Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATA KULIAH ETIKOLEGAL

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

Disusun oleh :
Desti Reka Karena Sari (P07124119003)
Nadilla Putri Firda (P07124119007)
Anughareni Dwi Agustina (P07124119012)
Rizka Dewi Irmawati (P07124119016)
Adinda Latifia Fisabilillah (P07124119029)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII
2020
A. PENDAHULUAN
Berpegang teguh pada falsafah kebidanan adalah pedoman yang dimiliki oleh seorang
bidan dalam menjalankan profesinya, falsafah ini semacam sumpah jabatan secara tidak
langsung. Jadi seorang bidan dalam menjalankan pekerjaannya, harus mempertimbangkan apa
yang wajib, boleh dan tidak boleh dilakukan. Meskipun harus bersinggungan dengan
kepentingan lainnya. Contoh : membantu pasien untuk melakukan aborsi bias membuat bidan
mendapatkan uang yang banyak, akan tetapi hal tersebut berlawanan dengan falsafah
profesinya.
Dalam praktik kebidanan, bidan harus dapat menggunakan tekhnik komunikasi yang baik
dan rasa percaya diri dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut bias dijelaskan dengan
profesi seorang bidan adalah pekerjaan yang menyangkut kesehatan dan nyawa manusia.
Sehingga dalam penampilannya, komunikasi dan rasa percaya diri juga adalah faktor penting
yang harus dimilki oleh seorang bidan, hal ini terutama saat bidan harus menangani kasus
darurat dengan kondisi yang kritis, seorang bidan harus yakin dengan kemampuan dirinya,
juga membuat orang dihadapannya yakin dengan kemampuannya juga.
Selain hal-hal diatas bidan harus  menggunakan tekhnik asuhan yang tepat, tanggung
jawab, tanggung gugat. Sangat jelas pekerjaan sebagai bidan membutuhkan teknik asuhan
yang tepat, tanggung jawab agar seluruh pekerjaannya dapat memperolehhasil yang
maksimal, tanggung jawab kepada Tuhan, klien dan masyarakat juga terhadap rekan
seprofesinya dan tanggung gugat adalah seorang bidan dapat menjawab gugatan dari
pasiennya yang berhubungan dengan profesinya, dan menjelaskan pada pasien apa saja
kegiatan dan tindakan yang dilakukan seorang bidan.  

B. TANGGUNG JAWAB BIDAN


Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan
terhadap tindakan yang dilakukannya.
Tanggung jawab bidan meliputi :
1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis. Pengaturan tenaga kesehatan
ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan
serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau
keputusan menteri kesehatan. Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut.
Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang beraku.
2. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh
karena itu, bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian
Setiap biidan harus mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan tertulis. Catatan
bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi
gugatan. Selain itu catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan
untukdisampaikan kepada teman sesame profesi ataupun atasannya. Di Indonesia belum
ada ketentuan lamanya penyimpanan catatan bidan. Di Inggris bidan harus menyimpan
catatan kegiatannya selama 25 tahun.

4. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya


Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak yang meminta
pertolongan kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan
keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak, tetapi juga
menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan
ebutuhan keluarga serta member pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga merupakan kondisi yang diperlukan ibu
yang membutuhkan keselamatan, kepuasan dan kebahagiaan selama masa hamil atau
melahiran. Olehh karena itu, bidan harus mengarahkan segala kemampuan, sikap, dan
perilakinya dalam member pelayanan kesehatan keluarga yang membutuhkan.

5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi


a. Bidan harus menjaga informasi yang diperoleh dari pasien dan melindungi privasi
mereka.
b. Bidan harus bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil dalam
hal perawatan.
c. Bidan harus dapat menolak untuk ikut terlibat didalam aktifitas yang bertentangan
dengan moral, namun hal tersebut tidak boleh mencegahnya dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien.
d. Bidan hendaknya ikut serta terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan
kesehatan yang biasa mendukung kesehatan pasien dan ibu hamil juga bayinya.

6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat


Bidan adalah anggota masyarakat yang jega memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu,
bidan turut tanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya
penganan lingkungan sehat, penyakit menular,masalah gizi terutam yang menyangkut
kesehatan ibu dan anak, baik secara mandiri maupun bersama teman sejawat dan teman
seprofesi. Bidan berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menigkatkan
kesehatan masyarakat, bidan juga harus menjaga kepercayaan masyarakat . Tanggung
jawab terhadap masyarakat merupakan cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada
Tuhan.

C. TANGGUNG GUGAT
Definisi tanggung gugat menurut kamus biasanya menggunakan kata seperti “tanggung
jawab”, “dapat dipertanggungjawabkan” dan “kewajiban”. The United Kingdom Central
Council for nursing, midwifery and health visiting (UKCC), dalam sebuah praktik kebidanan,
menyatakan :
“ Setiap bidan yang melaksanaka praktik kebidanan bertanggung gugat terhadap
praktiknya dalam lingkungan praktik apapun”. (UKCC, 1994).
Kode tingkah laku profesional menyatakan :
Setiap perawat, bidan dan penilik kesehatan yang sudah terdaftar seharusnya bertindak
setiap waktu, dengan cara yang memperkuat kepercayaan dan keyakinan masyarakat. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan pemahaman dan reputasi profesi yang baik, untuk
melayani kepentingan masyarakat, dan yang terpenting adalah untuk melindungi kepentingan
individu pasien dan  klien (UKCC : 1992).
Prinsip penting dalam kutipan tersebut adalah pertanggungjawaban secara individu,
kepercayaan masyarakat dan keyakinannya. Namun, dalam membuat garis besar sifat
tanggung jawab kebidanan sudah jelas bahwa UKCC mengharapkan tanggunng gugat
menjadi lebih luas daripada tanggung gugat terhadap klien secara individual. Terhadap
kewajiban yang jelas pada profesi dan pada masyarakat secara umum.
Oleh karena itu, bidan sebagai pelaku tugas professional dapat diminta
pertanggungjawabannya baik secara hukum mauppun berdasarkan etika profesi. Tanggung
jawab hukum dikenal dengan sebutan gugatan  perdata dan atau tuntutan pidana. Sedangkan
tanggung jawab berdasarkan etika profesi dikenal gugatan atau pertanggungjawaban dari
majels kode etik profesi.
Kedudukan tanggung jawab hukum dan etika profesi tenaga kesehatan.
Maraknya kasus dugaan malapraktik belakangan ini khususnya dibidang perawatan ibu dan
anak, menjadi peringatan dan sekaligus sebagai dorongan untuk lebih memperbaiki kualitas
pelayanan. Melaksanakan tugas dengan berpegang teguh pada janji profesi dan tekad untuk
selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerjasama yang
melibatkansegenap tim pelayanan kesehatan perlu dieratkan dengan kejelasan dalam
wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal yang disebut tadi, maka
konsekuensi hokum akan muncul ketika terjadi penyimpangan kewenangan atau kelalaian.
Contoh :
1. Seorang bidan terlambat memberika pertolongan pada pasien yang seharusnya segera
mendapat pertolongan, hal ini merupakan salah satu bentuk kelalaian bidan yang tidak
boleh terjadi. Mengenai hal ini dijelaskan pada Pasal 54 ayat (1) UU No.23 tahun 1992
tentang kesehatan, yaitu tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Selanjutnya dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tindakan disiplin, berupa tindakan
administrasi, misalnya pencabutan izin untuk jangka waktu tertentu atau hukuman lain
sesuaidengan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan. Khusus berkenaan dengan
wewenang bidan diatur didalamPeraturan Mentri Kesehatan No.
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang wewenang bidan.

2. Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365
BW (Burgerlijk Wetboek ), atau kitab UU Hukum Perdata : Apabila tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan  kerugian pada
pasien, maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang
merasakan dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai
berikut : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya mengakibatkan kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hati.

3. Tanggung jawab  dari segi Hukum Pidana juga dapat dikenai ancaman Pasal 351 Kitab
Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut dikenakan kepada seseorang
(termasuk tenaga kesehatan) yang karena kelalaian atau kurang hati-hati menyebabkan
orang lain ( pasien) cacat atau bahkan sampai meniggal dunia. Ancaman pidana untuk
tindakan semacam itu adalah penjara paling lama 5 tahun.
Dengan semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun pidana penjara, harus terlebih
dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan didepan pengadilan. Oleh karena yang
berwenang memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang.
Perlindugnan hukum bagi klien atau pasien
Undang-undang tentang perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999. Satu diantara
ketentuannya adalah bahwa pasien sebagai konsumen pelayanan jasa kesehatan, berhak atas
keamanan, keselamatan, informasi yang benar, jelas dan jujur serta menuntut ganti rugi
apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya selama melakukan pelayanan kesehatan ternyata
melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pasien.
Untuk mengantisipasi kejadian seperti diuraikan diatas :
1. Pasal 23 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menetapkan tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Pasal 24 ayat (1) peraturan pemerintah no.23 tahun 1996 menyatakan yang dimaksud
dengan perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain
berupa rasa aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap
keadaan membahayakan yang dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa, baik
karena alam maupun perbuatan manusia.

Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada setiap pelaku profesi apa pun
sepanjang pelaku profesi tersebut bekerja dengan mengikuti prosedur baku sebagaimana
tuntutan bidang ilmunya, sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan berlaku dalam
masyarakat.

D. PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. Tanggung jawab bidan menyangkut beberapa point yaitu :
a. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan.
b. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.
c. Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian
d. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya
e. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
f. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

2. Tanggung gugat
Definisi tanggung gugat menurut kamus biasanya menggunakan kata seperti “tanggung
jawab”, “dapat dipertanggungjawabkan” dan “kewajiban”. The United Kingdom Central
Council for nursing, midwifery and health visiting (UKCC), dalam sebuah praktik
kebidanan, menyatakan :
“Setiap bidan yang melaksanaka praktik kebidanan bertanggung gugat terhadap
praktiknya dalam lingkungan praktik apapun”.

II. SARAN
Mengakhiri makalah ini, harapan kami semoga yang telah kami tuliskan dapat
membawa manfaat bagi rekan-rekan bidan sekaligus dapat memberikan pencerahan dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas pengabdian dan pelayanan kesehatan yang lebih
berkualitas dan bermartabat. Lebih dari itu pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan
melahirkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.   
  

Sumber:
https://midcare.blogspot.com/2012/02/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai