Anda di halaman 1dari 26

BMKG

IKLIM DAN KUALITAS UDARA TERHADAP


PENYEBARAN PENYAKIT INFEKSI

SETIAWAN SRI RAHARJO


STASIUN METEOROLOGI SULTAN BAABULLAH TERNATE
TATA SAJI BMKG

• Pengaruh Suhu, Cuaca dan Iklim terhadap Penyebaran Penyakit Infeksi

• Pengaruh Kualitas Udara

• Perbandingan Dampak Covid

• Kesimpulan
BMKG

Pengaruh Suhu, Cuaca dan Iklim terhadap


Penyebaran Penyakit Infeksi
Influenza
BMKG

• Musim adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran beberapa
virus patogen, contohnya adalah virus influenza penyebab flu musiman/seasonal
influenza.
• Virus influenza dapat menyebar dan bertahan hidup dengan baik pada suhu dan
kelembaban yang rendah. Suhu ideal bagi virus influenza adalah 5 ° C.
• Pada daerah beriklim sedang dan subpolar, epidemi influenza cenderung
lebih tinggi insidensinya pada musim dingin, yaitu selama beberapa periode
bulan antara November dan Maret di belahan bumi utara dan antara Mei dan
September di selatan.
• Pada daerah tropis dan subtropis, pola wabah influenza lebih
beragam dimana insidensi tertinggi adalah saat musim hujan
SARS –CoV
(Severe Acute Respiratory Syndrome ) BMKG

• Sebuah studi di Hongkong pada tahun 2003 mencoba mengidentifikasi


faktor yang terlibat dalam penyebaran virus SARS-CoV.
• Insidensi tertinggi dari SARS terjadi saat musim dingin dan secara bertahap
menurun saat memasuki musim semi.
• Pola ini terlihat serupa dengan pola musiman pada influenza. Masih dari
studi yang sama, setiap peningkatan suhu udara sebesar 1°C diduga
berkaitan dengan penurunan rerata insidensi yaitu 3,6 kasus.
• Namun, efek suhu dan humiditas udara bisa saja diganggu oleh faktor
lain, sehingga akan dibutuhkan pemahaman yang lebih panjang dari
pengaruh musim terhadap epidemi SARS
MERS-CoV
( Middle East Respiratory Syndrome )
BMKG

• Sebuah studi cross-over menunjukkan risiko penularan zoonosis MERS dari


binatang dromedari ke manusia ataupun penyebaran dari karier yang
asimtomatis, cenderung mengalami peningkatan signifikan pada suhu
tinggi dan kelembaban rendah/kering.
• Penelitian menunjukkan bahwa virus corona penyebab MERS dapat
bertahan sampai suhu 30° C, hal ini berbeda dengan virus penyebab
penyakit pernapasan lain yang umumnya hanya bertahan pada suhu
rendah.
• Selain itu, adanya badai pasir dan tingkat polusi udara yang tinggi juga
diketahui berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
penyakit pernapasan di Arab saudi
COVID 19
BMKG

• Negara yang terletak pada lintang tinggi, atau semakin jauh dari garis
ekuator, mempunyai kerentanan penyebaran COVID-19 lebih besar jika
dibandingkan dengan negara-negara tropis.
• Kondisi ideal untuk penyebaran virus corona adalah suhu sekitar 8 - 10 ° C
dengan kelembaban 60-90%.
• Kombinasi dari suhu, kelembaban, dan kecepatan angin mungkin memiliki
peran dalam penyebaran COVID-19.
• Suhu dan humiditas yang rendah merupakan kondisi lingkungan yang
sangat kondusif bagi kelangsungan hidup virus.
• Selain berpotensi memperpanjang waktu paruh dan viabilitas virus
corona, mekanisme potensial lain yang berkaitan dengan suhu dan
kelembaban yang rendah adalah stabilisasi droplet dan kecepatan
penyebaran pada mukosa hidung
Cuaca dan Iklim Indonesia terhadap COVID-19
BMKG

• Suhu rata-rata Indonesia paling tinggi adalah 35-37 ° C.


• Selain faktor musim, variasi spasial suhu udara rata-rata di tiap wilayah juga
dipengaruhi oleh faktor topografi
• Maret 2020, suhu rata-rata Indonesia adalah 27-30° C dengan tingkat
kelembaban udara/humiditas antara 70-95%.
• Lingkungan di Indonesia kurang ideal untuk penyebaran COVID-19.
• Terkonfirmasi pertama muncul di bulan Maret 2020, kasus COVID-19
di Indonesia hingga saat ini terbilang menyebar cepat.
STATISTIK IKLIM KOTA TERNATE
Lama Penyinaran Matahari rata-rata 2006-2020
Kelembaban Rata- rata 2006 - 2020 80,0 BMKG
85 70,0

60,0
84
50,0

40,0
83
30,0

82 20,0

10,0
81
0,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
80

79
Curah Hujan Tahunan Kota Ternate
4000
78
3500 3613

77 3000
2500
76 2000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1500
1000 926
500
0
1995 2000 2005 2010 2015 2020
KAJIAN
BMKG

• Akibat kondisi demografi manusia dan mobilitasnya yang tinggi.

• Mobilitas penduduk dan interaksi sosial dapat benar-benar


dibatasi, disertai adanya intervensi kesehatan masyarakat yang
memadai, maka faktor suhu dan kelembaban udara dapat
menjadi faktor penting dalam memutus mata rantai
penyebaran COVID-19 khususnya di negara negara tropis
BMKG
BMKG
BMKG

PENGARUH KUALITAS UDARA


Pengertian
BMKG

• Indeks Kualitas Udara adalah ukuran yang digunakan untuk menilai


pencemaran udara.
• Indeks ini biasa digunakan oleh badan pemerintah untuk
memperlihatkan seberapa buruk kualitas udara di suatu daerah.
Negara-negara memiliki indeks berbeda, bergantung pada
standar kualitas udara di negara masing-masing
BMKG
BMKG
POLUSI UDARA
BMKG

• PM 2.5 berbahaya bagi kesehatan terutama kelompok rentan


seperti bayi, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.

• Penyakit yang dapat terjadi akibat PM 2.5 yang tinggi ini antara
lain stroke, penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, kanker
dan penyakit paru kronis.
BMKG

PERBANDINGAN DAMPAK COVID


KUALITAS UDARA TERNATE
BMKG
KUALITAS UDARA DKI JAKARTA
BMKG
TINGKAT POLUSI UDARA
BMKG
TERNATE DKI JAKARTA
NILAI PM 10
BMKG
DKI JAKARTA
STATISTIK DATA PASIEN COVID 19
BMKG

TERNATE DKI JAKARTA


PENDUDUK KONFORMASI SEMBUH MENINGGAL PENDUDUK KONFIRMASI SEMBUH MENINGGAL

212997 800 717 21 10570000 88174 72540 11935

% 0,38 89,63 2,6 % 0,83 82,27 13,54


BMKG

KESIMPULAN
• Pola musim tertentu seperti suhu dan kelembaban udara
mungkin memiliki peran dalam penyebaran COVID-19, tetapi
hingga saat ini masih belum terdapat penelitian yang konklusif.

• Adanya peningkatan wabah COVID-19 gelombang kedua yang


terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia, menunjukkan
adanya faktor lain yang mempengaruhi penyebaran COVID-19
selain suhu, kelembaban, dan iklim.

• Tingkat kualitas udara suatu daerah memungkinkan berdampak


terhadap penyakit infeksi terutama pada jumlah dan kondisi
pasien Covid 19.

BMKG
BMKG

Anda mungkin juga menyukai