BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Mekani
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Mekani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1
untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh material talk,
hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi. Prinsip pengujiannya yaitu bila
suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu digores
oleh apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6.
Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama
berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-
mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara
1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar. Dalam skala Mohs
urutan nilai kekerasan material dapat dilihat dalam tabel 1.
pantulan tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan
benda uji dinilai semakin tinggi.
3. Metode indentasi
Tipe pengujian kekerasan material/logam ini adalah dengan mengukur
tahanan plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi mesin dengan
spesimen standar terhadap “penetrator”. Adapun beberapa bentuk penetrator atau
cara pengujian ketahanan permukaan yang dikenal adalah :
1. Metode Brinell
biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida
Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka beban yang digunakan (pada mesin
uji) adalah 3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm maka beban yang
digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N. Diameter bola dengan gaya yang di
berikan mempunyai ketentuan, yaitu:
1. Jika diameter bola terlalu besar dan gaya yang di berikan terlalu kecil
maka akan mengakibatkan bekas lekukan (jejak) yang terjadi akan terlalu
kecil dan mengakibatkan sukar diukur sehingga memberikan informasi
yang salah.
2. Jika diameter bola terlalu kecil dan gaya yang di berikan terlalu besar
makan dapat mengakibatkan diameter bola pada benda yang di uji besar
(jejaknya bola) sehingga mengakibatkan harga kekerasannya menjadi
salah.
......................................... (1)
Keterangan :
HB : Angka kekerasan brinell
P : Beban (kg)
D : Diameter indentor (mm)
d : Diameter indentasi yang diukur (mm)
2. Metode Vickers
Vickers adalah hampir sama dengan uji kekerasan brinell hanya saja
dapat mengukur sekitar 400 VHN. Pengujian kekerasan dengan metode
vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya
tahan material terhadap intan berbentuk piramida dengan sudut puncak 136˚
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan
vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F)
dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan
bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Beban yang
dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan
brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram [Amir, 2010].
9
1,8544 P
HV ............................................................................ (3)
d2
Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat
ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji Vickers berkisar 1 hingga
120 kg, tergantung kepada kekerasan logam yang diuji. Hal-hal yang
menghalangi keuntungan pemakaian metode Vickers adalah: uji kekerasan
Vickers tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian
10
3. Metode Rockwell
Uji kekerasan Rockwell ini paling banyak dipergunakan. Hal ini
disebabkan oleh sifat–sifatnya yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia,
mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang
diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil sehingga bagian yang mendapat
perlakuan panas yang lengkap dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan
kerusakan. Pengujian ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang
konstan sebagai ukuran kekerasan. Metoda pengujian kekerasan Rockwell
yaitu mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola
baja. indentor ditekan ke material dibawah beban minor/terkecil pada
umumnya 10 kgf. Untuk pemilihan beban, dalam pengujian rockwell ada dua
tipe. Pertama rockwell tes yaitu menggunakan beban minor 10 kgf dan mayor
60, 100 atau 150 kgf. Kedua superficial rockwell yaitu menggunakan beban
minor 3 kgf dan beban mayor 15, 30 atau 45 kgf. Nilai kekerasan pada
pengujian rockwell ditunjukan sebagai kombinasi antara angka kekerasan dan
simbolskala representatif dari indentor juga beban minor dan mayor. Sebagai
contoh, 64 HRC menunjukan angka kekerasan rockwell 64 dan skala
rockwell C. Untuk skala C dan B biasanya diaplikasikan untuk menguji baja,
kuningan atau logam lainnya. Selain pemilihan beban mayor, dalam
pengujian rockwell sebelum melakukan pengujia kita juga melakukan
pemilihan jenis dan ukuran indentor. Ada indentor intan (diameter 1/16-, 1/8-,
¼- dan ½- in) dan bola baja (diameter 1.588-, 3.175-, 6.35- dan 12.7- mm).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan skala adalah:
a. Jenis material.
b. Ketebalan spesimen uji.
11
c. Lokasi pengujian.
d. Batas limit dari skala.
Ketika keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat,
yang mengikuti pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap
perubahan kedalaman penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi
pertama. Beban kedua atau beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan
beban awal, sehingga akan meningkatkan kedalaman penetrasi. Dengan
hilangnya beban utama maka akan terjadi recovery parsial dan terjadi
pengurangan jejak kedalaman. Peningkatan kedalaman penetrasi akhir
sebagai hasil aplikasi ini dan kehilangan beban utama digunakan untuk
menentukan nilai kekerasan Rockwell.
HR = E – e………………………………………………...…………(4)
KHN P
2 P ............................................................................ (5)
AP LC
Di mana:
P = beban yang diterapkan ( kg )
Ap = luas proyeksi lekukan yang tidak pulih kebentuk semula ( mm )
L = panjang diagonal yang lebih panjang
C = konstanta untuk setiap penumbuk
15
5. Kekerasan Meyer
Meyer mengajukan definisi mengenai kekerasan yang lebih rasional
dibanding yang diajukan oleh Brinell, yakni berdasarkan luas proyeksi jejak,
bukan luas permukaannya. Tekanan rata-rata antara luas penumbuk (indentor)
dan lekukan adalah adalah sama dengan beban dibagi luas proyeksi lekukan.
P
pm ..........................................................................................(6)
r 2
Meyer mengemukakan bahwa tekanan rata-rata ini, dapat diambil
sebagai ukuran kekerasan, dan dinamakan kekerasan Meyer.
4P
Kekerasan Meyer = ....................................................................(7)
d 2
Seperti kekerasan Brinell, kekerasan Meyer mempunyai satuan kg/mm 2.
Kekerasan Meyer kurang peka terhadap beban yang diterapkan dibanding
kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang mengalami pengerjaan dingin,
kekerasan Meyer pada dasarnya tetap dan tidak tergantung pada beban,
sedangkan kekerasan Brinell akan mengecil bila beban bertambah besar.
Untuk logam yang dilunakkan, kekerasan Meyer bertambah secara kontinu
sejalan dengan pertambahan beban, karena lekukan yang terjadi
mengakibatkan pengerasan regang. Sedangkan untuk kekerasan Brinell,
mula-mula naik sejalan dengan kenaikan beban, dan kemudian turun untuk
beban yang lebih tinggi lagi. Kekerasan Meyer merupakan cara pengukuran
16
yang lebih mendasar dalam hal mengukur kekerasan lekukan; namun jarang
digunakan untuk pengukuran kekerasan.
Meyer mengajukan suatu hubungan empiris antara beban dan ukuran
lekukan. Hubungan tersebut biasanya dinamakan hukum Meyer.
P = kdn ................................................................................................(8)
Dimana:
P = beban yang diterapkan (kg)
d = diameter lekukan (mm)
n ' = konstanta bahan yang ada kaitannya dengan pengerasan regang
d = konstanta bahan yang menyatakan bahan terhadap penembusan
(penetration)
Parameter n ' adalah kemiringan garis lurus yang diperoleh bila log P
di petakan terhadap log d, dan k adalah nilai P pada d = 1. Logam-logam
yang di lunakkan secara sempurna mempunyai nilai n ' sekitar 2,5,
sedangkan n ' untuk logam-logam yang mengalami pengerasan regang
sempurna kira-kira 2. Parameter ini secara kasar dikaitkan dengan koefisien
pengerasan regang pada persamaan eksponensial untuk kurva tegangan sejati-
regangan sejati. Eksponen pada hukum Meyer kira-kira sama dengan
koefisien pengerasan regang ditambah 2.
Terdapat batas bawah dari beban, dimana untuk beban di bawah batas
tersebut, hukum Meyer tidak dipenuhi. Jika beban terlalu kecil, maka
deformasi di sekitar lekukan bukan plastik secara keseluruhan, sehingga
rumus diatas tidak dipenuhi. Beban tersebut tergantung pada kekerasan
logam. Untuk bola berdiameter 10 mm, beban untuk tembaga yang
mempunyai BHN 100 harus lebih dari 50 kg, dan untuk baja yang
mempunyai BHN 400, bebannya harus lebih dari 1500 kg. Untuk bola dengan
diameter yang berbeda-beda, beban kritis berbanding lurus terhadap kuadrat
diameternya.