Anda di halaman 1dari 9

BAB III

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDAAN

Tujuan instruksional umum (TIU)


Setelah mempelajari pokok bahasan ini , mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami disiplin dalam standar pelayanan kebidanan (SPK)
2. Memahami standar outcome pelayanan kebidanan
3. Memahami upaya-upaya meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan
Tujuan instruksional khusus (TIK)
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan disiplin dalam standar pelayanan kebidanan (SPK)
2. Menjelaskan standar outcome pelayanan kebidanan
3. Menjelaskan upaya-upaya meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan

A. Disiplin dalam standar pelayanan kebidanan (SPK)


1. Pengertian standar
Menurut Clinical Practice Guideline (1990), standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980), standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang
diinginkan dan mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983), standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang
harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
secara luas.
Standar pelayanan kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang
diinginkan untuk dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar
pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes, 2001).
2. Manfaat standar pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Melindungi kepentingan masyarakat.
c. Sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan
d. Untuk bahan yang menjadi landasan bidan dalam melaksanakan praktik dan bekerja
e. Sebagai dasar untuk menilai pelaksanaan pelayanan, menyusun rencana dan
pengembangan pendidikan.
3. Format standar pelayanan kebidanan
a. Tujuan merupakan tujuan standar
b. Pernyatan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan
penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
c. Hasi akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat
diatur.
d. Prasyarat yang diperlukan (misalnya alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan
dapat menerapkan standar.
e. Proses berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar.
B. Standar outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan professional terhadap
pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif dan
negative. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala tindakan tertentu atau prosedur
tertentu. Sedangkan outcome jangka panjang adalah kesehatan dan kemampuan fungsional
pasien.
1. Kepuasan pelanggan
Setiap pelayanan jasa akan berdampak pada kemauan dari pelanggan untuk mendatangi
tempat di mana pelayanan itu dilaksanakan. Apabila pelanggan merasa puas dari pelayanan
yang dia terima maka pasti mereka akan kembali untuk membeli produk yang ditawarkan.
Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Management” kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) adalah tingkat keadaan yang dirasakan seorang yang merupakan hasil
dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya
dengan harapan seseorang.
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan
harapan. Tingkat kepuasan antara lain:
a. Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan
b. Bila penampilan sebanding dengan harapan kepuasan pelanggan
c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas/senang.
Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa factor:
a. Pemahan pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini
aspek komunikasi memegang peranan penting.
b. Sikap peduli (empati) yang ditunjukkan oleh para petugas kesehatan, kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Factor ini akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan pasien.
c. Biaya (cost), besarnya biaya yang harus disediakan atau dibayarkan oleh pasien atas jasa
pelayanan kebidanan yang telah mereka dapatkan. Besarnya biaya akan dapat
mempengaruhi kemauan pasien untuk dating memeriksakan kesehatannya pada unit-unit
pelayanan kebidanan.
2. Ketepatan
Pelayanan kebidanan dilakukan dengan tepat dan cermat sesuai dengan keluhan yang
disampaikan oleh ibu hamil atau pasien sehingga hasil diagnose dapat disesuaikan dengan
tindakan-tindakan pelayanan yang benar dan pemberian pengobatan yang tepat.
Dalam memberikan pelayanan bidan harus bertindak sesuai kode etik yang dimilikinya dengan
selalu memberikan pelayanan tepat waktu, tepat sasaran dan tepat pemberian obat dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Menghargai kemauan dan permintaan pasien.
b. Melakukan tindakan dan pelayanan pasien yang benar.
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan pasien.
d. Memberikan pelayanan yang sama kepada pasien dengan adil.
e. Menjelaskan kepada pasien, mengenai tindakan yang dilakukan dengan informasi yang jelas
dan benar.
f. Menepati janji dengan tepat waktu sesuai yang telah disepakati dengan pasien
g. Menjaga kerahasiaan tentang tindakan pelayanan yang dilakukan
3. Efisiensi dan efektivitas
a. Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari suatu mutu karena
efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan
kesehatan pada umumnya terbatas.
b. Pelayanan yang efisiensi akan memberikan perhatian yang optimal daripada
memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas pelayanan kesehatan
akan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki.
C. Meningkatkan kinerja bidan
1. Pengertian kinerja kebidanan
Bidan yang merupakan tenaga fungsional pengelola pelayanan kebidanan yang bertindak
sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dituntut oleh organisasinya
untuk melaksanakan pelayanan kebidanan yang bermutu dengan kemampuan sesuai
pengetahuan yang dimilikinya. Bidan dalam tugasnya selalu harus meningkatkan kinerjanya
untuk memberikan pelayanan yang terarah, teratur sesuai standar operasional, sehingga
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Secara etimologi, kata kinerja berarti:
a. Suatu yang hendak dicapai
b. Prestasi yang diperlihatkan
c. Kemampuan kerja
Adapun pengertian kinerja kebidanan secara formal yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan individu, kelompok,
maupun organisasi. Kinerja kebidanan selalu merupakan tanda keberhasilan suatu
organisasi dan bidan-bidan yang melakukan pelayanan kebidanan.
b. Kinerja kebidanan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang tergantung kepada tujuan
masing-masing. Bidan melakukan pelayanan kebidanan misalnya untuk profit ataukah
untuk customer satisfaction dan juga tergantung bidan itu bekerja (misalnya organisasi
public, swasta, bisnis, social).
c. Kinerja kebidanan juga dapat diartikan sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat
dicapai seorang bidan, baik pada tempat praktik secara individu, maupun pada organisasi
dimana bidan tersebut bekerja dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-
batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuannya secara pribadi,
organisasi/perusahaan.
d. Jika kinerja kebidanan yang dihubungkan dengan tingkat produktifitas menunjukkan risiko
input dan output dalam organisasi. Kinerja bahkan dapat memberikan penekanan pada nilai
efisiensi yang dikaitkan dengan kualitas output yang dihasilkan oleh para bidan berdasarkan
beberapa standar yang telah ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan.
e. Jika kinerja kebidanan yang didasarkan atas prestasi kerja adalah suatu kegiatan pelayanan
kebidanan yang menghasilkan produk atau jasa yang memberikan kepuasan bagi
seseorang, sekelompok orang dan masyarakat.
Beberapa pengertian kinerja menurut para ahli sebagai berikut:
a. Berman (2008), mengartikan kinerja sebagai “pemanfaatan sumber daya secara efisien dan
efektif untuk mencapai hasil”.
b. Menurut Pollit dan Boukaert (2008) mengemukakan dalam praktik pengukuran kinerja
dikembangkan secara ekstensif mengandung maksud bahwa lebih banyak bidang kerja yang
diikutsertakan dalam pengukuran kinerja. Pengembangan kinerja secara intensif
dimaksudkan bahwa lebih banyak fungsi-fungsi manajemen yang diikutsertakan dalam
pengukuran kinerja, sedangkan pengembangan secara eksternal diartikan lebih banyak
pihak luar yang diperhitungkan dalam pengukuran kinerjanya.
c. Bernadin dan Russel (2008) mendefinisikan kinerja pada aspek yang ditekankan adalah
catatan tentang outcome atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau
aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja hanya
mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu
dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.
d. Swanson (Keban 2008), membagi kinerja atas 3 tingkatan yaitu:
1) Kinerja proses menggambarkan apakah suatu proses yang dirancang dalam organisasi
memungkinkan organisasi tersebut mencapai misinya.
2) Kinerja individu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan
kegiatan-kegiatan pokoknya, sehingga mencapai hasil sebagaimana ditetapkan oleh
institusi.
3) Kinerja organisasi berkenaan dengan sampai seberapa jauh suatu institusi telah
melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai misi atau visi organisasi.
Dengan demikian kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukkan seberapa jauh
tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan.
2. Penilaian kinerja bidan
Penilaian terhadap kinerja dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan bidan sebagai petugas
organisasi pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut dapat juga
dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja baik bagi bidan maupun untuk
organisasi.
Terdapat 3 konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bidan dalam pelayanan
kebidanan, yakni:
a. Responsivitas (Responsiveness): menggambarkan kemampuan bidan dalam menjalankan
misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian
responsivitas bersumber pada data pasien dan masyarakat. Data pasien dipakai untuk
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan pelayanan, sedangkan data masyarakat pengguna
jasa dipergunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat.
b. Responsibilitas (responsibility): pelaksanaan kegiatan pelayanan kebidanan dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi baik yang implisit atau eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari analisa
terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan dengan
mencocokkan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi dengan prosedur administrasi
dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.
c. Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi tunduk pada standar yang telah ditetapkan. Data akuntabilitas dapat diperoleh
dari berbagai sumber, seperti penilaian dari pasien.
Indicator penilaian kinerja pelayanan kebidanan sebagai berikut:
a. Prosedur pelayanan kebidanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan kebidanan yaitu persyaratan teknis dan administrative yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
c. Kejelasan petugas pelayanan kebidanan yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan kebidanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
d. Kedisiplinan petugas pelayanan kebidanan yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan kebidanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang
berlaku.
e. Tanggung jawab petugas pelayanan kebidanan yaitu kejelasan wewenang dan
tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan penyelesaian pelayanan kebidanan.
f. Kemampuan petugas pelayanan kebidanan yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan kebidanan kepada
masyarakat.
g. Kecepatan pelayanan kebidanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan kebidanan.
h. Keadilan mendapatkan pelayanan kebidanan yaitu pelaksanaan pelayanan kebidanan
dengan tidak membedakan golongan atau status masyarakat yang dilayani.
i. Kesopanan dan keramahan bidan yaitu sikap dan perilaku bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai
dan menghormati.
j. Kewajaran biaya pelayanan kebidanan yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan kebidanan.
k. Kepastian biaya pelayanan kebidanan yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang ditetapkan.
l. Kepastian jadwal pelayanan kebidanan yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
m. Kenyamanan lingkungan kebidanan yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapih dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima
pelayanan kebidanan.
n. Keamanan pelayanan kebidanan yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa
tenang untuk mendapatkan pelayanan kebidanan terhadap risiko-risiko yang diakibatkan
dari pelaksanan pelayanan kebidanan.
Berdasarkan uraian di atas penilaian kinerja pelayanan kebidanan dapat dilakukan secara
internal dan eksternal. Penilaian secara internal adalah mengetahui apakah proses pencapaian
tujuan sudah sesuai dengan rencana bila dilihat dari proses dan waktu, sedangkan penilaian
eksternal dilakukan dengan mengukur kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh bidan yang melaksanakan pelayanan. Bagi bidan kinerja yang efektif
berarti output tetap dipertahankan meskipun jumlah pekerjaannya sedikit, atau
produktifitasnya ditambah. Perlu ditekankan bahwa keefektifan kinerja seorang bidan
tergantung pada standar organisasi yang ditetapkan, apakah mempunyai kejelasan misi,
strategi dan tujuan.
Untuk melaksanakan pelayanan kebidanan, manajemen penilaian kinerja harus memberikan:
a. Suatu cara untuk mengkoordinasikan kerja agar tujuan dan sasaran organisasi, unit kerja,
dan para bidan dapat diarahkan pada titik yang sama.
b. Suatu cara untuk mengidentifikasikan masalah dalam proses-proses yang menghalangi
organisasi untuk menjadi lebih efektif
c. Suatu cara untuk mengidentifikasi masalah-masalah kinerja untuk membantu perusahaan
memenuhi standar pelayanan.
d. Informasi untuk membuat keputusan-keputusan promosi, strategi pengembangan bidan
dan pelatihan.
e. Informasi agar penanggungjawab dan penyedia dapat mencegah terjadinya masalah,
membantu para staf melakukan pekerjaan mereka secara lengkap dan menguasai
persoalan.
f. Suatu cara bagi penanggungjawab pelayanan kebidanan untuk kerjasama dengan para
bidan, dalam mengidentifikasi wilayah permasalahan, mendiagnosis penyebabnya, dan
mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
g. Suatu cara untuk mengkoordinir semua bidan yang bertanggungjawab pada seorang bidan
penanggungjawab pelayanan kebidanan.
h. Suatu metode untuk memberikan umpan balik secara berkala dan terus menerus kepada
para bidan, dengan cara mendukung motivasi mereka.
i. Suatu cara untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan, dengan memberikan
penjelasan tentang apa yang diharapkan dalam kerja, menanamkan pemahaman bersama
tentang apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan sendiri oleh bidan, serta menunjukkan
apa dan bagaimana kedudukan pekerjaan para bidan tersebut dalam gambaran yang
menyeluruh.
j. Suatu cara untuk merencanakan berbagai aktifitas pengembangan diri dan pelatihan
bidan.
Karakteristi-karakteristik penilaian kinerja bidan dengan mempertimbangkan karakteristik
sebagai berikut:
a. Kuantitas, jumlah pekerjaan yang dihasilkan atau dilakukan seperti nilai uang, jumlah
barang, atau jumlah kegiatan yang telah dikerjakan atau yang dapat dilaksanakan, hal ini
berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
b. Kualitas, adalah mutu yang dihasilkan. Mencermikan pengukuran tingkat “kepuasan” yakni
seberapa baik penyelesaiannya.
c. Ketepatan waktu, adalah sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran
ketepatan waktu merupakan jenis khusus penyelesaian suatu kegiatan.
d. Produktifitas, biasanaya dinyatakan sebagai hubungan antara input dan output fisik suatu
organisasi. Oleh karena itu, produktifitas merupakan hubungan antara jumlah output
dibandingkan dengan sumberdaya yang dikonsumsi dalam memproduksi output.
e. Cycle time, menunjukkan jumlah waktu yang diperlukan untuk maju dari satu titik ke titik
lain dalam proses. Pengukuran cycle time mengukur berapa lama sesuatu dilakukan.
f. Pemanfaatan sumberdaya, pemanfaatan sumberdaya merupakan pengukuran sumber
daya yang dipergunakan lawan sumberdaya tersedia untuk dipergunakan. Pemanfaatan
sumberdaya dapat diterapkan untuk mesin, computer, kendaraan dan bahkan orang.
g. Biaya, ukuran biaya terutama berguna apabila dilakukan kalkulasi dalam dasar per unit.
h. Kebutuhan akan pengawasan, bidan tanpa ragu-ragu untuk meminta bantuan atau
petunjuk dari bidan senior atau dokter untuk melaksanakan pekerjaan sehingga terhindar
dari kekeliruan yang berakibat buruk bagi dirinya dan organisasinya.
i. Hubungan antar pribadi, bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, harus menjalin
kerjasama antar bidan lain atau petugas kesehatan lainnya.
Bila seorang bidan yang bekerja tanpa ada rencana dan target yang harus dicapai maka
pelayanan kebidanan yang dilaksanakan tidak dapat dinilai dan diukur yang tentunya sulit
untuk memberikan penilaian kinerja kepada bidan tersebut.
Jadi disimpulkan bahwa kinerja bidan adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas dan
kuantitas yang dicapai bidan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya
sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Factor-faktor yang mempengaruhi kinerja bidan dalam suatu organisasi atau institusi
dipengaruhi oleh banyak factor, baik factor sesame bidan dan pegawai lain maupun factor
lingkungan, dikelompokkan menjadi 3 faktor utama yakni:
a. Variable individu bidan, yang terdiri dari pemahaman terhadap pekerjaannya, pengalaman
kerja, kemampuan dan keahlian, latar belakang keluarga, tingkat social ekonomi, dan
factor demografi (umur, jenis kelamin, etnis, dsb).
b. Variable organisasi dimana bidan bekerja, yang antara lain terdiri dari kepemimpinan,
desain pekerjaan, sumberdaya yang lain, struktur organisasi, penghargaan, supervise,
disain pekerjaan, dsb.
c. Variable psikologis, yang terdiri persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap pekerjaan,
motivasi melakukan pelayanan kebidanan, kepribadian bidan, dan pembelajaran
pelayanan kebidanan.
3. Kinerja klinis bidan
Pengembangan dan menejemen kinerja pada dasarnya sebuah proses dalam manaajemen
SDM. Implikasi dari kata “manajemen” berarti proses diawali dengan penetapan tujuan dan
berakhir dengan evaluasi. Kebidanan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada
pada tatanan pelayanan langsung pada asuhan pasien.
Secara garis besar ada 5 kegiatan utama pelayanan kebidanan yaitu:
a. Merumuskan tanggungjawab dan tugas yang harus dicapai seorang bidan dan disepakati
oleh atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan
sumbangan berupa hasil kerja yang terstruktur.
b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu
tertentu, termasuk penetapan standar prestasi dan tolok ukurnya.
c. Melakukan “monitoring”, koreksi, memfasilitasi serta memberi kesempatan untuk
perbaikan.
d. Menilai prestasi bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi actual dengan
standar yang telah ditetapkan.
e. Memberikan umpan balik kepada bidan yang dinilai berhubungan seluruh hasil penilaian.
Pada kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara
perbaikannya untuk meningkatkan prestasi berikutnya (Depkes RI, 2006).
4. Evaluasi kinerja klinis bidan
Evaluasi kinerja bidan merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjan bidan dan potensi
yang dapat dikembangkan. Evaluasi dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas
atau status dari beberapa obyek. Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara
sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.
Tujuan evaluasi kinerja klinis bidan adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
bidan melalui peningkatan pelayanan kebidanan pada berbagai kegiatan untuk memberikan
kepuasan kepada pasien.
Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja klinis bidan adalah:
a. Meningkatkan saling pengertian antara bidan dan karyawan lain tentang persyaratan
kinerja pelayanan kebidanan sesuai standar yang telah ditetapkan.
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang bidan dan karyawan lain sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang-kurangnya berprestasi sama
dengan prestasi yang terdahulu.
c. Memberikan peluang kepada bidan dan karyawan lain untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau pekerjaan yang diembannya
sekarang.
d. Mendefinisikan atau memutuskan kembali sasaran masa depan sehingga bidan dan
karyawan lain termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan
pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-
hal yang perlu diubah.
Kegunaan evaluasi prestasi kerja (kinerja) klinis bidan adalah:
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengembangkan
prestasi bidan, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
b. Untuk mengukur sejauh mana seorang bidan dapat menyelesaikan pekerjaannya.
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode
kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan.
e. Sebagai indicator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi bidan yang berada di
dalam organisasi.
f. Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan
bidan selanjutnya.
g. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan bidan
h. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan dan kompetensi bidan
dalam melaksanakan pelayanan.
i. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas pelayanan
kebidanan.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk meningkatkan kinerja seorang bidan diperlukan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan
sebagai berikut:
a. Bidan harus membuat program atau rencana peningkatan mutu pelayanan kebidanan
b. Bidan harus membuat program dan rencana untuk melakukan penilaian terhadap standar
asuhan kebidanan yang dilaksanakan.
c. Bidan harus membuat risalah rapat atau pertemuan sebagai hasil pengendalian mutu
asuhan dan pelayanan kebidanan.
d. Bidan harus membuat laporan hasil pelaksanaan pelayanan dan rencana tindak lanjut
e. Bidan harus membuat laporan hasil evaluasi yang dapat dipublikasikan secara teratur
kepada semua bidan yang terlibat dalam organisasi pelayanan kebidanan.

@@@@@@@@@@@@@

Anda mungkin juga menyukai