Disusun oleh :
Desti Reka Karena Sari (P07124119003)
Nadilla Putri Firda (P07124119007)
Anughareni Dwi Agustina (P07124119012)
Rizka Dewi Irmawati (P07124119016)
Adinda Latifia Fisabilillah (P07124119029)
C. TANGGUNG GUGAT
Definisi tanggung gugat menurut kamus biasanya menggunakan kata seperti “tanggung
jawab”, “dapat dipertanggungjawabkan” dan “kewajiban”. The United Kingdom Central
Council for nursing, midwifery and health visiting (UKCC), dalam sebuah praktik kebidanan,
menyatakan :
“ Setiap bidan yang melaksanaka praktik kebidanan bertanggung gugat terhadap
praktiknya dalam lingkungan praktik apapun”. (UKCC, 1994).
Kode tingkah laku profesional menyatakan :
Setiap perawat, bidan dan penilik kesehatan yang sudah terdaftar seharusnya bertindak
setiap waktu, dengan cara yang memperkuat kepercayaan dan keyakinan masyarakat. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan pemahaman dan reputasi profesi yang baik, untuk
melayani kepentingan masyarakat, dan yang terpenting adalah untuk melindungi kepentingan
individu pasien dan klien (UKCC : 1992).
Prinsip penting dalam kutipan tersebut adalah pertanggungjawaban secara individu,
kepercayaan masyarakat dan keyakinannya. Namun, dalam membuat garis besar sifat
tanggung jawab kebidanan sudah jelas bahwa UKCC mengharapkan tanggunng gugat
menjadi lebih luas daripada tanggung gugat terhadap klien secara individual. Terhadap
kewajiban yang jelas pada profesi dan pada masyarakat secara umum.
Oleh karena itu, bidan sebagai pelaku tugas professional dapat diminta
pertanggungjawabannya baik secara hukum mauppun berdasarkan etika profesi. Tanggung
jawab hukum dikenal dengan sebutan gugatan perdata dan atau tuntutan pidana. Sedangkan
tanggung jawab berdasarkan etika profesi dikenal gugatan atau pertanggungjawaban dari
majels kode etik profesi.
Kedudukan tanggung jawab hukum dan etika profesi tenaga kesehatan.
Maraknya kasus dugaan malapraktik belakangan ini khususnya dibidang perawatan ibu dan
anak, menjadi peringatan dan sekaligus sebagai dorongan untuk lebih memperbaiki kualitas
pelayanan. Melaksanakan tugas dengan berpegang teguh pada janji profesi dan tekad untuk
selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerjasama yang
melibatkansegenap tim pelayanan kesehatan perlu dieratkan dengan kejelasan dalam
wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal yang disebut tadi, maka
konsekuensi hokum akan muncul ketika terjadi penyimpangan kewenangan atau kelalaian.
Contoh :
1. Seorang bidan terlambat memberika pertolongan pada pasien yang seharusnya segera
mendapat pertolongan, hal ini merupakan salah satu bentuk kelalaian bidan yang tidak
boleh terjadi. Mengenai hal ini dijelaskan pada Pasal 54 ayat (1) UU No.23 tahun 1992
tentang kesehatan, yaitu tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Selanjutnya dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tindakan disiplin, berupa tindakan
administrasi, misalnya pencabutan izin untuk jangka waktu tertentu atau hukuman lain
sesuaidengan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan. Khusus berkenaan dengan
wewenang bidan diatur didalamPeraturan Mentri Kesehatan No.
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang wewenang bidan.
2. Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365
BW (Burgerlijk Wetboek ), atau kitab UU Hukum Perdata : Apabila tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada
pasien, maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang
merasakan dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai
berikut : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya mengakibatkan kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hati.
3. Tanggung jawab dari segi Hukum Pidana juga dapat dikenai ancaman Pasal 351 Kitab
Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut dikenakan kepada seseorang
(termasuk tenaga kesehatan) yang karena kelalaian atau kurang hati-hati menyebabkan
orang lain ( pasien) cacat atau bahkan sampai meniggal dunia. Ancaman pidana untuk
tindakan semacam itu adalah penjara paling lama 5 tahun.
Dengan semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun pidana penjara, harus terlebih
dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan didepan pengadilan. Oleh karena yang
berwenang memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang.
Perlindugnan hukum bagi klien atau pasien
Undang-undang tentang perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999. Satu diantara
ketentuannya adalah bahwa pasien sebagai konsumen pelayanan jasa kesehatan, berhak atas
keamanan, keselamatan, informasi yang benar, jelas dan jujur serta menuntut ganti rugi
apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya selama melakukan pelayanan kesehatan ternyata
melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pasien.
Untuk mengantisipasi kejadian seperti diuraikan diatas :
1. Pasal 23 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menetapkan tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Pasal 24 ayat (1) peraturan pemerintah no.23 tahun 1996 menyatakan yang dimaksud
dengan perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain
berupa rasa aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap
keadaan membahayakan yang dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa, baik
karena alam maupun perbuatan manusia.
Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada setiap pelaku profesi apa pun
sepanjang pelaku profesi tersebut bekerja dengan mengikuti prosedur baku sebagaimana
tuntutan bidang ilmunya, sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan berlaku dalam
masyarakat.
D. PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. Tanggung jawab bidan menyangkut beberapa point yaitu :
a. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan.
b. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.
c. Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian
d. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya
e. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
f. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
2. Tanggung gugat
Definisi tanggung gugat menurut kamus biasanya menggunakan kata seperti “tanggung
jawab”, “dapat dipertanggungjawabkan” dan “kewajiban”. The United Kingdom Central
Council for nursing, midwifery and health visiting (UKCC), dalam sebuah praktik
kebidanan, menyatakan :
“Setiap bidan yang melaksanaka praktik kebidanan bertanggung gugat terhadap
praktiknya dalam lingkungan praktik apapun”.
II. SARAN
Mengakhiri makalah ini, harapan kami semoga yang telah kami tuliskan dapat
membawa manfaat bagi rekan-rekan bidan sekaligus dapat memberikan pencerahan dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas pengabdian dan pelayanan kesehatan yang lebih
berkualitas dan bermartabat. Lebih dari itu pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan
melahirkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.
Sumber:
https://midcare.blogspot.com/2012/02/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-dalam.html