Anda di halaman 1dari 29

MODUL

PEMBELAJARAN
SISTEM DIGESTIVE
PADA ANAK

TAHUN 2019

Dr. Kadek Ayu Erika., S.Kep., Ns., M.Kes


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Nama mata kuliah/Kode : Keperawatan Anak II/ 374C219
Jumlah SKS : 3 SKS
Pengajar : 1. Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns.,M.Kes
2. Tuti Seniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes
3. Nur Fadhilah, S.Kep.,Ns.,MN
Sasaran Belajar : Mahasiswa mampu menyusun patofisiologi dan asuhan
keperawatan sistem digestive pada anak
Mata kuliah Prasyarat : Anatomi, Fisiologi, Keperawatan Dasar dan Keperawatan
Anak I
Deskripsi mata Kuliah : Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan
yang berfokus kepada respon anak dan keluarganya pada
setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai akhir masa
remaja baik dalam keadaan akut, sakit kronis dan kondisi
terminal serta berkebutuhan khusus, di masyarakat ataupun
dirawat di rumah sakit, serta intervensi keperawatannya
baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif sesuai SOP.
Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan
ilmu keperawatan dasar dan ilmu dasar keperawatan yang
membantu mengantarkan mahasiswa untuk mendalami
tentang bagaimana melakukan asuhan keperawatan
profesional (holistik), memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarganya dengan
menerapkan komunikasi efektif, menerapkan prinsip
atrauma care, serta membuat keputusan dengan
mempertimbangkan aspek legal dan etik. Mata kuliah ini
mencakup patofisiologi dan asuhan keperawatan sistem
kardiovaskuler, digestive, urinari, hematologi, endokrin,
imun, sensori, anak berkebutuhan khusus, dan perioperative
care pada anak.
I. TINJAUAN MATA KULIAH
A. Deskripsi mata kuliah
Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus kepada
respon anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai
akhir masa remaja baik dalam keadaan akut, sakit kronis dan kondisi terminal serta
berkebutuhan khusus, di masyarakat ataupun dirawat di rumah sakit, serta intervensi
keperawatannya baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif sesuai SOP. Mata
kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan ilmu keperawatan dasar dan ilmu
dasar keperawatan yang membantu mengantarkan mahasiswa untuk mendalami
tentang bagaimana melakukan asuhan keperawatan profesional (holistik), memberikan
pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarganya dengan
menerapkan komunikasi efektif, menerapkan prinsip atrauma care, serta membuat
keputusan dengan mempertimbangkan aspek legal dan etik. Mata kuliah ini mencakup
patofisiologi dan asuhan keperawatan sistem kardiovaskuler, digestive, urinari,
hematologi, endokrin, imun, sensori, anak berkebutuhan khusus, dan perioperative
care pada anak.
B. Kegunaan Mata Kuliah
Mahasiswa mampu mempelajari berbagai kasus digestive baik secara konsep
maupun asuhan keperawatan.
C. Sasaran Belajar
Mahasiswa mampu menyusun patofisiologi dan asuhan keperawatan sistem
digestive pada anak
D. Urutan Penyajian
1. Labio Labio Palate Skizis,
2. Atresi Esophagus (TEF)
3. Stenosis Pylorus Hypertrophy
4. Hirschpung
5. Anal Malformasi
6. Diare
E. Petunjuk Belajar
Mahasiswa membaca seluruh isi modul sebelum mengerjakan tugas yang
diberikan.

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 2


II. PENDAHULUAN
A. Sasaran pembelajaran yang ingin dicapai
Mahasiswa mampu menyusun patofisiologi dan asuhan keperawatan sistem
digestive pada anak
B. Ruang lingkup bahan modul
Definisi, klasifikasi, etiologi, insiden, patofisiologi, manifestasi klinik,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
C. Manfaat mempelajari modul
Mahasiswa mampu mempelajari berbagai kasus digestive baik secara konsep
maupun asuhan keperawatan sehingga dapat diaplikasikan pada kasus di tatanan
pelayanan kesehatan baik di klinik maupun di masyarakat.
D. Urutan pembahasan
1. Labio Labio Palate Skizis,
2. Atresi Esophagus (TEF)
3. Stenosis Pylorus Hypertrophy
4. Hirschpung
5. Anal Malformasi
6. Diare
E. Petunjuk khusus
Tidak ada petunjuk khusus penggunaan modul ini

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 3


III. MATERI PEMBELAJARAN

MATERI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
A. Labio Palato Skizis
1. Definisi
Merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur
wajah
2. Klasifikasi
 Cleft Lip : Hanya bibir yang terbelah bisa unilateral atau bilateral
 Cleft Lip Palate : Bagian terbelah meliputi bibir dan palatum bisa unilateral atau
bilateral
 Cleft Palate : bagian yang terbelah hanya palatumnya (keras dan lembut)
3. Etiologi
 Kegagalan dalam fase perkembangan embrionik  penyebab tidak diketahui
 Factor keturunan
 Kemungkinan berhubungan dengan mutan gen, keabnormalan chromosome
4. Insiden
 Clept lip 1 : 1000 kelahiran laki-laki > perempuan
 Cleft palte : 1 : 2500, prempuan > laki-laki
5. Patophysiology
 Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester pertama
 Cleft terjadi akibat Kegagalan proses nasal medial dan maxilaris untuk menyatu
selama masa kehamilan 6 – 8 minggu
 Cleft palatum terjadi akibat kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7 – 12 minggu
 Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 – 8 minggu masa kehamilan

6. Manifestasi Klinik
Pada clept Lip
 Distorsi pada hidung tidak lengkapnya bentuk bibir

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 4


 Tampak sebagian atau keduanya
 Adanya celah pada bibir
Pada Cleft palatum
 Tampak adanya celah pada uvula, palato lunak dank eras dan atau foramen
incisive
 Adanya rongga pada hidung
 Distorsi hidung
 Teraba adanya celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
 Kesukaran dalam mengisap atau makan
7. Komplikasi
 Gangguan bicara dan pendengaran
 Otitis media
 Aspirasi
 Distress pernafasan
 Resiko infeksi saluran nafas
 Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
8. Pemeriksaan diagnostic
 Rongent foto, MRI untuk evaluasi abnormal
 Pemeriksaan fisik
9. Penatalaksanaan/Pengobatan
 Tergantung pada beratnya kecacatan
 Prioritas pertama adalah pemberian nutrisi yang adequate
 Mencegah komplikasi
 Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
 Pembedahan : pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan
pembedahan usi 2 – 3 hari atau sampai usia beberapa minggu protesis intraoral
atau ekstraoral untuk mencegah kollapas maxillaries, merangsang pertumbuhan
tulang dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan
sebelum pembedahan perbaikan.
 Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, atau antara 6
bulan dan 2 tahun, tergantng pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan
adalah untuk perkembangan bicara.
10. Penatalaksanaan Keperawatan

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 5


 Pengkajian
- Infeksi kecacatan pada saat lahir
- Kemempuan mengisap, menelan dan bernafas
- Proses bonding
- Palpasi dengan menggunakan jari
- Mudah tersedak
- Meningkatnya otitis media
- Distress pernafasan dan aspirasi
- Mungkin dyspnea
- Riwayat keluarga dengan penyakit anak
 Diagnosa Keperawatan
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mamupan menelan/kesukaran dalam makan akibat kecacatan/pembedahan
- Resiko aspirasu berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi
sekunder dari palatoskizis
- Resiko infeksi berhubungan dengan kecacatan/insisi pembedahan
- Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian
makan/perawatan dirumah
- Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi, sekresi
yang miningkat
- Gangguan interitas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan
- Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi /kecatatan pada
anak
 Perencanaan
a. Mempertahankan nutrisi yang adekuat
- Kaji kemempuan menelan dan mengisap
- Gunakan dot botol yang lunak besar, atau dot khusus dengan lubang yang
sesuai untuk pemberian minum
- Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah
mendorong minuman kedalam
- Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama pemberian makan

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 6


- Tepuk punggung bayi setiap 15 ml sampai 30 ml minuman yang diminum,
tetapi jangan diangkat dot selam bayi masih mengisap
- Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi; puasa 6 jam, pemberian
infuse dan lainya
- Setelah oprasi rangsangan untuk menelan atau mengisap dapat
menggunakan jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7
– 10 hari, bila sudah toleran berikan minuman /makanan pada bayi/anak,
sesuai dengan dietnya

b. Mencegah Aspirasi dan obastruksi jalan nafas


- Kaji status pernafasan selama pemberian makan
- Gunakan dot yang besar
- Perhatikan posisi bayi saat memberikan makan
- Beri makan secara perlahan
- Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum

c. Mencegah Infeksi
- Berikan posisi yang tepat setelah makan; miring ke kanan kepala agak
sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi 
pneumonia
- Kaji tanda infeksi (drainase, bau, demam)
- Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dan gunakan teknik steril
- Monitor keutuhan jaringan kulit
- Perhatikan perdarahan, edema, drainase
- Hindari gosok gigi pada anak + 1 – 2 minggu

d. Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi dan merawatnya di


rumah
- Jelaskan prosedur operasi pre dan post op
- Ajarkan pada orang tua dalam perawatan anak; cara pemberian
makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi,
posisi pada saat pemberian makan/minum, lakukan penepukan punggung,
bersihkan mulut setelah makan

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 7


e. Meningkatkan rasa Nyaman
- Kaji pola istirahat bayi dan kegelisan bayi
- Tenangkan bayi/anak
- Berikan aktivitas bermain sesuai kondisi dan usia
- Suppor emosional bayi/anak : belaian, sentuhan, dengan mainan-mainan
- Berikan analgetik sesuai dengan program

f. Mempertahankan kepatenan jalan nafas


- Kaji status pernafasan
- Rubah posisi sesuai kebutuhan atau 2 jam sekali untuk memudahkan
drainase post op
- Tegak atau setengan duduk saat makan
- Suctioning bila perlu

g. Mempertahakan keutuhan kulit


- Bersihkan area insisi setelan makan/minum
- Bersihkan area insisi dengan normal saline
- Monitor tanda infeksi
- Lakukan gerakan aktif/pasir untuk meningkatkan sirkulasi dan
penyembuhan luka
- Hindari anak menangis yang dapat meregangkan jahitan

h. Meningkatkan bonding orang tua anak


- Kaji pemahaman orang tua tentang kecacatan dan keperluan setelah
pembedahan
- Jelaska tentang prosedur operasi
- Demonstrasikan pada orang tua tentang cara memberi makan pada
bayi/anak
- Ajarkan melakukan bonding pada anak

 Perencanaan Pulang
- Ajarkan pemberian makan/minum dan cara merangsang minum
- Ajarkan orang tua pencegahan infeksi
- Ajarkan mencegah aspirasi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 8


- Ajarkan cara menangani aspirasi dan CPR
- Ajarkan cara melakukan rangsangan bicara
- Ajarkan cara merawat gigi dan mulut

B. Atresia Esophagus (TEF)


1. Definisi
Kegagalan esophagus untuk membentuk saluran penghubung antara parynx ke
lambung selama fase perkembangan embrio (4 – 6 minggu gestasi). Dan biasanya
berhubungan dengan fistula trachea esophageal.
2. Etiology
 Kegagalan perkembangan embrionik
 Penyebab pasti tidak ditahui
3. Klasifikasi
 Type I : segmen esophagus proximal dan distal tertutup  tidak ada hubungan ke
trachea ( 10 – 15 % kasus)
 Type II : segmen esophagus proximal terbuka masuk ke trachea melalui fistula,
segmen diatal tertutup
 Type III : segmen esophagus proximal tertutup, segmen diatal berhubungan
dengan trachea melalui fistula (80 – 90 % kasus)
 Type IV : atresia esophagus dengan fistula diantara proximal dan distal akhir dari
trachea dan esophagus
 Type V : kedua segmen esophagus proximal dan distal terbuka ke trachea melalui
fistula (Type H)

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 9


4. Komplikasi
 Pneumonia (aspirasi saliva reflux/regurgitasi cairan lambung)
 GIT anomaly, anus imferporata
5. Manifestasi Klinik
 Ibu hamil dengan hidramnion
 Terdapat sekresi yang berlebihan
- Air liur menetap
- Sekresi dari hidung keluar banyak
 Bayi lahir  menangis  batuk  sianosis
 Distensi abdomen
 Jika diberi minum/makan anak akan tersedak, batuk dan cianosis
 Bila dipasang NGT akan terhenti + 8 – 10 cm dari lubang hidung
6. Evaluasi Diagnostik
 Mengenali bayi dengan TEF (polyhidranion/premature)
 Observasi gejala spesifik yang timbul pada bayi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 10


 NGT tidak adapat masuk ke lambung
 Hasil X-Ray tampak bayangan udara di esophagus proximal
7. Penanganan/Pengobatan
 Penganan segera :
- Menyangga bayi dengan sudut 200 untuk mencegah reflux lambung
- Gastrostomy  mencegah aspirasi
 Pengobatan yang sesuai untuk keadaan patologis/komplikasi yang timbul
(pneumonia, CHF)
 Supportive therapy  pemberian nutrisi, therapy cairan, antibiotic, alat Bantu
pernafasan, mempertahankan suhu lingkungan yang normal
 Tindakan operasi ( Gastrostomy, esophageal anastomose)

8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya sekresi yang meningkat
pada nasopharinx
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat sekresi
 Intake nutrisi tidak adequate berhubungan dengan reflux tracheo-esophageal
 Resiko Imbalance cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake menurun dan
kehilangan cairan lambung
 Resiko injury berhubungan dengan prosedur operasi
 Cemas berhubungan dengan keadaan penyakit anaknya dan ketidak mampuan
dalam merawat anaknya
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anaknya

9. Management Keperawatan
 Pengkajian
- Kaji seperti prosedur bayi baru lahir
- Observasi manifestai AE atau TEF (Excessive salivation, Tersedak, sianosis,
apnea, peningkatan respiratory distress, distensi abdomen)
- Kaji prosedur diagnostic (Radiography dada dan perut, kateter yang melewati
esophagus)
- Monitor tanda dan gejala distress pernafasan serta frekwensinya.

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 11


 Perencanaan
a. Meningkatkan Jalan nafas efektif
- Suction jika diperlukan untuk mengeluarkan secret dari oropharinx
- Posisi supine dengan elevasi kepala 300 untuk menurunkan tekanan
thoracic dan mencegah reflux cairan lambung
- Beri oksigen jika anak sianosis
- Tidak memberikan apapun lewat mulut untuk mencegah aspirasi
b. Intake nutrisi adequate
- Berikan nutrisi melalui gastrostomy, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
sampai nutrisi via oral diizinkan
- Berikan makanan per oral bila kondisi bayi baik setelah operasi
- Observasi kemampuan menelan anak, tanpa adanya tersedak
- Monitor intake dan output, berat badan untuk menentukan status nutrisi
- Ajarkan keluarga tentang teknik pemberian makan
- Perkenalkan satu makanan setiap hari untuk melihat toleransi anak pada
makanan
- Bila anak sudah siap mulaikan memberi makanan melalui oral secara
keseluruhan
- Potong makanan menjadi bagian-bagian kecil
- Hindari makanan dengan ukuran besar untuk mencegah tersedak
- Ajarkan anak bagaimana cara menelan makanan yang benar untuk
mencegah resiko tersedak
- Rujuk dengan terapi bicara

c. Pengajaran pada keluarga


- Ajarkan keluarga tentang perawatan di rumah
 Posisi untuk mencegah aspirasi
 Tanda dan gejala distress pernafasan
 Tanda dan gejala komplikasi
 Perawatan gastrostomy dan esophagus bila anak selesai operasi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 12


C. Stenosis Pylorus Hypertrophy
1. Definisi
Keadaan congenital dimana otot-otot pylorus mengalami hypertrophy  obtruksi
sebagian/total pada otot pylorus

2. Etiology
 Belum jelas diketahui
 Kemungkinan karena sel ganglion pylorus
3. Insiden
 1 : 500 Kelahiran
 4 : 1  laki-laki lebih dominant

4. Manifestasi Klinik
 Biasanya pada bayi usia 3 – 4 minggu timbul muntah, secara terus-menurus 
muntah proyektil
 Konstipasi
 BB sulit naik atau kehilangan BB
 Dehidrasi
 Pada palpasi teraba masa dikuaran atas perut
 Terlihat gerakan peristaltic lambung
 Anak selau lapar dan haus

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 13


5. Pemeriksaan Diagnostik
 Alkalis metabolik
 Kehilangan serum NaCl dan K
 pH > 7
 CO2 meningkat
 Urine alkalis, konsentrasi >
 Ht, Hb meningkat,
 Hasil Photo barium Meal terdapat penyempitan saluran pylorus
6. Penatalaksanaan
 Penanganan awal
- Rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan elektrolit
- Menangani alkalosis
 Persiapan operasi
7. Diagnosa Keperawatan
 Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan muntah terus menerus
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anaknya
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
- Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berhubungan dengan kebiasaan makan
dan pola makan
- Observasi manifestasi klinik pylorus hypertrophy stenosis
 Muntah projectile  biasa terjadi setelah makan
 Bayi selalu lapar
 BB menurun
 terdapat tanda dehidrasi
 Distensi abdomen
- Kaji prosedur diagnostic yang dilakukan
b. Perencanaan
 Cairan tubuh terpenuhi
- Pertahankan pemberian cairan secara IV
- Monitor data laboratorium  menentukan keseimbangan cairan dan
elektrolit

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 14


- Monitor intake dan output dan BJ urine
- Monitor tanda vital dan berat badan
- Kaji turgor kulit dan membrane mucosa
 Nutrisi Adequat
- berikan makan setelah operasi dilakukan
 Mulailan pemberian makanan secara oral dengan porsi kecil tapi sering
 untuk mencegah muntah
 Observasi dan catat respon bayi/anak terhadap makanan  untuk
menentukan jumlah dan jenis makanan yang akan diberikan
 Rencanakan pemberian ASI bila kondisi anak sudah baik
D. Penyakit Hirschpung
Pertama kali ditemukan oleh “Harold Hirscprung” tahun 1887
1. Definisi
Keadaan kongennital dimana tidak terdapat sel-sel syaraf ganglion parasimpatik pada
satu segmen usus bagian distal, terbanyak di rectosigmoid
2. Etiology
 Penyebab tidak diketahui mungkin karena herediter
 Tidak adanya ganglion parasimpatis pada daerah distal colon
3. Gangguan Physiologis
 Tidak adanya/berkutangnya sel ganglion parasimpatik didalam flexus aurbach
 Tidak terjadi peristaltic pada bagian usus yang terkena
+ Bagian ini biasanya menyempit  feces tidak bisa lewat
+ Usus bagian atas darai sisi yang terkena, terakumulasi feces
 Bagian proximal dari sisi yang terkena dari colon berdilatasi  diisi dengan bahan
feces + gas  hypertrophy otot
 Spincter anus/rectal bagian dalam gagal untuk relax dan mengeluarkan feces + gas
 abdominal distensi, konstipasi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 15


4. Manifestasi Klinik
Tergantung dari derajat usus yang dipengaruhi
 Muncul sejak lahir/minggu pertama kehidupan
- Tidak ada meconiium
- Muntah
- Distensi abdomen
- Konstipasi
- Diare
- Anorexia
 Pada anak dan dewasa
- Konstipasi
- Distensi abdomen secara progresif
- Dinding abdomen tipis  vena vena terlihat
- Aktivitas peristaltic dapat diobservasi
- Konstipasi
- Kegagalan untuk tumbuh  malnutrisi
5. Evaluasi Diagnostik
 Pemeriksaan rectal, rectal biopsi
 Pemeriksaan Ro photo barium enema

6. Penangan/ tindakan
 Keadaan acut  wash out dengan garam fisiologis

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 16


 Usia anak besar + gejala kronik  enema isotonic, diet rendah sisa
 Colostomy/illeustomy  decompresi usus, istirahatkan usus
 Pengangkatan segmen aganglionik, diikuti dengan anastomose dan memperbaiki
fungsi rectal bagian dalam

7. Diagnosa Keperawatan
 Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
 Resiko kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan intake kurang, mual
dan muntah
 Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya
insisi
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan
gastrointestinal
 Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi, pembedahan, dan
perawatan colostomy
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan colostomy dan irigasi

8. Perencanaan
 Mencegah atau mengatasi konstipasi dan mempertahankan hidrasi
- Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
- Siapkan anak untuk pembedahan colostomy temporer
- Lakukan enema isotonic hingga bersih
- Monitor intake dan output
- Bila anak dipuasakan beri cairan via IV
- Monitor BJ urine
- Monitor elektrolit sesuai program
- Kaji status hidrasi pre dan post op dengan mengkaji turgor kulit dan membrane
mucosa
 Mencegah infeksi pembedahan dan colostomy serta mempertahankan keutuhan
kulit sekitar area pembedahan
- Pemberian larutan neomysin 1 % perrectum atau stoma sesuai program
- Pemberian antibiotic oral atau IV sesuai program

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 17


- Menitor tanda vital setiap 4 jam
- Mengukur lingkar abdomen
- Kaji insisi pembedahan; kemerahan, bengkak, drainase
- Kaji warna stoma, perdarahan, dan kaji kerusakan sekeliling area insisi
pembedahan
- Berikan perawatan kulit
- Catat adanya peradangan; kemerahan, perubahan pengeluaran drainase, bau
- Gunakan kantong stoma yang hypoalergy
 Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
- Puasakan anak hingga bising usus positif dan flatus
- Pertahankan NGT
- Pemberian cairan IV sesuai program sampai anak toleransi dengan intake
secara oral
- Timbang berat-badan
 Memberikan control nyeri yang adequate
- Kaji Nyeri dengan skala 1 – 10
- Berikan rasa nyaman ; reposisi, back rub, mendengarkan musik, sentuhan dan
lainya
- Pemberian obat untuk mengatasi nyeri sesuai program
- Berikan ketenangan pada anak
- Kaji pola tidur
 Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi pada orang tua dan anak
- Kaji tingkat pengetahuan
- Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasannya
- Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan
- Ajarkan perawatan colostomy
9. Perencanaan Pulang
 Instruksikan orang tua untuk mendemonstrasikan cara irigasi dan perawatan
colostomy
 Ajarkan orang tua cara mengkaji distensi abdomen dan obstruksi
 Ajarkan orang tua mengkaji bising usus

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 18


E. Anal Malformasi
1. Definisi
Adalah tidak komplinya perkembangan embrionik pada distal usus (anus) atau
tertutupnya anus secara abnormal.

2. Patofisiology
 Terdapat dua type yaitu letak tinggi , dimana terdapat halangan di atas otot lepator
ani. Type letak rendah adalah adanya penghalang di bawah otot lepator ani.
 Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang jadi kloaka yang merupakan bakal genitourinary dan
struktur anorectal.
 Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorectal.
 Terjadi atresia anal karena tida ada kelengkapan migrasi dan perkembangan
struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam perkembangan fetal
 Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina
 Tidak adan pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 19


3. Komplikasi
 Obstruksi intestinal
4. Etiologi
 Secara pasti belum diketahui
 Merupakan anomaly gastrointestinal dan genitourinary
5. Manifestasi Klinis
 Kegagalan lewatnya mekonium saat/setelah lahir
 Tidak ada atau stenosiskanal rectal
 Adanya membrane anal
 Fistula eksternal pada perineum
6. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fisik restum, kepatenan rectal dan dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari
 Untrasound dan CT scan untuk menentukan lesi.
7. Penatalaksanaan Terapeutik
 Pembedahan, kolostomi, transversokolostomi (kolostomi di kolon Transversum)
dan sigmoidostomi (kolostomi di sigmoid). Bentuk yang aman adalah double
barrel atau laran ganda.

PENATALAKSANAAN PERAWATAN
1. Pengkajian
 Kaji bayi setelah lahir pemeriksaan fisik
 Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir
 Gunakan thermometer rectal untuk menentukan kepatenan rectal
 Adanya tinja dalam urine dan vagina
 Kaji psikososial keluarga

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 20


2. Diagnosa Keperawatan
a. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi ekskretorik) berhubungan dengan tidak
lengkapnya pembentukan anus
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
d. Kecemasan keluarga berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kondsisi bayi
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan perawatan di rumah dan
pembedahan

3. Perencanaan
a. Anak akan menunjukan konsistensi tinja lembek, terbentuknya tinja tidak nyeri
dan tidak ada perdarahan
b. Sekeliling kulit area kolstomi akan berwarna pink, kering, dan bebas dari
kerusakan kulit, insisi akan bebas dari kemerahan, tidak bengkak dan drainase.
c.. Tidak terjadi infeksi
d. Orang tua akan mengekspresikan perasaan dan pemahaman terhadap kebutuhan
intervensi perawatan dan pengobatan
e. Keluarga akan memperlihatkan kemampuan dalam melakukan perawatan
kolostomi tenporer dan dilatasi anal.

4. Implementasi
a. Meningkatkan fungsi usus dan integritas kulit
 Berikan perawatan kulit pada anoplasty dan jaga area tetap bersih
 Kaji adanya kemerahan, bengkak, drainage
 Posisikan bayi miring kesamping dengan kaki fleksi atau dengan posisi prone
dan panggul ditinggikan untuk mengurangi edema dan tekanan pada area
pembedahan
 Gunakan kantong kolostomy yanh hypoalergy untuk melindungi kulit yang
sensitive
 Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi melalui IV sampai fungsi usus
normal

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 21


 Kaji kolostomy ; warna harus pink dan tidak ada purulen, pembengkakan atau
kerusakan kulit
 Dilatasikan anak setelah pembedahan sesuai program
b. Mencegah Infeksi
 Kaji tanda infeksi
 Mengganti dengan teknik steril
 Hindari bahan yang dapat mengkontaminasi insisi pembedahan
 Jaga kulit tetap kering dan tidak ada perembesan.
c. Memberikan support emosional
 Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan
 Berikan informasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan di rumah
 Ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi
 Berikan pujian pada orang tua saat melakukan perawatan pada bayi
 Lakukan bonding orang tua-bayi
 Jelaskan kebutuhan terapi IV, NGT, pengukuran tanda vital dan pengkajian
d. Memberikan pengajaran untuk perawatan di rumah
 Ajarkan perawatan kolostomy dan partisipasi keluarga dalam perawatan
sampai mampu sendiri
 Konsulkan ke perawat enterostomal bila perlu
 Berikan pujian saat melakukan perawatan dan jawab pertanyaan secara jujur
sesuai yang dibutuhkan
 Ajarkan untuk mengenal tanda dan gejala yang perlu dilaporkan pada perawat,
dokter dan perawat enterostomal
 Ajarkan bagaimana cara memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan
dilatasi anal
 Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat-alat yang dibutuhkan
untuk perawatan dirumah
 Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh
kembang
F. Diare
1. Definisi
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar lebih dari 3 X sehari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gr.

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 22


2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
- Infeksi bakteri : Vibriocoma, Ecoli, Salmonella, Shigella, Campilobacter,
Yersenia aeromonas
- Infeksi virus : Virus echo, Choxchaci, Poliomyelitis, adenovirus, Rota
virus dan Astro virus
- Infeksi Parasit : Cacing, Protozoa dan Jamur
2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
otitis media akut, tonsiloparingitis.
b. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat, dishacarida (intoleran laktosa, maltosa dan
sucrose), Monosacarida (intoleran glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
- Malabsorbsi Lemak
- Malabsorbsi protein

c. Faktor Makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan


d. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang

3. Patofisiologi
a. Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak diserap  tekanan osmotic dalam rongga usus
meninggi  terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus  isi
rongga usus berlebihan  merangsang usus untuk mengeluarkan  diare
b. Gangguan sekresi
Toksin pada dinding usus meningkatkan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus  peningkatan isi rongga uisus merangsang usus untuk
mengeluarkannya  diare
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik  berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan 
diare

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 23


Hipoperistaltik  bakteri tumbuh berlebihan  peradangan di rongga usus 
sekresi air dan elektrolit meningkat  absorbsi rongga usus menurun  diare

Microorganisme pathogen Zat sulit diserap

Infeksi Peningkatan tekanan osmotik

Peningkatan sekresi aktif cairan Menarik air dan garam kedlm usus

Peningkatan motilitas usus

Peristaltik meningkat

Diare

4. Klasifikasi Diare
a. Diare ringan
Frekuensi BAB 2 – 3 X perhari, feces encer, demam, kemungkinan muntah, tidur
terganggu, rewel, kehilangan cairan sampai 5 % dari berat badan, dehidrasi ringan.
b. Dehidrasi sedang
Kejadian secara perlahan-lahan dengan ciri-ciri : dehidrasi ringan, kehilangan
cairan sampai 5 – 10 % dari berat badan

c. Dehidrasi Berat
Kejadian secara tiba-tiba, resiko kematian tinggi pada bayi dan anak, diare berat
ditandai dengan frekuensi BAB 2 – 12 X perhari, warna feces kehijauan dan encer,
terdapat mucus dan darah, demam tinggi, muntah, anorecsia, kram abdomen,
stupor, irritable, konvulsi, dehidrasi berat, kehilangan cairan 10 – 15 % dari berat
badan.
5. Gejala klinik
Tergantung dari derajat dan type diare yaitu :
- BAB lebih dari 3 x dengan jumlah 200 – 250 gr

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 24


- Anoreksia, muntah
- Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam beberapa hari
- Terjadi perubahan tingkah laku : rewel, irritable, lemah, pucat, konvulsi, flasifdity
dan merasa nyeri saat BAB
- Respirasi cepart dan dalam
- Kehilangan cairan /dehidrasi : urine output menurun, turgor kulit jelek, kulit
kering, terdapat fontanel cekung, sunken eyes, penurunan tekanan darah.

Dehidrasi dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan Dehidrasi Berat


Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa haus Minum biasa Haus Malas minum
Turgor kulit Baik, cepat kembali Lambat kembali Jelek

6. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata : Nama, usia, dll
2) Keluhan utama : Biasanya klien dan keluarga mengeluh BAB yang sering dan
encer, fatique, lemah dan kadang disertai demam, mual dam muntah
3) Riwayat kesehatan sekarang : (PQRST)
4) Riwayat kesehatan lalu
- Apakah pernah diare sebelumnya, infeksi saluran cerna
- Kebiasaan keluarga mengkonsumsi makanan

5) Riwayat kesehatan keluarga


- Pola asuh keluarga, konsumsi dan penyajian makanan
- Keluarga lain yang mengalami penyakit serupa
6) Pemeriksaan fisik (sesuai dengan tingkatan diare)
7) Kebiasaan sehari-hari
Kebiasaan jajan, mencuci tangan, mandi, eliminasi

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 25


8) Aspek psikososial
9) Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan tinja (makroskopik dan mikroskopik)
- Elektrolit dan fungsi ginjal
- Urinalys, pH feces, culture bacteri
7. Diagnosa Keperawatan
a. Deficit volume cairan tubuh b/d vomiting, diare
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan tubuh mengabsorpsi
c. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit
d. Nyeri b/d distensi abdomen/kram perut
e. Activity intolerance b/d kelemahan
f. Kurangnya pengetahuan orang tua
g. Cemas b/d kondisi anaknya

8. Rencana Tindakan
a. Cairan Dehidrasi Oral
- Formula lengkap NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa 5 %
- Formola sederhana NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain  larutan gula garam
 Bayi 2 – 4 bln 200 – 400 cc
 Bayi 4 – 10 bln 400 – 600 cc
 Anak 10 – 18 bln 600 – 800 cc
 Anak 18 bulan – tahun 800 – 1000 cc
 Anak 3 – 15 tahun 1000 – 2000 cc
 15 tahun – dewasa 2000 – 4000 cc

Diberikan pada 4 – 6 jam pertama


b. Cairan Parenteral
 DG aa 9 (1bagian lard arrow + 1 bagian glucose)
 RL g 9 (1 bagian RL + 1 bagian glucose 5 %)
 RL
 3 a (1 bagian darrow + 2 bagian glukosa)
 DG 1 : 2
9. Mempertahankan keutuhan kulit

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 26


- Kaji kerusan atau iritasi kulit
- Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus
- Hindari pakaian dan alas tempat tidur yang lembab
- Ganti popok/ kain yang basah
- Gunakan obat cream bila perlu

10. Mencegah penyebaran infeksi


- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung
- Segera bersihkan dan angkat bekas BAB tempatkan pada tempat khusus
- Gunakan standar pencegahan universal
- Tempatkan pada ruangan khusus

11. Meningkatkan nutrisi yang optimum


- Timbang berat badan setiap hari
- Monitor intake dan output
- Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
- Asi tetap diteruskan bila tidak toleran dengan ASI berikan formula dengan rendah
laktosa

12. Meningkatkan pengetahuan orang tua


- Kaji tingkat pemahaman orang tua
- Ajarkan tentang prinsif diit dan control diare
- Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan
- Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
- Jelaskan pentingnya kebersihan
13. Menurunkan rasa takut / cemas
- Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya, dengarkan keluhan orang
tua secara empaty dan sentuhan teurapetik
- Gunakan komunikasi terapetik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
- Libatkan orang tua dalam perawatan anaknya
- Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan

IV. LATIHAN

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 27


1. Buatlah penyimpangan KDM untuk semua kasus Labio Palate Skizis, Atresi
Esophagus (TEF), Stenosis Pylorus Hypertrophy, Hirschpung, Anal Malformasi
dan Diare
2. Buatlah Pengkajian (Data Fokus), diagnose, rencana keperawatan (NOC dan/atau
Wong) berdasarkan konsep teori Labio Palate Skizis, Atresi Esophagus (TEF),
Stenosis Pylorus Hypertrophy, Hirschpung, Anal Malformasi dan Diare.

V. RANGKUMAN
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi mari materi
bahasan dan hubungannya dengan materi berikutnya

VI. TES F0RMATIF


Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan
pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut: risiko penyakit kongenital digestive

VII. UMPAN BALIK ATAU TINDAK LANJUT


Mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan atau klarifikasi tentang materi yang
diberikan dan fasilitator dapat menilai pemahaman dan pengetahuan telah terserap baik
oleh semua mahasiswa.

VIII. KUNCI TES FORMATIF


Tidak ditampilkan

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant and
Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
2. Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
3. Kyle,T., & Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Peditri. Edisi 2. Vol. 2,4. Jakarta:
EGC.

Dr.Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns,M.Kes 28

Anda mungkin juga menyukai