitas
dan produktivitas kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan pengajaran. Teknik dan instrumen
yang sering diigunakan untuk menilai proses ini adalah teknik observasi.
C. Langkah-Langkah Pengembangan Penilaian Pembelajaran
Agar dapat memperoleh hasil yang efektif penilaian hasil belajar perlu direncanakan secara
sistematis sehingga jelas abilitas yang hendak diukur, materi, alat dan interpretasi
penilainnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi hasil
belajar yaitu, (1) pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, (2) tipe tes yang akan
digunakan, (3) aspek yang akan diuji, (4) format butir soal, (5) jumlah butir soal, (6)
distribusi tingkat kesukaran butir soal.
Empat langkah pokok dalam pengembangan penilaian pembelajaran yaitu:

a. menentukan tujuan tes,


b. mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur,
c. membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi tes), dan
d. menulis soal yang relevan dengan kisi-kisi tes.
Kemudian dalam menentukan bentuk soal mana yang akan digunakan, perlu
mempertimbngkan hal-hal berikut (1) karakteristik mata pelajaran yang akan diujikan, (b)
tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa, (3) tipe informasi yang dibutuhkan
dari tujuan evaluasi, (4) usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti
tes, dan (5) besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes .

-Penilaian
Secara umum penilaian dapat dikelompokan kedalam dua kelompok , alat penilaian bentuk
tes dan alat penilaian bukan tes.
Dari segi pelaksanaannya, tes dibagi kedalam tiga kategori; tes tulisan, tes lisan dan
tes tindakan. Dari segi bentuk soal dapat diklasifikasikan ke dalam lima bentuk soal, yaitu
(a) soal pilihan ganda, (b) soal benar salah, (c) soal menjodohkan, (d) uraian /jawaban
singkat, dan (e) soal bentuk uraian bebas ( free essay). Dilihat dari segi cara atau pola
jawaban yang diberikan, soal dapat dibedakan ada soal yang telah disediakan jawabannya,
peserta tes tinggal memilih jawaban tersebut (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan) dan
ada soal yang tidak disediakan jawabannya (uraian). Kemudian dilihat dari segi cara
pemberian skornya, dibedakan ke dalam soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat
subjektif.
Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai akurat atau
mencerminkan mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan
sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan pengajaran, maka tes
yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur yang baik.
Karakteristik tes yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah tes tersebut memiliki
keseimbangan, spesifik dan objektif. Keseimbangan dan kehususan (spesifikasi) berkaitan
langsung dengan validitas, objektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan
tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan reliabilitas.
Untuk memperoleh prangkat tes yang seimbang (proporsional) , dapat dilakukan dengan cara
membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukan ke dalam
perangkat tes. Untuk memperoleh butir-butir soal yang spesifik dapat dilakukan melalui
identifikasi kompetensi dan tujuan-tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar
perumusan butir soal. Dengan cara-cara di atas, dapat diharapkan butir-butir soal yang
dirumuskan dapat menjadi sampel yang representatif dalam perangkat tes itu.
Ebel mengemukakan lebih terinci lagi, ada 10 kriteria perangkat tes yang baik; (1)
relevansi, yaitu kesesuaian antara tes yang dikembangkan dengan kurikulum yang telah
ditentukan, (2) keseimbangan antara tujuan pembelajaran khusus dengan jumlah butir soal
yang mewakilinya, (3) efisien baik dalam pelaksanaan tes, pemberian skor dan
pengadministrasiannya, (4) objektif dalam pemberian skor dan penafsiran hasilnya, (5)
spesifikasi, yaitu tes hanya mengukur hal-hal khusus yang telah diajarkan, (6) tingkat
kesukaran butir soal berada disekitar indeks 0,50 (7) memiliki kemampuan untuk
membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang assor, (8)
memiliki tingkat reliabilitas yang cukup tinggi, (9) kejujuran dan keadilan dalam pelaksanaan
evaluasinya, (10) memiliki kecepatan (speed) yang wajar dalam penyelesaian tesnya.

Referensi :
Abdussakir, M.Pd. Pengembangan Evaluasi Pembelajaram Berbasis Kompetensi.tanggal 8
oktober 2020 di wolasi

http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/manfaat-dan-fungsi-perencanaan.html. Akses
tanggal 8/10/2020,Jam.19.45.
D. Prinsip dan sasaran evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam
prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan penilaian dalam usaha
perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari
pengembangan dan pemakaiannya. Berkaitan dengan prinsip-prinsip penilaiai tersebut,
Gronlund mengemukakan enam prinsip penialaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya:
 mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran,
 mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup
dalam pengajaran,
 mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan, direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang
akan digunakan secara khusus, dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan
harus ditafsirkan secara hati-hati, dan dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.
Sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang dititik pusat pengamatan karena penilai
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dengan demikian sasaran penilai untuk
unsure-unsurnya meliputi input, transformasi dan output.

Referensi :
Nurdinpendidikanfisika.blogspot.com
Abdussakir, M.Pd. Pengembangan Evaluasi Pembelajaram Berbasis Kompetensi.tanggal 8
oktober 2020 di wolasi

http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/manfaat-dan-fungsi-perencanaan.html. Akses
tanggal 8/10/2020,Jam.19.45.

Anda mungkin juga menyukai

  • BK 2
    BK 2
    Dokumen15 halaman
    BK 2
    Mellani Pratama Latif
    Belum ada peringkat
  • Tgs.
    Tgs.
    Dokumen20 halaman
    Tgs.
    Mellani Pratama Latif
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar Yg 1
    Bahan Ajar Yg 1
    Dokumen8 halaman
    Bahan Ajar Yg 1
    Mellani Pratama Latif
    Belum ada peringkat
  • Desain Pembelajaran
    Desain Pembelajaran
    Dokumen6 halaman
    Desain Pembelajaran
    Mellani Pratama Latif
    Belum ada peringkat