Anda di halaman 1dari 25

LATAR BELAKANG

Beberapa penyakit yang menyerang organ vital jantung,


diantaranya adalah endokarditis, miokarditis dan perikarditis. Endokarditis
yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada
endokard atau katub jantung. Sedangkan Miokarditis yaitu radang otot
jantung atau miokard. Dan perikarditis adalah peradangan perikard
parietal, viseral atau keduanya. (Edward 1995)
Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal.
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang diakibatkan oleh
komplikasi dari demam rematik yang ditandai dengan adanya cacat pada
katup jantung. Demam rematik akut adalah suatu penyakit yang
diakibatkan oleh adanya suatu reaksi imunologi terhadap infeksi oleh
bakteri Streptokokus Group A. Demam rematik akut menyebabkan infeksi
generalisata dan menginfeksi pada bagian tubuh tertentu, seperti jantung,
persendian, otak dan kulit.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut
bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal
jantung, perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan
penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis
katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia
(gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang
jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup
mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Penyakit jantung rematk terdapat diseluruh dunia. Lebih dari
100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya
pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah
dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan
gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini
mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya
pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia
tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh
jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD
cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit
jantung sebelum usia 40 tahun.
Dengan adanya latar belakang mengenai infeksi jantung diatas,
maka kami sebagai mahasiswa perawat membuat manajemen kasus pada
pasien dengan infeksi jantung agar kami sebagai tenaga kesehatan cepat
dalam melakukan penanganan pada pasien dengan penyakit ini.
DEFINISI
Miokarditis adalah suatu infeksi atau radang pada otot jantung.
Miokarditis adalah radang otot jantung atau miokard. Peradangan ini
dapat disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan infeksi virus seperti
cocksakie virus, difteri, campak, influenza , poliomielitis, dan berbagai
macam bakteri, rikettsia, jamur, dan parasit (Edward, 1995).
Endokarditis atau “endokarditis infeksiosa” adalah suatu infeksi
yang melibatkan endokardium yang utuh rusak atau katup jantung
protesa. Infeksi sering menyebabkan sedikit radang dalam vegetasi yang
timbul pada daerah yang terkena. Penyebaran infeksi dapat menyebabkan
pembetukan abses dalam anulus atau cicin katup, terutama pada pasien
katup protesa terinfeksi. Infeksi dapat juga menyebar ke otak, limpa,
ginjal dan organ lain (Edward, 1995).
Perikarditis merupakan suatu istilah yang di pakai untuk
menggambaran kelainan semua perikarium, yang mencangkup kalianan
yang bukan karena proses infeksi atau radang. kelainan ini mengkun
masalah primer atau suatu manesfestasi kelaian yang lebih generalisata
.kategori klinik utama perikarditis meliputi perikarditis akut,
efusiperikardium dan perikarditis kontristiva (Edward, 1995).

ETIOLOGI
Menurut Edward K. Chung, 1995 etiologi infeksi jantung dibedakan
menjadi 3 yaitu:
A. Miokarditis
1. Agen infeksi
a. Virus
Sebagai virus tampak menjadi penyebab tak lazim miokarditis
di Amerika serikat. Virus-virus ini mencakup:
a) Virus coxsackie grub b
b) Virus ECHO
c) Influenza
d) Polio
e) Mumps
b. Bakteri
Miokarditis Bakterialis sering timbul s ebagai komplikasi
Endokarditis infeksiosa, bakteri yang lazim mencakup:
a) streptokokus pneumonia
b) Stafilakokus
c) Korinebakterium difteri
d) Mikobakterium tuberkulosis
c. Riketsia
Rickettsia rikettsiae
d. Penyakit lyme
e. Protozoa
B. Endokarditis
1. Sumber infeksi
a. Kulit
b. Rongga mulut
c. Saluran pernafasan
d. Traktus gastrointestinalis
e. Traktus genitourinarius
2. Faktor predisposisi
a. lesi jantung kongnital
b. penyakit katup jantung
c. fistura arteriovenosa
d. katup jantung protesapemacu jantung buatan (jarang)
3. Penyebab pencetus
a. tindakan gigi
b. tindakan bedah
c. tindakan endoskopi
d. trauma
4. Penyebab pencetus
Sebenarnya semua spesies bakteri dan jamur dapat
menyebabkan endokarditis infeksio.
a. Stretopkokus
a) streptokokus alfa-hemolitik (streptococcus viridans)
adalah penyebab terlazim endokarditis infeksiosa
b) stertokokus facalis
c) stretokokus bovis yang menyebabkan endokarditis
infeksiosa akan meningkatkan kecurigaan kemungkinan
karsinoma kolon
b. Stafilokokus
a) Stafilokokus aureus lazim pada penyalah gunaan obat
b) Stafilkokus epidermifis serinf ditemukan dalam katup
jantung protesa terinfeksi
c. Bakteri lain
a) Neisseria gonorrhoeae
b) Pseudomonas aeruginosa
d. Jamur
a) Histoplasma
b) Kandida
c) Reketsia
e. Coxiella burnetii (demam Q)
Bisakan endokarditis negatif dalam 15% penyebab
yang mungkin mencakup :
a) orgsnisme yang selektif
b) organisme yang membuat cacat diding sel
c) organisme berkolasi intersal
d) keadaan oraganisme terancam
C. Perikarditis
1. Infeksi
a. virus
b. bakteri
c. tuberkolosis
2. Metabolik
3. Trauma
4. Berhubungan dengan obat
5. Radiasi
6. Neoplasma
7. Idiopatik
2.1 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Edward K. Chung, 1995 Banyak penyeb miokarditis ,
terutama yang menyebabkan karena virus, sering tidak di kenal pasien dan
gejalanya bisa di hubungkan dengan “pilek” atau “flu” kebayakan kasus
ini sembuh tanpa komp-likasi atau gejala sisa, tetapi beberapa bisa
berlanjut menjadi miokarditis yang lama dan parah . telah di gambarkan
kardiomiopati
A. Gejala
Gejala biasa hanya konstitusional atau tidak langsung menuju proses
jantung. Gejala yang lazim bisa mencakup :
1. Demam
2. Malaise
3. Artealgila
4. Nyeri dada
5. Palpitasi
6. Dipsnea

B. Tanda
1. Takikardia (terutama tidak sebanding dengan demam)
2. Hipotensi yang tidak dapat di jelaskan
3. Payah jantung kongesti (CHF)
4. Kematian mendadak

PATHOFISOLOGI/PATHWAY
A. PATOFISIOLOGIS
Menurut Edward K. Chung, 1995 kerusakan endotel bisa timbul di
berbagai tempat
1. Titik penutup katup
2. Daerah perpedaan kanan tinggi melintasi lubang yang sempit
yaitu katup aorta dan mitral
3. Dekat fisula arterivenosa
4. Bakteri terjaring dalam trombosit dan trombi fibirin, yang
membentuk vegetai, yang dapat bertambah besar dan menganggu
fundi katup.
5. Manifestasi perifer endokarditis dapat karena emboli steril atau
mikotik atau reaksi imunologi
a. Keterlibatan sisi kanan jantung sering di sertai oleh episode
pneumonitis dan infark paru
b. Keterlibatan sisi kiri jantung dapat menyebabkan emboli ke
otak, ginjal, limpa dan infark paru
6. CHF bisa akibat miokarditis atau atau perubahan fungsi katup.
7. Faktor reumatoid bisa terdeteksi pada sekitar dua pertiga pasien
dan merupakan suatu antibodi IgM terhadap IgG hospes.
a. Komplek imun sering bereaksi dengan komplemen, terutama
C3 dan C4 yang menyebabkan penurunan kadar.
b. Penimbunan komplek imun bisa menyababkan vaskulitas
B. PATHWAY

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Laboratorium
Menurut Edward K. Chung, 1995 leukosit dengan jenis netrofil,
anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin
serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik
komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar
bilirubin sedikit meningkat.
Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan
hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro
organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap
hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan
dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari
mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan
bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum
diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap
antibiotik.
B. Echocardiografi
Tindakan ini dilakukan untuk :
1. Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar
( > 5 mm)
2. Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang
progresif
3. Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap
mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub mitral )
4. Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya
destrruktif katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan
penggantian katub

PENATALAKSANAAN
A. PENATALAKSANAAN MEDIK
Menurut brunner dan sudart,2002 penatalaksaan medisnya
adalah secara agresif membunuh organisme penyebab dan mencegah
komplikasi yang terjadi, seperti trombo emboli. Terapi antiboitik
jangka panjang dan penisilin parenteral adalah pengobatan terkini.
Pasien endokarditid rematik, yang fungsi katubnya rusak tapi
penyakitnya tenang, tidak memerlukan terapi selama jantung masih
mampu mengompa dengan efektif. Namun demikian, bahaya adanya
kekambuhan rematik akut; endokarditis bakterial; embolisme dari
trombus dinding jantung; dan gagal jantung masih tetap ada.

B. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Menurut Brunner dan Sudarth tahun 2002, berikut ini adalah
penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Istirahat baring harus di pertahankan sampai demam hilang,
kualitas bunyi jantung, tanda dan gejala chf jalas berkunrang
serta gambaran ekg membaik tau distabilisasi
2. Aktifitas fisik harus dimulai bertingkat dalam masa beberapa
minggu atau bulan.
3. Payah jantung kongesti
a. Pengurangan asupan natrium
b. Digitalis
c. Diuretik
d. Fasodilator (misal inhibitor enzim pengkonferesi
anghiotensin)
4. Aritmia zat anti aretmia harus digunakan dengan hati-hati,
karena kadang-kadang ada peningkatan sensitifitas oba.
5. Terapi imunosupresif
Terapi dengan frenison dan azotioprin(imuran) telah
memperlihatkan hasil yang bervariasi
2.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
C. Laboratorium
Menurut Edward K. Chung, 1995 leukosit dengan jenis netrofil,
anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin
serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik
komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar
bilirubin sedikit meningkat.
Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan
hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro
organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap
hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan
dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari
mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan
bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum
diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap
antibiotik.
D. Echocardiografi
Tindakan ini dilakukan untuk :
5. Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar
( > 5 mm)
6. Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang
progresif
7. Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap
mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub mitral )
8. Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya
destrruktif katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan
penggantian katub

PENATALAKSANAAN
C. PENATALAKSANAAN MEDIK
Menxurut brunner dan sudart,2002 penatalaksaan medisnya
adalah secara agresif membunuh organisme penyebab dan mencegah
komplikasi yang terjadi, seperti trombo emboli. Terapi antiboitik
jangka panjang dan penisilin parenteral adalah pengobatan terkini.
Pasien endokarditid rematik, yang fungsi katubnya rusak tapi
penyakitnya tenang, tidak memerlukan terapi selama jantung masih
mampu mengompa dengan efektif. Namun demikian, bahaya adanya
kekambuhan rematik akut; endokarditis bakterial; embolisme dari
trombus dinding jantung; dan gagal jantung masih tetap ada.

D. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Menurut Brunner dan Sudarth tahun 2002, berikut ini adalah
penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu :
6. Istirahat baring harus di pertahankan sampai demam hilang,
kualitas bunyi jantung, tanda dan gejala chf jalas berkunrang
serta gambaran ekg membaik tau distabilisasi
7. Aktifitas fisik harus dimulai bertingkat dalam masa beberapa
minggu atau bulan.
8. Payah jantung kongesti
e. Pengurangan asupan natrium
f. Digitalis
g. Diuretik
h. Fasodilator (misal inhibitor enzim pengkonferesi
anghiotensin)
9. Aritmia zat anti aretmia harus digunakan dengan hati-hati,
karena kadang-kadang ada peningkatan sensitifitas oba.
10. Terapi imunosupresif
Terapi dengan frenison dan azotioprin(imuran) telah
memperlihatkan hasil yang bervariasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ENDOKARDITIS

KASUS
Ny. A 40 tahun dibawa oleh suaminya ke UGD Rumah Sakit Kusuma
karena mengalami nyeri sendi, demam tinggi dan menggigil setiap sore dan
malam hari selama 3 hari lalu. Suaminya mengatakan bahwa Ny. A tidak mau
makan, sering lemah, letih dan lesu. Beliau mempunyai riwayat penyakit jantung
rematik (PJR). Hasil dari observasi menunjukkan BB: 45 kg, TB: 160 cm, suhu :
38,50C, TD : 140/90 mmHg, RR : 24 x/mnt, Nadi : 105 x/mnt, konjungtiva
anemis, terdapat tanda Roth’s spot, serta pembesaran hati dan limpa. Hasil
pemeriksaan lab menunjukkan leukosit 11.000/uL, LED meningkat, kultur darah
positif dengan bakteri streptococcus viridians. Hasil EKG didapatkan ST elevasi.
Kolaborasi dengan tim medis diberikan Ampisilin 2g / 4jam, Gentamisin 1,5mg /
kgBB / 8jam, Penisilin G 2,4-6 juta unit/hari, dan streptomisin 0,5 mg tiap 12 jam
selama 2 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ENDOKARDITIS
DI RUANG MAWAR RS KUSUMA

Tanggal/Jam MRS : 23 Mei 2015 / 08.00 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 23 Mei 2015 / 08.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Endokarditis
No. Registrasi : 14019155

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gentan Baru, Baki, Sukoharjo
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gentan Baru, Baki, Sukoharjo
Hubungan dengan klien : Suami klien

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Nyeri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. A dibawa ke RS Kusuma karena mengalami nyeri sendi,
demam tinggi dan menggigil setiap sore dan malam hari selama 3
hari lalu. TTV: suhu : 38,50C, TD : 140/90 mmHg, RR : 24 x/mnt,
Nadi : 105 x/mnt.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit jantung rematik (PJR).
4. Riwayat kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang serius
5. Genogram:
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: pasien
: menikah
: keturunan
: tinggal satu rumah

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan.
Tanpa kesehatan orang tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-
hari, maka keluarga Ny. A selalu membawa anggota keluarga yang
sakit ke dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan yang rutin.
b. Pola Aktivitas dan Latihan
Suami klien mengatakan Ny. A lemah, letih, lesu dan nyeri
saat bergerak sehingga dibantu oleh keluarga dan perawat.

Kemampuan Sebelum Sakit Selama Sakit


Perawatan Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/Minum √ √
Mandi √ √
Toiletting √ √
Berpakaian √ √
Mobilitas di √ √
tempat tidur
Berpindah √ √
Ambulasi/ROM √ √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

c. Pola Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan susah untuk mengawali dan
mempertahankan tidurnya karena merasa nyeri dan menggigil
terutama jika sore dan malam hari.
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 7 jam 5 jam
Gangguan tidur Tidak ada Ada
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
d. Pola Nutrisi Metabolik
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi, sayur, lauk, Bubur, air putih
telur, air putih
Porsi 1 porsi habis ¼ piring
Keluhan Tidak ada Merasa cepat
kenyang, nafsu makan
menurun
- A (Antropometri) :
BB: 45 kg, TB: 160 cm,
BB 45
IMT = 2 = = 17,6 (underweight)
TB(m) 2,56
- B (Biochemical) : Ampisilin 2g / 4jam, Gentamisin 1,5mg /
kgBB / 8jam, Penisilin G 2,4-6 juta unit/hari, dan streptomisin
0,5 mg tiap 12 jam selama 2 minggu.
- C (Clinical Sign) : nyeri sendi, demam tinggi dan menggigil
setiap sore dan malam hari selama 3 hari lalu, tidak mau
makan, sering lemah, letih dan lesu, konjungtiva anemis,
terdapat tanda Roth’s spot serta pembesaran hati dan limpa.
- D (Diit / Diet) : makanan tidak dibatasi.

e. Pola Eliminasi
- Eliminasi Alvi (BAB)
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
kecoklatan kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Eliminasi Urin (BAK)
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 2x / hari 2x / hari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah Sedikit Sedikit
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada

15 x 45
IWL = = 675 cc
24 jam
ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN
Intake Output Analisa
Minuman 600 cc Urine 1000 cc Intake 1850 cc
Makanan 250 cc Feces 200 cc Output 1875 cc
Infus 1000 cc IWL 675 cc
Total 1850 cc Total 1875 cc Balance - 25 cc
f. Pola Kognitif dan Perceptual
Klien dapat menjawab pertanyaan saat ditanya. Klien
mengatakan penciuman, perabaan, pendengaran dan perasa pasien
masih normal, hanya saja penglihatannya kabur. Pasien merasa
nyeri pada sendinya dengan nyeri terasa tertusuk-tusuk.
P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
Q: nyeri seperti terasa tertusuk-tusuk
R: nyeri pada sendinya
S: skala nyeri 6
T: nyeri terasa terus menerus

g. Pola Konsep Diri


- Gambaran diri : Klien mengatakan pasrah dengan penyakit
yang dideritanya.
- Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah.
- Peran : Klien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.
- Identitas : Klien mengatakan dia seorang perempuan
- Harga Diri : Klien merasa malu dan putus asa dengan
penyakitnya.
h. Pola Koping
Klien jika ada masalah selalu bercerita dengan suaminya.
i. Pola Seksual Reproduksi
Klien mengatakan sudah mempunyai 3 orang anak.
j. Pola Peran Hubungan
Saat dirumah sakit hubungan klien dengan pasien lain dan perawat
baik.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
Klien selalu melaksanakan shalat 5 waktu dengan teratur diatas
tempat tidur.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum : Composmetis
b. TTV :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 105 x/ menit
Perapasan : 24 x/ menit
Suhu : 38,5ºC
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala : wajah oval
a. Rambut : bersih, lurus, sedikit yang rontok

b. Mata :
- Mata : simetris
- Kelopak mata : tidak ada eritema
- Sklera : ptekie (+)
- Konjungtiva : anemis
- Pupil : isokor 2mm
- Iris : hitam
- Reflek cahaya : +/+
c. Hidung : bentuk hidung simetris, tidak ada
sekret, tidak ada benjolan, polip (-), tidak ada perdarahan,
tidak ada pernapasan cuping hidung
d. Mulut : mukosa mulut lembab, bersih.
e. Telinga : simetris, klien tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, kesulitan menelan (-)
3. Dada
a. Paru-paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : fremitus vocal (+), nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
b. Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis (IC) tidak tampak
- Palpasi : IC teraba di ICS 5 mid clavicula
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : murmur dan bunyi jantung lemah.
4. Abdomen
a. Inspeksi : simetris
b. Auskultasi : bising usus 5 x/menit
c. Palpasi : nyeri tekan (+)
d. Perkusi : terdapat pembesara hati dan limpa
5. Genetalia
Genetalia pasien kelihatan bersih.
6. Anus dan Rektum
Tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
a. Atas:
- Edema ka/ki : tidak ada (-)
- Kekuatan otot ka/ki : skala 2/2
- ROM ka/ki : pasif
- Akral : hangat
b. Bawah
- Edema ka/ki : edema piting (-)
- Kekuatan otot ka/ki : skala 2/2
- ROM ka/ki : pasif
- Akral : hangat

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. leukosit : 11.000/uL
b. LED : meningkat
c. kultur darah : bakteri streptococcus viridians (+)
2. EKG : ST elevasi
B. ANALISA DATA
Nama : Ny. A No. CM : 14019155
Umur : 40 tahun Diagnosa Medis : Endokarditis
No Hari/tg
Data Fokus Masalah Etiologi ttd
. l/jam
1 Sabtu, DS : Nyeri Akut Agen cidera 
23 Mei P: klien mengatakan nyeri biologis
2015 saat bergerak
08.00 Q: klien mengatakan nyeri
WIB seperti terasa tertusuk-tusuk
R: klien mengatakan nyeri
pada sendinya
S: klien mengatakan skala
nyeri 6
T: klien mengatakan nyeri
terasa terus menerus
DO : klien terlihat meringis
kesakitan, suhu : 38,50C
TD : 140/90 mmHg, RR :
24x/mnt, Nadi : 105 x/mnt.
2 Sabtu, DS : Suami klien mengatakan Hipertermi Peningkatan 
23 Mei demam tinggi dan menggigil laju
2015 setiap sore dan malam hari metabolisme
08.00 selama 3 hari lalu.
WIB DO : suhu : 38,50C
TD: 140/90 mmHg, RR: 24
x/mnt, nadi: 105 x/mnt.
3 Sabtu, DS : klien mengatakan Intoleransi Ketidakseim 
23 Mei selama ini sering merasa Aktivitas bangan
2015 lemah, letih dan lesu. antara suplai
08.00 DO : suhu : 38,50C, TD : dan
WIB 140/90 mmHg, RR : 24 kebutuhan
x/mnt, Nadi : 105 x/mnt oksigen
Hasil EKG didapatkan ST
ka ‫ ׀‬ki
elevasi, Kekuatan otot
ka ‫ ׀‬ki
2‫ ׀‬2
=
2‫ ׀‬2
4 Sabtu, DS : Suaminya mengatakan Ketidaksei Faktor 
23 Mei bahwa Ny. A tidak mau mbangan biologis
2015 makan, sering lemah, letih nutrisi :
08.00 dan lesu. Kurang
WIB DO : BB: 45 kg, TB: 160 cm, dari
IMT : 17,6 (underweight) Kebutuhan
Tubuh

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis

D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. A No. CM : 14019155
Umur : 40 tahun Diagnosa Medis : Endokarditis
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi ttd
. Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Analgesic Administration 
berhubungan tindakan - Kaji riwayat alergi obat
dengan Agen keperawatan selama pasien
cidera 3 x 24 jam masalah - Tentukan hal yang
biologis nyeri akut dapat memperparah/mengurangi
teratasi dengan nyeri, lokasi,
kriteria hasil : karakteristik/kualitas,
Pain Level tingkat keparahan nyeri dan
- Skala nyeri waktu sebelum medikasi
berkurang pasien
menjadi skala 3 - Ajarkan tentang
- Pasien tidak penggunaan analgesik, dan
meringis harapan keterlibatan dalam
kesakitan keputusan tentang
- Tekanan darah menghilangkan rasa nyeri
dalam batas - Kolaborasi dengan dokter
normal (120/80 mengenai obat, dosis, rute
mmHg) pemberian, atau interval
- RR dalam perubahan yang
rentang normal diindikasikan, membuat
(16-20 x/mnt) rekomendasi spesifik terkait
- Nadi dalam prinsip equianalgesic
rentang normal Pain Management
(60-100 x/mnt) - Monitor untuk isyarat
nonverbal
ketidaknyamanan pasien
- Gunakan langkah-langkah
pengendalian nyeri agar
nyeri tidak menjadi
semakin parah
- Ajarkan prinsip dari
manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan lain untuk
memilih dan menggunakan
tindakan non farmakologi
terkait nyeri, yang sesuai
2 Hipertermi Setelah dilakukan Fever Treatment 
berhubungan tindakan - Monitor tanda-tanda vital
dengan keperawatan selama pasien sesering yang
Peningkatan 3 x 24 jam masalah dibutuhkan
laju hipertermi dapat - Berikan medikasi yang
metabolisme teratasi dengan sesuai untuk mengontrol
kriteria hasil : pasien ketika menggigil
Thermoregulation - Selimuti pasien
- RR dalam - Gunakan kompres air
rentang normal hangat pada selangkanan
(16-20 x/mnt) atau ketiak pasien
- Nadi dalam - Kolaborasi dengan dokter
rentang normal mengenai pemberian
(60-100 x/mnt) medikasi antipiretik, yang
- Suhu tubuh sesuai
dalam rentang
normal (36,5-
37,50C)
- Pasien tidak
menggigil lagi
3 Intoleransi Setelah dilakukan Cardiac care : rehabilitative 
aktivitas tindakan - Monitor toleransi aktivitas
berhubungan keperawatan selama pasien
dengan 3 x 24 jam masalah - Instruksikan pasien dan
Ketidakseim intoleransi aktivitas keluarga mengenai factor
bangan dapat teratasi risiko jantung modifikasi
antara suplai dengan kriteria hasil
dan : (seperti merokok, diet, dan
kebutuhan Activity Tolerance olah raga) dengan tepat
oksigen - RR dalam Energy Management
rentang normal - Monitor pola tidur pasien
(16-20 x/mnt) dan masukan nutrisi untuk
- Nadi dalam memastikan sumber energi
rentang normal yang memadai
(60-100 x/mnt) - Bantu pasien untuk periode
- Gambaran EKG jadwal istirahat.
dalam rentang - Konsultasi dengan ahli diet
normal tentang cara untuk
- Pasien tidak meningkatkan makanan
cepat lemah, letih tinggi energi
dan lesu Activity Therapy
- Pasien mampu - Monitor respon
melakukan kardiovaskuler terhadap
aktivitas ringan aktivitas (perubahan
- Kekuatan otot hemodinamik pasien)
perlahan - Monitor respon emosional,
meningkat fisik, sosial dan spiritual
untuk aktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan penguatan
dan motivasi diri
- Gunakan latihan ROM pasif
untuk meningkatkan
tahanan otot
- Kolaborasi dengan
okupasional dan dokter
dalam perencanaan dan
monitoring program
aktivitas, yang sesuai.
4 Ketidakseim Setelah dilakukan Nutrition Therapy 
bangan tindakan - Kaji nutrisi pasien secara
nutrisi: keperawatan selama lengkap, yang sesuai
Kurang dari 3 x 24 jam masalah - Monitor masukan
kebutuhan Ketidakseimbangan makanan/cairan dan hitung
tubuh nutrisi: Kurang dari masukan kalori harian, yang
berhubungan kebutuhan tubuh sesuai
dengan dapat teratasi - Tentukan/kolaborasi dengan
faktor dengan kriteria hasil ahli diet, terkait jumlah
biologis : kalori dan tipe kebutuhan
Nutritional Status nutrisi untuk memenuhi
- Nafsu makan kebutuhan nutrisi, yang
pasien sesuai
meningkat
- Masukan
makanan pasien
tercukupi
- Berat badan
pasien perlahan
meningkat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Endokarditis atau “endokarditis infeksiosa” adalah suatu infeksi
yang melibatkan endokardium yang utuh rusak atau katup jantung protesa.
Infeksi sering menyebabkan sedikit radang dalam vegetasi yang timbul
pada daerah yang terkena. Penyebaran infeksi dapat menyebabkan
pembetukan abses dalam anulus atau cicin katup, terutama pada pasien
katup protesa terinfeksi. Infeksi dapat juga menyebar ke otak, limpa, ginjal
dan organ lain. Diagnose keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien
dengan kasus endokarditis diatas adalah nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen dan ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
4.2 Saran
Dalam praktik keperawatan kedepannya diharapkan dapat
mengangani pasien dengan endokarditis secara lebih tepat lagi, agar pasien
dapat tertolong.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 2.
Jakarta: EGC
Edward K. Chung. 1995. Penyakit Kardiovaskuler, edisi 3. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather, ed.2010.NANDA International, Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2010-2014. Jakarta : EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai