LITERATURE REVIEW
DAFTAR ISI
Konsep MPKP………………………………………………... 1
Tujuan MPKP ………………………………………………….... 1
Karakteristik MPKP..............…………………………………………... 4
Tingkatan MPKP……………… ……………………………..................... 15
Kegiatan dalam MPKP…………………………………………..………... 17DAFTAR
PUSTAKA
1
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi
PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan
klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien
dan keluarganya (Sitorus, 2011).
b) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet. Perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang pasien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Kelebihan:
Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan
kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep Dasar Metode Primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas Perawat Primer
a)Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c)Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e)Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f) Menerima dan menyesuaikan rencana.
g) Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
i) Membuat jadwal perjanjian klinis.
j) Mengadakan kunjungan rumah.
Perawat Primer
Pasien/pasien
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
G Metod PA PA
e Primer odifikasi (Nursalam, 2014) PA
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa pembagian peran masing-masing
komponen adalah
7-8 sebagai berikut:
7-8 7-8 7-8
Kepala Ruangan:
pasien pasien pasien pasien
a) Menerima pasien baru
b) Memimpin rapat
c) Mengevaluasi kinerja perawat
d) Membuat jadwal dinas
e) Perencanaan, pengarahan, dan pengawasan
Perawat Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
b) Mengadakan tindakan kolaborasi
c) Memimpin timbang terima
d) Mendelegasikan tugas
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
g) Bertanggung jawab terhadap pasien
h) Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
i) Mengisi resume
keperawatan Perawat asosiate
a) Memberikan asuhan keperawatan
b) Mengikuti timbang terima
c) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
2) Membuat jadwal dinas dan daftar pasien
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, nama perawat yang bertugas
dan nama perawat yang bertanggung jawab dalam jadwal dinas tersebut.
Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat untuk kurun waktu 1 minggu.
Hal ini mempermudah perawat untuk mempersiapkan dan mengetahui tugas
yang akan dilakukannya. Setiap tim memiliki anggota yang berdinas pagi, sore
dan malam serta yang lepas dinas atau libur.
Daftar pasien berisi informasi tentang nama pasien, nama dokter yang
merawatnya, nama perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang
bertanggung jawab terhadap pasien yang bersangkutan serta alokasi perawat
saat menjalankan dinas pada setiap jadwal jaga. Daftar pasien adalah daftar
nama sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam.
Setiap pasien dalam ruangan MPKP memiliki perawat pada setiap jadwal
dinas yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut selama dirawat,
sehingga terwujud perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga
memberikan informasi kepada kolega kesehatan lain dan keluarga agar dapat
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien
diruangan diisi oleh ketua tim yang bersangkutan sebelum operan dinas pagi
ke dinas sore. Alokasi pasien terhadap perawat yang berdinas pagi, sore atau
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam
ruangan MPKP yaitu menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi
efektif pada operan antar jadwal dinas, preconference dan postconference,
manajemen konflik, supervisi serta pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam
tim untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap
pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan
spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan
semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat
hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting dalam
penerapan MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang tidak akan akan
membawa dampak yang tidak baik pula untuk kelangsungan organisasi dalam
mencapai tujuan. Komunikasi adalah tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat
dan saran yang terjadi antar dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Terdapat
beberapa bentuk komunikasi di dalam ruangan MPKP yaitu operan,
preconference dan postconference.
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada
ketua tim (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan. Manfaat timbang terima yaitu:
Bagi perawat
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
Perawat dapat mengikuti perkerbangan pasien secara
paripurna. Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2014).
Tabel 2.2. Prosedur Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap 5 menit Nurse Ketua Tim dan
pergantian shift Statio Perawat
2. Prinsip operan, terutama pada n Asosiate
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan operan
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3. Ketua Tim menyampaikan
operan pada Ketua Tim
berikutnya mengenai hal yang
perlu disampaikan dalam operan
meliputi:
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan diagnosa
medis
c. Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
f. Intervensi kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
lain-lain)
Pelaksana 1. Kedua kelompok dinas sudah 20 menit Nurse Kepala
an siap (shift jaga). Statio Ruangan,
2. Kelompok yang akan bertugas n Ketua Tim,
menyiapkan buku catatan. Perawat
3. Kepala Ruangan membuka acara Asosiate
operan.
4. Perawat yang melakukan operan
dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang
telah dioperkan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
5. Kepala Ruangan atau Ketua Tim
menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
6. Penyampaian yang jelas, singkat Ruang
dan padat. Perawatan
7. Perawat yang melaksanakan
operan mengkaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan dan tindakan yang
telah atau belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
9. Lama operan untuk tiap pasien
tidak lebih dari lima menit
kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang
rumit.
Postopera 1. Diskusi. 5 menit Nurse Kepala
n 2. Pelaporan untuk operan Statio Ruangan, Ketua
dituliskan secara langsung pada n Tim,
format operan yang Perawat
ditandatangani oleh Ketua Tim Asosiate
yang jaga saat itu dan Ketua Tim
yang jaga berikutnya diketahui
oleh Kepala Ruangan.
3. Ditutup oleh Kepala Ruangan.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (Ketua Tim).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
PASIEN
TINDAKAN
PERKEMBANGAN/KEADAAN PASIEN
2. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu cara atau standar untuk berkomunikasi yang
MASALAH:
1. TERATASIkeselamatan pasien karena membantu individu
bertujuan untukmeningkatkan
2. BELUM TERATASI
berkomunikasi satu3.sama lain untuk mencapai satu tu juan atau harapan (OHio
TERATASI SEBAGIAN
Medicare, 2009). Komunikasi
4. MUNCUL SBAR MASALAH adalah
BARUsuatu strategi komunikasi yang
dipakai oleh tim pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun
menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat agar pesan yang
Gambar
diberikan dapat d iterima 2.4. Alur
dengan baikOperan Pasien 2000) . Komunikasi SBAR
(Yasminah,
dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang rawat maupun
melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain seperti tim gizi,
radiologi, laboratorium dan lain sebagainya (Tim KP-RS RSUP Sanglah,
2011).
Menurut Yasminah (2000),pembagian komunikasi SBAR adalah memuat
informasi pasien tentang Situation,Background, Assessment dan
Recommendation. Adapun penjelasan dari masing–masing bagian tersebut
adalah:
a) Situation
Adalah situasi yang menggambarkan kondisi pasien sehingga perlu
dilaporkan dan disini juga mengandung informasi tentang identitas pasien,
masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis. Misalnya: nama lengkap,
umur, jenis kelamin, alamat, keluhan sesak dan gelisah, diagnosa asma berat
dan lain lain.
b) Background
Adalah gambaran riwayat/hal berhubungan dengan kondisi atau masalah
pasien saat ini, misalnya :
Riwayat alergi
Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat tindakan medis/keperawatan yang sudah dibersihkan
Riwayat pengobatan
Tanda vital sebelumnya
Pemeriksaan penunjang
c) Assesment
Adalah gambaran dari analisa terhadap gambaran situasi seperti gambaran
masalah yang terjadi saat ini apakah sudah membaik atau memburuk.
Misalnya: ”sepertinya klien mengalami emboli paru”
d) Recommendation
Adalah usulan tentang alternatif tindakan apa yang akan dilakukan, kapan
dilakukan dan dimana dilakukan. Misalnya : (a) Tindakan apa yang akan
dilakukan pada klien ini; (b) Kapan dilakukan tindakan tersebut; (c) Dimana
dilakukan tindakan tersebut
Menurut Leonard (2009), bahwa ada beberapa keuntungan dalam penggunaan
komunikasi SBAR diantaranya adalah :
a) Menunjukkan kekuatan perawat dalam melakukan komunikasi efektif
b) Memperbaiki komunikasi sama artinya memperbaiki keamanan pasien
c) Komunikasi efektif akan menghasilkan analisa kerja yang baik karena
perawat sangat mengetahui kondisi pasien.
3. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana D, 2004 dalam
Nursalam, 2014). Menurut Depkes (2009), supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisi mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang
bermutu setiap saat.
Unsur–unsur pokok dalam supervisi menurut Azwar (1996) adalah:
1) Pelaksana
Adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan
keterampilan. Tingkat manajer dalam melakukan supervisi adalah:
a) Manajer puncak/top manager (misalnya : Kakanwil Depkes, Kadinkes
daerah dan Direktur RS)
b) Manajer menengah/middle manager (misal: kepala bagian tata usaha,
kepala bidang, Kasubdin Provinsi)
c) Manajer tingkat petama/First Line Manager( misal: Kepala Seksi dan
Kepala Urusan).
2) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan.
3) Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
yang pasti tentang seberapa sering supervisi dilakukan, tergantung derajat
kesulitan pekerjaan.
4) Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil baik.
5) Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal pokok
yaitu menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab masalah
atau prioritas/jalan keluar, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang
dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Langkah – langkah supervisi ada tiga yaitu:
1) Mengadakan persiapan pengawasan
2) Menjalankan pengawasan
3) Memperbaiki penyimpangan
Prinsip Supervisi :
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dinyatakan melalui
petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar.
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rancana spesifik.
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas, dan motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan pasien, perawat, dan
manajer.
Alur Supervisi
Kepala Bidang
Keperawatan
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
- Informed consent
- Hasil Pengkajian/Validasi Data
Tahap Pelaksanaan
diNurse Station
-Apa diagnosis keperawatan?
Penyajian Masalah -Apa data yang mendukung?
-Bagaimana intervensi yang sudah
Tahap Pelaksanaan dilakukan?
-Apa hambatan yang ditemukan?
Validasi Data
di Kamar Pasien
Pasca Ronde
Pasien/keluarga
Farmasi/apotek
Pasien/keluarga
Surat persetujuan sentralisasi obat dari perawat
Lembar serah terima obat
PN/perawat yang menerima Buku serah terima/masuk obat
Pasien/keluarga
Gambar 2.7.Alur Pengelolaan Sentralisasi Obat
c. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik
dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan
tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok
orang ke kelompok lainnya (RCP, 2001).Perawat adalah salah satu anggota
tim discharge planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji
setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial,
menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis:
Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed.
Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management
functions in nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan
manajemen keperawatan : Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta:
EGC.
Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts,
process & practice, 4nd ed., Vol. 1. St. Louis: Mosby.
Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:
Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses:
an interactive text. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen
keperawatan untuk perawat klinis terjemahan. Alih bahasa Suharyati
Samba, editor Monica Ester. Jakarta: EGC.
Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management
in nursing. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th ed. St. Louis:
Mosby.