Anda di halaman 1dari 9

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

SAP 2
REVIEW ARTIKEL NASIONAL DAN INTERNASIONAL

KELOMPOK V
Ida Ayu Nirma Prameswari (1881611026 / 01)
Ni Made Mei Anggreni (1881611037 / 12)
Putu Nirmala Chandra Devi (1881611043 / 18)
I Dewa Ayu Nyoman Stari Dewi (1881611044 / 19)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL
SAP 2

Judul : Accountants’ Ethical Perceptions from Several Perspectives: Evidence from


Slovenia
Penulis : Marjan Odar, Mateja Jerman, Anton Jamnik & Slavka Kavcic
Sumber : Economic Research-Ekonomska Istraživanja, Vol. 30, No. 1, 2017, pp.1785–
1803

1. Fenomena/Latar Belakang Masalah


Di Slovenia, manajemen bertanggung jawab atas persiapan dan penyajian yang adil
dari laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi, dan dalam persyaratan Undang-
undang Perusahaan Slovenia, atau UU Akuntansi. Namun, laporan keuangan disusun oleh
akuntan. Akuntan diharapkan untuk mencatat peristiwa bisnis sesuai dengan kode etik
untuk akuntan profesional.
Lingkungan Slovenia juga menarik dari sudut pandang lain. Praktisi akuntansi tidak
diharuskan memiliki sertifikat profesional. Tidak ada persyaratan untuk pendaftaran wajib
akuntan atau lisensi wajib yang diperlukan untuk menyediakan layanan akuntansi.
Kepemilikan sertifikat profesional diperoleh atas dasar sukarela. Di Slovenia, akuntan
dapat memperoleh dua jenis sertifikat profesional. Ada dua organisasi profesional akuntan
di Slovenia yaitu, The Slovene Institute of Auditors dan the Chamber of Accounting
Services yang mengeluarkan sertifikat profesional. The Slovene Institute of Auditors
melakukan proses pelatihan untuk akuntan yang berkualifikasi, sementara the Chamber of
Accounting Services melakukan pelatihan untuk mendapatkan gelar Manajer Ahli Layanan
Akuntansi (eksternal).
Terlepas dari tempat kerjanya, semua akuntan di Slovenia harus menghormati Kode
Etik Profesi Akuntan. Namun, di Slovenia tidak ada badan otoritatif yang dapat
menegakkan kepatuhan dengan Kode Etik.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam artikel ini yaitu Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu
apakah akuntan atau bookkeppers, (orang yang menyusun laporan tahunan dan laporan
untuk keperluan pajak) pada organisasi di Slovenia peka terhadap ethically-sensitive
scenario?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi tingkat persepsi etis akuntan
terhadap ethically-sensitive scenario pada organisasi-organisasi terpilih di Slovenia.

4. Landasan Teori
Grand theory yang digunakan penelitian ini yaitu teori akuntansi positif, dimana
manajemen adalah rasional dan akan memilih metode pelaporan yang akan memenuhi
kepentingannya sendiri. Selain itu, hasil penelitian sebelumnya juga diungkapkan sebagai
penunjang referensinya yaitu penelitian dari Leuz, Nanda, dan Wysocki (2003),
Burgstahler, Hail, dan Leuz (2006), yang menunjukkan bahwa faktor-faktor institusional
memiliki pengaruh penting pada kualitas pelaporan akuntansi. Rausch, Lindquist, dan
Steckel (2014) menemukan budaya yang lebih individualistis mengarah pada kesadaran
etis individu yang lebih besar, dibandingkan dengan budaya yang lebih didasarkan pada
konsensus sosial.

5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Akuntan di perusahaan yang menyediakan jasa akuntansi eksternal akan membuat
penilaian etis yang lebih lunak dibandingkan dengan akuntan yang bekerja secara internal
dalam suatu perusahaan.
H2: Akuntan yang memiliki sertifikat profesional akan membuat penilaian etis yang lebih
ketat daripada akuntan yang tidak memiliki sertifikat
H3: Wanita akan membuat penilaian etis yang lebih ketat daripada rekan pria mereka

6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tingkat penerimaan scenario sensitif etis (ethically-sensitive scenario),
sedangkan variabel independennya adalah gender, umur, tingkat Pendidikan, tempat
akuntan bekerja, jenis sertifikat yang dimiliki, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif dan menguji hipotesis dengan analisis regresi
probit.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan data. Kuesioner
tersebut dibagikan kepada beberapa Akuntan di Slovenia, yaitu seperti bagian pembukuan
yang menyusun laporan keuangan dan perpajakan). Terdapat 2824 akuntan yang terdafttar
di Slovenia. Jumlah kuesioner yang kembali adalah sebesar 546 kuesioner (tingkat
pengembalian adalah 19,3%), sehingga sampel akhir penelitian adalah 451 responden.
Kuesioner digunakan untuk melakukan pengumpulan data terkait persepsi etis
akuntan professional dalam menjalankan manajemen laba yang berbeda. Kuesioner terdiri
dari 10 indikator, dimana indikator 1-3 yaitu pendapatan responden mengenai kaitan antara
manipulasi akuntansi dengan manajemen laba untuk tujuan pelaporan laporan keuangan
eksternal, bank dan perpajakan, sedangkan indikator 4-10 terkait dengan tingkat
penerimaan dari scenario sensitivitas etis.

7. Hasil dan Kesimpulan Penelitian


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara
statistik antara tingkat penerimaan skenario sensitif-etis dengan gender, usia, dan tingkat
pendidikan. Hasil yang signifikan secara statistik ditemukan untuk tempat kerja akuntan
dan sertifikat profesional. Tempat kerja seorang akuntan (akuntan internal dalam suatu
organisasi atau akuntan eksternal yang dipekerjakan di perusahaan jasa akuntansi)
ditemukan signifikan secara statistik dalam kasus enam scenario, sehingga hipotesis
pertama dan kedua dalam penelitian ini dapat diterima, sedangkan hipotesis ketiga dalam
penelitian ini tidak dapat diterima. Penelitian ini juga menemukan bahwa akuntan dari
perusahaan-perusahaan kecil akan memiliki tingkat scenario etis sensitive yang lebih
lunak.

8. Keterbatasan dan Pengembangan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya yaitu tidak dapat
memprediksi adanya niat manajemen laba, tidak dapat memberikan penjelasan mengenai
perbedaan antara manipulasi akuntansi yang bermanfaat bagi perusahan dan pihak terkait
dengan manajemen secara individual. Penelitian ini juga tidak dapat memberikan bukti
statistik mengenai jumlah akuntan yang bekerja di Slovenia.
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menganalisis
ekonomi pasca-transisi atau negara berkembang lainnya dengan regulasi profesi akuntansi
yang terbatas, sehingga dapat memberikan lebih banyak bukti mengenai konsekuensi pasar
yang tidak diatur pada kualitas layanan dan kualitas pendapatan serta dapat menentukan
apakah profesi harus diatur secara lebih ketat.
REVIEW ARTIKEL NASIONAL
SAP 2

Judul : Dilema Etika pada Akuntan – Sebuah Studi Persepsi Mahasiswa Akuntansi
Penulis : Dwi Marlina Wijayanti, Frisky Jeremi Kasingku, dan Risa Rukmana
Sumber : Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 159-172

1. Fenomena/Latar Belakang Masalah


Fenomena terkait praktisi yang sering mengalami dilema ketika menghadapi masalah
etika pada saat melakukan aktivitas professional. Salah satu kasus yang paling terkenal
terkait pelanggaran etika adalah kasus pada perusahaan Enron yang melibatkan akuntan
professional di Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson. Selain itu, salah satu kasus yang
terjadi di Indonesia adalah pada PT Kimia Farma yang melakukan mark-up laba bersih
pada laporan keuangan mereka. Kasus tersebut menyebabkan rendahnya etika yang
dimiliki oleh individu yang menjalankan profesionalnya.
Terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pandangan dan
pengambilan keputusan seseorang pada kondisi yang dilema. Faktor internal dapat berupa
gender, usia, pengalaman kerja, sedangkan faktor eksternal dapat berupa insentif.
Penelitian sebelumnya tidak dapat memberikan bukti empiris yang kuat dalam menarik
kesimpulan, oleh karena itu penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya dengan
menguji faktor internal individu dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan pada
situasi dilema etis.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah apakah gender, usia, dan tingkat
Pendidikan mempengaruhi perilaku etis individu

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam artikel ini adalah menguji apakah gender, usia, dan tingkat
Pendidikan mempengaruhi perilaku etis individu. Pentingnya penelitian ini dilakukan
mengingat adanya beberapa kasus yang melibatkan kondisi dilema etis, hal tersebut
menunjukkan bahwa mereka belum memiliki keyakinan terkait kebijakan etis akan
meningkatkan perilaku etis karyawan dan manajer. Oleh karena itu pentingnya memahami
perilaku individu dalam sebuah organisasi.

4. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai teori utama dalam menjelaskan
hubungan antar variabel. Teori agensi menjelaskan bahwa seseorang akan berusaha untuk
mendapatkan kesejahteraan individu tanpa memperhatikan apa yang menjadi kepentingan
banyak pihak, hal ini dapat menyebabkan kurang pentingnya dimensi etis dipertimbangkan
dalam sebuah konflik antara diri sendiri dengan individu atau kelompok, akibatnya banyak
penyimpangan yang akan terjadi.

5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini terdiri dari:
a) H1 : Perbedaan gender mempengaruhi keputusan pada kondisi dilema etika
b) H1a : Wanita menunjukkan dilema etika lebih sering daripada pria.
c) H2 : Perbedaan usia mempengaruhi keputusan pada kondisi dilema etika.
d) H2a : Individu dengan usia yang lebih tua menunjukkan dilema etika lebih sering
daripada individu dengan usia yang lebih muda.
e) H3 : Tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan pada kondisi dilema etika.
f) H3a : Mahasiswa pascasarjana menunjukkan dilema etika lebih sering daripada
mahasiswa sarjana.

6. Metodologi Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari
Aluchna & Mikołajczyk, (2013) dan Eweje & Brunon, (2010). Mahasiswa S1 dan S2
jurusan akuntansi yang menempuh studi di universitas negeri yang ada di Yogyakarta
sebagai responden, mereka ditanyakan pendapatnya mengenai isu-isu etika yang di
jabarkan dalam 11 skenario yang berbeda-beda.
Secara garis besar responden diberikan pertanyaan mengenai apakah perilaku
yang dilakukan etis (ya/tidak), apakah responden akan melakukan hal yang sama
(ya/tidak), menurut responden apakah teman-teman dari responden akan melakukan
hal yang sama (ya/tidak), perilaku atas isu tersebut (baik/buruk). Jumlah responden
dalam penelitian ini adalah 106 mahasiswa dengan jumlah mahasiswa strata satu
sebanyak 87 dan sisanya merupakan mahasiswa strata dua. Alat uji yang digunakan yaitu
uji Chi-Square, karena data yang diolah adalah data nominal.

7. Hasil dan Kesimpulan Penelitian


Hasil dan kesimpulan penelitian ini yaitu sampel dalam penelitian ini meliputi 104
mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa wanita 54 (51,92% dari responden) dan
mahasiswa pria 50 (48,07% dari responden) yang mana kesemua sampel berasal dari
data yang diperoleh dari mahasiswa S1 dan S2. Usia responden juga dibagi menjadi
dua kategori yaitu usia 17-20 tahun dan usia 21-37 tahun. Pada kategori tingkat
pendidikan, peneliti mengambil sampel dengan menyamakan jumlah sampel untuk
jenjang pendidikan S1 dan S2 yang terdiri dari 17 mahasiswa untuk masing-masing
jenjang pendidikan, sehingga persentase sampel masing-masing adalah 50%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender menjadi faktor yang mempengaruhi
dilema etika. Wanita dianggap lebih beretika dibandingkan dengan pria. Hal yang
mendasari adalah karena wanita lebih sensitif dengan isu-isu yang menyangkut
dengan moral, sedangkan pria menunjukkan sikap yang lebih rasional dibanding
wanita.
Temuan lainnya adalah usia dan tingkat pendidikan bukan merupakan penentu
dilema. Praktisi muda membuat penilaian etis yang lebih baik daripada orang yang
lebih tua. Kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya. Demikian halnya
dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan tidak menjamin individu
memiliki penalaran moral yang baik. Di era modern saat ini, pengetahuan etis tidak
hanya diperoleh dari instansi pendidikan, tetapi dapat berasal dari pengalaman
individu.

8. Keterbatasan dan Pengembangan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini tidak
menguji keseluruhan demografis yang ada seperti suku, tingkat pendapatan, dan
sebagainya yang memiliki kemungkinan mempengaruhi dilema etika. Selain itu,
penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik untuk menjawab permasalahan
yang ada. Salah satu kekurangan statistik nonparametrik adalah kemampuan generalisasi
yang rendah.
Pengembangan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain
yang dinilai dapat menjadi faktor yang menyebabkan dilema dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, penggunaan metode eksperimen juga dapat digunakan untuk
menguji hubungan kausalitas. Metode eksperimen dapat mengurangi validitas eksternal
yang banyak muncul pada penelitian survei. Penelitian selanjutnya juga dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan jenis statistik parametrik dalam pengujian
hipotesis untuk menguatkan generalisasi hasil penelitian. Disamping itu, penelitian
selanjutnya juga dapat membandingkan persepsi mahasiswa dengan praktisi baik
pengajar atau dosen, manajer, akuntan, dan praktisi pada profesi lainnya. Selain itu,
penelitian selanjutnya juga dapat memperluas penelitian dengan meneliti dari persepsi
etika sampai pada tindakan yang dilakukan atau keputusan yang diambil.

Anda mungkin juga menyukai