DISUSUN OLEH
NIM : 18010104063
IAIN KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Kedudukan anak
dan remaja dalam rentang perkembanga manusia”.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuataan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1
Miftahul Jannah - Fakhri Yacob - Julianto, “Rentang Kehidupan Manusia (Life Span
Development) Dalam Islam”, International Journal of Child and Gender Studies, Vol. 3 No. 1,
Maret 2017 hal. 97
2
Toto Haryadi-Aripin, “Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Anak Sekolah
Dasar melalui Perancangan Game Simulasi “Warungku”, Jurnal Desain Komunikasi Visual &
Multimedia, Vol. 1 No. 2, 2015, hal. 39
BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi dalam
Domain Deskripsi
Pembelajaran
Mengemukakan arti,
Pengetahuan atas fakta, mengindentifikasi,
Pengetahuan definisi, nama, peristwa, mendeskripsikan
teori, dan kesimpulan sesuatu, menguraikan
apa yang terjadi
Membedakan,
Pengertian atas hubungan
membandingkan,
antar faktor, konsep data,
Pemahaman menginterpretasi data
sebab-akibat dan penarikan
mengonversikan,
kesimpulan
memberi contoh
Aplikasi Menggunakan pengetahuan Menghitung,
3
Miftahul Jannah, “Tugas-tugas Perkembangan pada Usia Kanak-kanak”, Internasional Journal
of Child and Gender Studies, Vol. 1 No. 2, September 2015, hal 87-88
4
Toto Haryadi-Aripin, Op. cit., hal. 41
melakukan
untuk solusi masalah dan percobaan,
implementasi memodifikasi,
memprediksi
Mengidentifikasi
Menentukan bagian faktor penyebab,
masalah, penyelesaian dan merumuskan
Analisis
menunjukkan hubungan masalah, membuat
antar bagian grafik,
menggambarkan
Menggabungkan informasi Membuat desain,
menjadi kesimpulan atau menciptakan produk
Sintesis konsep dan menciptakan baru, merancang
hal baru dengan mengolah model dan
berbagai ide mengategorikan
Beradu argumentasi,
Mempertimbangkan suatu memilih solusi yang
hal berdasarkan oposisi lebih baik,
Evaluasi
biner (benar-salah, baik‐ megadakan
buruk) perbandingan,
memberi kesimpulan
b.Perkembangan afektif
Afektif merupakan ranah yang berhubungan dengan psikis, jiwa dan rasa.
Kecerdasan ini meliputi sikap (menikmati, menghormati), penghargaan (reward,
punishment), nilai (moral, sosial) dan emosi (sedih, senang). Bersama dengan
berkembangnya kecerdasan kognitif, anak juga perlu dilatih mengembangkan
afektif (rasa). Anak tidak hanya didorong untuk pintar, tetapi juga aktif,
bertingkah laku baik kepada sesama maupun makhluk hidup lainnya.
Contoh penerapan dalam ranah afektif menurut Harsanto yang dikutip oleh
Toto Haryadi dalam jurnalnya, sebagai berikut:5
5
Ibid.,hal. 43
Implementasi dalam
Domain Deskripsi
Pembelajaran
Kepekaan diri terhadap Bertanya, memilih,
fenomena dan stimulus senang
Penerimaan
untuk memberikan mendengarkan‐
perhatian terkontrol membaca mengerjakan
Menunjukkan perhatian Menaati aturan,
Responsi secara aktif, ingin dan mengerjakan tugas,
puas merespon merenungkan
Termotivasi dan
berkomitmen untuk Mengapresiasi,
Menghayati nilai
bertindak sesuai nilai menghargai, bersimpati
yang dianut
Mengorganisasi,
memantapkan dan
Mendukung penegakan
Mengorganisasi berusaha menemuka
disiplin nasional
hubungan antara satu
nilai dengan nilai lain
Membulatkan tekad
Karakterisasi Menentukan kepribadian untuk
dengan nilai (satu dan tingkah laku sesuai melaksanakan perintah
atau dengan sistem nilai yang Allah, menguatkan diri
kompleks) dimiliki atau dianut untuk terus hidup
disiplin
c.Perkembangan psikomotorik
Psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik.6 Yang dimaksud aktivitas fisik disini seperti berlari, melompat, melukis,
6
Siti Aimah, “Upaya Guru dalam Meningkatkan Perkembangan Siswa Plus Darussalam
Blokagung Banyuwangi”, Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. 7
menggambar dan lain sebagainya. Dalam dunia pendidikan, psikomotorik
terkandung dalam mata pelajaran praktik. Psikomotorik memiliki hubungan
(korelasi) dengan hasil belajar yang dicapai melalui manipulasi otot dan fisik.7
Contoh penerapan dalam ranah psikomotorik menurut Sunandar yang
dikutip oleh Toto Haryadi dalam jurnalnya, sebagai berikut:
Implementasi dalam
Domain
Pembelajaran
Menirukan gerakan yang telah
Peniruan (immitation)
diamati
Menggunakan konsep untuk
Penggunaan (manipulation)
melakukan gerakan
Melakukan gerakan dengan teliti
Ketepatan (precision)
dan benar
Merangkaikan berbagai gerakan
Perangkaian (articulation)
secara berkesinambungan
Melakukan gerak secara wajar
Naturalisasi (naturalization)
dan efisien
8
Drs. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003)
a. Charlotte Buhler dalam bukunya yang berjudul The first tear of life:
1) Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)
a) Fase pertama (0-1 tahun)
Anak belajar menghayati berbagai objek diluar diri sendiri dan melatih
fungsi-fungsi motorik
b) Fase kedua (2-4 tahun)
Belajar mengenal dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan
penghayatan yang bersifat subjektif. Misalnya anak bercakap-cakap
dengan bonekanya atau berbincang-bincang dan bergurau dengan binatang
kesayangannya.
c) Fase ketiga (> 5 tahun)
Belajar bersosialisasi. Anak mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan
dengan teman sepermainan). Syarat penting untuk berlangsungnya
sosialisasi adalah interaksi sosial. Sosialisasi merupakan proses belajar
yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai dan norma yang berlaku agar dapat berpartisipasi sebagai
anggota dalam masyarakatnya.
2) Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah
a) Fase ketiga (6-8 tahun)
Anak bersosialisasi dengan lingkungan
b) Fase keempat (9-12 tahun)
Anak belajar mencoba, bereksperimen dan bereksplorasi yang distimulasi
oleh dorongan rasa ingin tahu yang tinggi.
b. Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Developmental Psychology:
1) Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)
a) Prenatal, yaitu masa konsepsi anak sampai umur 9 bulan dikandungan ibu
b) Masa natal, masa ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
(1) Infancy atau neonatus (dari lahir sampai usia 14 hari), masa penyesuaian
terhadap lingkungan
(2) Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun), masa ini bayi masih tidak berdaya
dan sangat tergantung pada lingkungan dan kemudian (karena
perkembangan) anak mulai berusaha menjadi independen
(3) Masa anak (> 2 tahun), anak belajar beradaptasi, sehingga dia merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan yang ada.
2) Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah
a) Masa anak (6-11 tahun), anak belajar beradaptasi dengan lingkungannya
b) Masa praremaja (11-12 tahun), anak belajar memberontak dengan
menunjukkan tingkah laku yang negatif.
c. Erik Erickson dalam bukunya Chilhood and Society:
1) Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)
a) Masa bayi (0-1,5 tahun)
Anak belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik baginya dan ia
belajar menjadi optimis mengenai kemungkinan-kemungkinan untuk
mencapai kepuasan
b) Masa toddler (1,5-3 tahun)
Anak belajar menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk
melaksanakan dua tugas penting, yakni pemisah diri dari ibu dan mulai
menguasai diri, lingkungan dan keterampilan dasar untuk hidup
c) Awal masa kanak-kanak (> 4 tahun)
Anak belajar mencontoh orang tuanya, pusat perhatian anak berubah dari
benda ke orang.
2) Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah
a) Awal masa kanak-kanak (6-7 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya, ia sudah
mulai bisa melakukan hal-hal kecil seperti makan dan berpakaian sendiri
b) Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)
Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi
c) Awal masa remaja (12 tahun)
Anak belajar membuang masa kanak-kanaknya dan belajar memusatkan
perhatian pada diri sendiri.
3. Tugas dan Perkembangan Usia Kanak-kanak dalam Islam
Konsep perkembangan dalam Islam memiliki istilah sesuai dengan bahasa Arab
yakni:9
a. Masa kanak-anak disebut dengan fase thufulah (2-7 tahun)
Pada fase ini orang tua dan anak berperan untuk mengembangkan kasih
sayang secara dua arah dimana ibu memberikan kasih sayangnya dan dalam waktu
bersamaan juga mengembangkan kemampuan anak, memberikan respon terhadap
anak. Ini seperti yang sering kita perhatikan dalam fase pertumbuhan anak secara
umum dimana orang tua memang diharapkan dapat mengajari dan memperhatikan
anak untuk dapat memberikan respon dengan baik, karena anak tidak akan
berkembang maksimal jika orang tua (atau orang sekitar), kurang memberikan
stimulasi pada anak
b. Masa Tamyiz (7-10 tahun)
Fase ini anak sudah mulai mampu untuk membedakan baik dan buruk
berdasarkan nalarnya sendiri sehingga di fase inilah orang tua sudah mulai
mempertegas pendidikan pokok syariat kepada anak.
Orang tua dan masyarakat bertanggungjawab penuh supaya anak dapat tumbuh
dan berkembang manjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya sesuai dengan tujuan dan kehendak
Tuhan. Pertumbuhan dan perkembangan anak diisi oleh pendidikan yang dialami
dalam hidupnya, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolahnya. Karena
manusia menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya ditempuh melalui
pendidikan, maka pendidikan anak sejak awal kehidupannya, menempati posisi
kunci dalam mewujudkan cita-cita “menjadi manusia yang berguna”.
Mendidik anak-anak menjadi manusia yang taat beragama Islam, pada
hakekatnya adalah untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri pribadi
manusia, yaitu beragama tauhid (Islam). Setiap individu mempunyai “dwi
potensi” yaitu bisa menjadi baik (fitrah primer) dan buruk (fitrah sekunder). Oleh
karena itu orang tua wajib membimbing, membina dan mendidik anaknya
berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, yaitu dengan agama
9
Miftahul Jannah, Op. cit., hal 92
Islam agar anak-anaknya dapat berhubungan dan beribadah kepada Allah dengan
baik dan benar.
Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia dan harmonis baik bagi orang
yang beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu kebutuhan mutlak. Setiap
orang yang menginjakkan kakinya dalam berumah tangga pasti dituntut untuk
dapat menjalankan bahtera keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga
sebagaimana diungkap diatas, merupakan masalah besar yang tidak bisa dianggap
sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang tua gagal dalam membina,
memelihara, mengasuh dan mendidik anak yang semula jadi dambaan keluarga,
perhiasan dunia, akan terbalik menjadi bumerang dalam keluarga, fitnah dan
siksaan dari Allah. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan
pengasuhan anak ini, ajaran Islam yang tertulis dalam al-Qur’an, Hadits, maupun
hasil ijtihad para ulama (intelektual Islam) telah menjelaskannya secara rinci, baik
mengenai pola pengasuhan anak pra kelahiran anak, maupun pasca kelahirannya.
Allah SWT memandang bahwa anak merupakan perhiasaan dunia. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 46.
Dengan demikian mendidik dan membina anak beragama Islam adalah
merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat
terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan
taat mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Menurut Zakiah Darajat dalam buku Jalaluddin yang dikutip oleh Miftahul
Jannah dalam jurnalnya pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok, selain
dari kebutuhan jasmani dan rohani, manusiapun mempunyai suatu kebutuhan akan
adanya kebutuhan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami
tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu kebutuhan akan rasa
kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses dan rasa ingin
tahu.Dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan
agama, dengan melaksanakan agama dengan baik maka segala kebutuhan tersebut
akan terpenuhi. 10
10
Miftahul Jannah, Op. cit., hal 95
C. Tugas pada Masa Remaja
Setelah masa kanak-kanak, tahap yang dilalui individu dalam
perkembangan hidupnya yakni masa remaja.
1. Definisi Remaja
Kata remaja berasal dari kata adolescere dari bahasa Latin yang berarti tumbuh
ke arah kematangan. Kematangan dalam hal ini meliputi kematangan fisik
maupun soai-psikologis.
Pada tahun 1974,WHO (World Health Organization) memberikan definisi
konseptual tentang remaja, yang meliputi kriteria biologis, psikologis dan sosial
ekonomi. Definisi remaja dalam beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria biologis, dimana individu berkembang dari saat pertama ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksualnya.
b. Kriteria sosial-psikologis, individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa
c. Kriteria sosial-ekonomi, dalam masa ini terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.11
12
Miftahul Jannah - Fakhri Yacob - Julianto, Op. cit., hal. 104-107
13
Sarwono, Op. cit.,
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.14
Hurlock juga menjelaskan sebagian besar orang-orang primitif selama
berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam rentang
kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa mengamati berbagai upacara
sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya perubahan-perubahan
tubuh, anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Setelah
berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari semua
upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan memperoleh hak dan
keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul tanggung jawab yang
mengiringi status orang dewasa.
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa
pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran
mereka juga berubah, mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis.
Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan
perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka, yakni
membangun identitas, termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa
sampai masa dewasa.
Herlina, Bibliotherapy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku. Bandung: Pustaka
14