Anda di halaman 1dari 8

FARMASI KOMUNITAS

TUGAS INDIVIDU
PERTEMUAN KE-8

Dosen : apt. Elvina Triana Putri, M.Farm

Disusun Oleh:
Winda Eka Ratna Andesta (20344058)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
1. Kapan dan bagaimana pemusnahan resep dilakukan ?
2. Buatlah bagan alur pelayanan resep disertai referensi ?
3. Jelaskan pelayanan dan pengelolaan khusus resep narkotika/psikotropika ?
4. Bagaimana pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika ?
5. Menurut saudara, apa saja parameter yang perlu diperhatikan pada pengelolaan resep
dalam meminimalkan resiko medication error ?

Jawab

1. Pemusnahan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
2. Bagan alur pelayanan peresepan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
referensi : SIPP KEMENPAM RB RSUD dr. Soekardjo
3. Jelaskan pelayanan dan pengelolaan khusus resep narkotika/psikotropika
Jawab :
Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di
Apotek meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke
PT. Kimia Farma Trade and Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal
di indonesia)  dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat.
Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan diserahkan
kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan sedangkan satu lembar
salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh
memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin satu
surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk
item narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan
sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek disimpan pada lemari
khusus yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang
ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu
untuk pemakaian sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi pethidin, morfin
dan garam garamannya. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui
oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas
dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep
yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep
atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang masuk
dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan
obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan
narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal
bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada
dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)

Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus
mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di
Apotek meliputi:
a.   Pemesanan Psikotropika
      Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan lebih
dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF. 
b.   Penerimaan Psikotropika
      Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan
sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika yang dipesan
c.   Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu (atau
bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci (tidak harus
terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang
diberi kuasa oleh APA.
d.      Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang
dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep
atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
e.       Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika
untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan). pasword dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)

Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika


Syarat dan penanganan resep narkotika yaitu:
1. Resep harus di skrining terlebih dahulu
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yag jelas
c. Tidak boleh ada tulisan iter yang artinya dapat diulang
d. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang
artinya cara pakai diketahui
2. Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep
baru
4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep yang lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan, maka
diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi copy resep
tersebut hanya dapat ditebus kembali di apotek tersebut yang menyimpan resep
aslinya, tidak bisa di apotek lain
6. Jika pasien sedang berada di luarkota, maka cpy resep tetap tidak bisa ditebus,
melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di daerah/kota tersebut dengan
menunjukkan copy resep yang dibawa sehingga pasien tetap bisa memperoleh
obatnya.

Syarat dan penanganan resep psikotropika:


1. Resep harus diskiring terlebih dahulu
a. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
b. Tidak boleh ada tulisan, iter yang artinya dapat diulang
c. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus)
yang artinya cara pakai diketahui
2. Obat psikotropika di dalam resep diberi garis bawah tinta biru
3. Resep yang mengandung psikotropika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat
resep baru
4. Resep yang mengandung psikotropika harus disimpan terpisah dari resep yang
lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ oabt psikotropika yang diresepkan, maka
diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut.

4. Bagaimana pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika ?


Jawab :
Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan
obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan
narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal
bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada
dinkes setempat.
Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika
untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan). pasword dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat.

5. parameter yang perlu diperhatikan pada pengelolaan resep dalam


meminimalkan resiko medication error ?
jawab :
Medication error sendiri merupakan garis besar dari kesalahan pengobatan yang
terjadi didunia kesehatan yang telah dipilah menjadi dua definisi yang berbeda, yaitu:
1. Medical error
Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh dokter, seperti salah mendiagnosa penyakit
dari seorang pasien. Dari salah diagnosis tersebut bisa berpengaruh ke tahap
selanjutnya yakni tahap pengobatan.
2. Pharmaceutical error
Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh pihak kefarmasian. Kesalahan pada kategori
ini bisa terjadi dari tahap produksi obat, pelayanan resep, hingga obat telah
diterima dan dikonsumsi oleh pasien. Sebab-sebab kesalahan pada saat pelayanan
resep meliputi :
a. Kesalahan peresepan (prescribing error)
 Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi
(eprescribing) dan pencatatan pengobatan pasien,
 Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
 Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk
memastikan obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta
memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan
kepada petugas yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang
menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah
mendapat konfirmasi.
b. Kesalahan penerjemahan resep (transcribing erorr)
Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
c. Kesalahan menyiapkan dan meracik obat (compounding erorr)
 Melakukan skrining resep dengan tepat, baik secara administratif,
farmasetis, dan klinis
 Memberikan perhatian khusus terhadap obat-obat LASA dan HAM
 Melakukan mengechekan ulang pada tiap tahapan oleh petugas yang
berbeda
d. Kesalahan penyerahan obat kepada pasien (dispensing error)
 Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan
nomor rekam medik/ nomor resep

Anda mungkin juga menyukai