• Kesimpulan
BMKG
• Musim adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran beberapa
virus patogen, contohnya adalah virus influenza penyebab flu musiman/seasonal
influenza.
• Virus influenza dapat menyebar dan bertahan hidup dengan baik pada suhu dan
kelembaban yang rendah. Suhu ideal bagi virus influenza adalah 5 ° C.
• Pada daerah beriklim sedang dan subpolar, epidemi influenza cenderung
lebih tinggi insidensinya pada musim dingin, yaitu selama beberapa periode
bulan antara November dan Maret di belahan bumi utara dan antara Mei dan
September di selatan.
• Pada daerah tropis dan subtropis, pola wabah influenza lebih
beragam dimana insidensi tertinggi adalah saat musim hujan
SARS –CoV
(Severe Acute Respiratory Syndrome ) BMKG
• Negara yang terletak pada lintang tinggi, atau semakin jauh dari garis
ekuator, mempunyai kerentanan penyebaran COVID-19 lebih besar jika
dibandingkan dengan negara-negara tropis.
• Kondisi ideal untuk penyebaran virus corona adalah suhu sekitar 8 - 10 ° C
dengan kelembaban 60-90%.
• Kombinasi dari suhu, kelembaban, dan kecepatan angin mungkin memiliki
peran dalam penyebaran COVID-19.
• Suhu dan humiditas yang rendah merupakan kondisi lingkungan yang
sangat kondusif bagi kelangsungan hidup virus.
• Selain berpotensi memperpanjang waktu paruh dan viabilitas virus
corona, mekanisme potensial lain yang berkaitan dengan suhu dan
kelembaban yang rendah adalah stabilisasi droplet dan kecepatan
penyebaran pada mukosa hidung
Cuaca dan Iklim Indonesia terhadap COVID-19
BMKG
60,0
84
50,0
40,0
83
30,0
82 20,0
10,0
81
0,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
80
79
Curah Hujan Tahunan Kota Ternate
4000
78
3500 3613
77 3000
2500
76 2000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1500
1000 926
500
0
1995 2000 2005 2010 2015 2020
KAJIAN
BMKG
• Penyakit yang dapat terjadi akibat PM 2.5 yang tinggi ini antara
lain stroke, penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, kanker
dan penyakit paru kronis.
BMKG
KESIMPULAN
• Pola musim tertentu seperti suhu dan kelembaban udara
mungkin memiliki peran dalam penyebaran COVID-19, tetapi
hingga saat ini masih belum terdapat penelitian yang konklusif.
BMKG
BMKG