Anda di halaman 1dari 10

Mengklasifikasikan dan Mengobservasi

Objek di Sekitar Lingkungan

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Martina Indah Widyaningsih - 201434013

Christo Ray Arta Suprapta – 201434014

Nur Wahyu Lestari – 201434036

Alfrialtin Massarang Putri - 201434037


I. Tujuan

Agar kita sebagai mahasiswa mampu :


1. mengamati, meraba dan mendengar obyek di lingkungan sekitar dengan teliti
2. mendeskripsikan obyek yang telah diamati
3. menjelaskan perbedaan obyek di lingkungan sekitar ditinjau dari bentuk, halus/ kasar
dan bunyi/ suara yang dimunculkan
4. membandingkan ciri berbagai jenis daun tumbuhan yang tumbuh di lingkungan sekitar
5. mengelompokkan jenis daun yang diamati dengan beberapa macam dasar atau kriteria

II. Dasar Teori


Bila melihat tumbuhan, hal pertama yang diperhatikan adalah daun dan batangnya.
Setiap tumbuhan memiliki daun dan batang yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang
akan menjadi ciri suatu tumbuhan.
Batang merupakan organ tumbuhan yang amat penting. Dapat diibaratkan bahwa
batang bagaikan sumbu tubuh tumbuhan. Batang berfungsi untuk membentuk dan
menyangga daun. Batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, berbeda dari daun
yang mempunyai pertumbuhan terbatas dan akhirnya ditinggalkan. Namun, tidak
memungkiri bahwa daun pun penting untuk tumbuhan. Daun pada tumbuhan bagaikan
paru-paru bagi manusia. Tanpa daun, tumbuhan akan kesulitan dalam mengolah
makanannya.
Karena batang memiliki struktur yang cukup kompleks, dalam mengamati batang
suatu tumbuhan, ada beberapa hal penting yang menjadi fokus pengamatan, misalnya
bentuk, cabang-cabang, arah pertumbuhan, dan sebagainya (Rosanti, 2013). Berdasarkan
hal tersebut, salah satu cara membedakan tumbuhan dapat dilakukan melalui
struktur, bentuk, dan warna batangya. Sama halnya dengan batang, daun pun memiliki
struktur yang cukup kompleks. Oleh karena itu, daun dapat dibedakan berdasarkan bentuk,
struktur, dan warna daun.
Berdasarkan sedikit uraian di atas, ada kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu
kegiatan mengklasifikasikan dan mengobservasi terhadap bagian tubuh tumbuhan atau pun
objek lainnya.
III. Bahan/Objek dan Alat
Bahan/Objek
a. Tumbuhan
1. Daun : Pepaya, Ubi Kayu, Randu, Ubi Jalar, dan Sukun
2. Batang : Kelapa, Pinang, Bambu, Pepaya, dan Ubi Kayu
b. Hewan
Kerbau, Sapi, Kambing, Kuda, dan Babi
c. Suara Alam
Air mengalir, daun bergesekan karena angin, dan air hujan
Alat
a. Kamera, pulpen, dan kertas

IV. Prosedur
Prosedur Pengamatan
a. Kegiatan Mengamati dan Meraba
• Amati dengan teliti segala aspek terkait daun dan batang tumbuhan yang sudah
dipilih dan ditetapkan sebagai objek pengamatan dan observasi.
• Ambil foto atau gambar yang menunjukkan spesifikasi objek yang diamati.
• berdasarkan hasil pengamatan tersebut laporkan dalam bentuk tabel sehingga
mudah melihat perbandingan antara objek.
• Buatlah sebuah kesimpulan berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan
terhadap objek yang diamati.
b. Kegiatan Mendengar
• Rekam suara hewan dan bunyi yang ditimbulkan karena peristiwa alam dengan
ketentuan untuk suara hewan mengamati minimal 6 macam suara, sedangkan
untuk suara alam yang harus diamati ada 2, yaitu air mengalir/terjun/pancuran
dan daun bergesekan karena tertiup angin. Selain 2 suara alam tersebut, dapat
ditambah pula dengan suara alam lainnya yang dapat dijumpai saat
pengamatan.
• Deskripsikan masing-masing suara yang telah didengarkan.
• Laporkan hasil rekaman beserta deskripsinya.
Prosedur Klasifikasi :
• Amatilah dengan cermat semua daun dan batang menjadi obyek pengamatan pada
kegiatan 1 ini.
• Dari semua ciri daun dan batang tersebut ambillah 1 ciri sebagai dasar
pengelompokan.
• Catatlah ciri tersebut kemudian kelompokkan daun dan batang berdasarkan ciri itu.
Daun dan batang apa saja yang termasuk dalam masing-masing kelompok tersebut.
• Catatlah bagaimana hasil pengelompokannya.
• Ulangilah pengelompokan berdasarkan ciri yang lain dan catat lagi hasilnya
• Begitu seterusnya, usahakan sebanyak mungkin menggunakan dasar klasifikasi.
• Kesimpulan apa yang dapat anda tarik dari hasil pengelompokan tersebut.

V. Hasil
a. Dokumentasi
DAUN

Pepaya Ubi Kayu Randu Ubi Jalar Sukun Sirih


BATANG

Kelapa Pinang Bambu Pepaya Ubi Kayu

b. Data Verbal
DAUN
Dasar Pengelompokan Kelompok Anggota Kelompok
Menyirip Randu
Ubi Jalar
Bentuk daun Melengkung Sirih
Pepaya
Menjari Sukun
Ubi Kayu
Halus Randu
Sirih
Ubi Kayu
Struktur daun Kasar Pepaya
Sukun
Ubi Jalar
Hijau Muda Ubi Kayu
Sirih
Warna Sukun
Hijau Tua Pepaya
Hijau Kemerahan Ubi jalar
Kuning Randu
BATANG
Dasar Pengelompokan Kelompok Anggota Kelompok
Silindris Bambu
Kelapa
Bentuk Berbuku-buku Bambu
Pinang
Bulat Memanjang Kelapa
Pepaya
Struktur Halus Bambu
Kelapa
Pinang
Kasar Pepaya
Ubi Kayu
Berkambium ̶
Kelapa
Kambium Pinang
Tidak berkambium Bambu
Pepaya
Ubi Kayu
Hijau Bambu
Pinang
Warna Kecokelatan Kelapa
Pepaya
Keabu-abuan Ubi Kayu

Hewan Suara
Kerbau Berat dan keras
Sapi Nyaring dan keras
Kambing Berat dan parau
Kuda Sangat nyaring dan keras
Babi Nyaring dan keras
Kucing Nyaring dan halus

Alam Suara
Air mengalir Deras dan keras
Daun bergesekan karena angin Pelan
Air hujan Deras dan keras

VI. Analisis Data


Apabila diperhatikan dengan teliti, daun memiliki berbagai macam bentuk yang
berbeda-beda. Berdasarkan bentuk tulangnya, maka daun dapat dibedakan menjadi empat
macam. yaitu daun menjari, daun menyirip, daun sejajar, dan daun melengkung.
Berdasarkan pengamatan, kami mengelompokkan bentuk daun ke dalam 3
kelompok, yaitu bentuk daun menyirip, melengkung, dan menjari. Bentuk daun menyirip
hanya dimiliki oleh tumbuhan randu. Sesuai dengan namanya, maka daun menyirip
memiliki tulang daun yang menyirip menyerupai sirip ikan. Daun menyirip memiliki
susunan tulang daun yang tersusun rapi mulai dari tangkai hingga ujung dari helai daun.
Bentuk daun melengkung hanya dimiliki tumbuhan ubi jalar. Daun melengkung memiliki
tulang daun berbentuk seperti garis-garis melengkung dengan ujung-ujung tulang daun
yang terlihat menyatu. Lalu, bentuk daun menjari dimiliki oleh tumbuhan pepaya, sukun,
dan ubi kayu. Tumbuhan yang memiliki tulang daun menjari mempunyai bentuk daun
dengan satu tulang daun yang cukup besar dan berbentuk seperti jari-jari tangan manusia.
Selain dikelompokkan berdasarkan bentuknya, kami juga mengelompokkan daun
berdasarkan strukturnya, yaitu halus dan kasar. Daun dengan struktur halus dimiliki oleh
tumbuhan randu. Pada daun randu ketika diraba terasa seperti licin. Kemudian, daun
dengan tekstur kasar dimiliki oleh tumbuhan ubi kayu, pepaya, ubi jalar, dan sukun. Pada
daun ubi jalar ketika diraba terasa ada bulu-bulu kecil halus yang menutupi permukaan
daunnya
Pengelompokan daun yang terakhir, yaitu berdasarkan warnanya. Warna daun yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh zat hijau daun (klorofil) yang dihasilkan. Daun dengan
warna hijau muda dimiliki oleh tumbuhan ubi kayu dan sirih. Daun dengan warna hijau tua
dimiliki oleh tumbuhan sukun dan pepaya. Daun dengan warna hijau kemerahan dimiliki
oleh tumbuhan ubi jalar. Dan yang terakhir, yaitu daun dengan warna kuning dimiliki oleh
tumbuhan randu.
Selain pengelompokan daun, kami juga melakukan pengelompokan batang. Batang
dikelompokkan atas dasar bentuk yang terbagi lagi dalam beberapa kelompok, yaitu batang
dengan bentuk silindris, berbuku-buku, bulat lonjong, dan bulat memanjang. Bentuk
batang silindris dimiliki oleh tumbuhan bambu. Batang bambu yang berbentuk silindris
memiliki rongga di dalamnya. Batang bambu merupakan salah satu batang yang tumbuh
dengan cepat. Lalu, bentuk batang beruas-ruas dimiliki oleh tumbuhan kelapa, bambu, dan
pinang. Batang kelapa yang berbuku-buku tersebut lama kelamaan akan berkurang seiring
menuanya umur tumbuhan kelapa. Pada tumbuhan pinang. Batang akan semakin baik
apabila jarak ruas antar batang semakin dekat. Bentuk batang bulat memanjang dimiliki
oleh tumbuhan kelapa dan pepaya.
Pengelompokan batang yang kedua berdasarkan strukturnya, yaitu halus dan
kasarnya batang. Batang dengan struktur halus dimiliki oleh tumbuhan bambu karena pada
permukaan batang bambu terdapat bulu-bulu halus yang apabila terkena tangan
menyebabkan adanya sedikit rasa gatal, sedangkan batang dengan struktur kasar dimiliki
oleh tumbuhan kelapa, pinang, pepaya, dan ubi kayu. Tumbuhan- tumbuhan tersebut
ditutupi oleh kulit batang yang keras dan kasar, terutama pada tumbuhan kelapa yang pada
permukaan batangnya ditumbuhi serabut-serabut kasar.
Pengelompokan batang yang selanjutnya, yaitu berdasarkan kambiumnya. Seluruh
batang tumbuhan yang kami amati memiliki batang yang tidak berkambium. Walaupun
batang kelapa keras, tetapi tidak termasuk kepada tumbuhan yang berkambium (berkayu).
Pengelompokan batang yang terakhir, yaitu berdasarkan warnanya. Warna batang
yang dimiliki tumbuhan pasti berbeda-beda. Batang berwarna hijau dimiliki oleh tumbuhan
bambu dan pinang. Warna batang kecokelatan dimiliki oleh tumbuhan kelapa, sedangkan
batang dengan warna keabu-abuan dimiliki oleh tumbuhan pepaya dan ubi kayu.
Pengamatan yang dilakukan pada hewan berfokus kepada suara. Hewan memiliki
suara yang berbeda-beda layaknya manusia. Hewan yang menjadi objek pengamatan, yaitu
kerbau, sapi, kambing, kuda, babi, dan kucing. Kerbau memiliki suara yang keras dan
nyaring, sama halnya dengan sapi pun memiliki suara yang terdengar nyaring dan keras.
Suara kambing yang terdengar mengembik terdengar lebih berat dan parau dibandingkan
dengan kerbau dan sapi. Suara yang dikeluarkan oleh kuda terdengar keras dan lebih
nyaring daripada kerbau dan sapi. Babi mengeluarkan suara yang jauh sangat lebih nyaring
dan keras daripada kerbau, sapi, dan kuda. Suara babi terdengar lebih kacau dibandingkan
dengan suara hewan lainnya yang menjadi objek pengamatan, sedangkan kucing
mengeluarkan suara yang benar-benar berbeda dari hewan lainnya yang menjadi objek
pengamatan. Suara yang dikeluarkan oleh kucing terdengar nyaring, tetapi halus.
Objek pengamatan yang terakhir adalah suara alam. Suara alam yang diamati, yaitu
air mengalir, daun bergesekan karena angin, dan air hujan. Suara air mengalir terdengar
deras dan keras. Selain itu, suaranya terdengar tak beraturan. Suara daun yang bergesekan
karena angin terdengar pelan dan damai. Ketika ingin mendengarkannya pun harus benar-
benar tenang. Suara air hujan terdengar lebih keras daripada suara daun bergesekan dengan
angin. Suara air hujan pun lebih tidak beraturan dibandingkan dengan air mengalir.

VII. Kesimpulan
Dengan melakukan observasi berupa mengamati, meraba, dan mendengarkan objek
di sekitar dengan teliti, kita dapat menemukan perbedaan suatu objek yang satu dengan
yang lainnya. Kita mampu mendeskripsikan obyek tersebut dan mampu menemukan ciri
khas dari suatu objek, sehingga dapat membedakan satu objek dengan yang lainnya.
Dengan demikian, kita dapat mengelompokkan atau mengklarifikasikan suatu obyek di
sekitar kita.
Perbedaan yang mencolok dari suatu objek, yaitu bentuk dan teksturnya. Daun
memiliki bentuk dan tekstur yang berbeda-beda, yang menjadikan ciri dari setiap daun
yang dimiliki tumbuhan tertentu. Perbedaan bentuk daun yang menyirip dimiliki oleh
randu, daun melengkung dimiliki oleh ubi jalar dan sirih, daun menjari dimiliki oleh
pepaya, sukun, dan ubi kayu. Lalu, dari tekstur halus dimiliki oleh daun randu dan sirih,
sedangkan dengan tekstur kasar dimiliki oleh daun ubi kayu, pepaya, sukun, dan ubi jalar.
Dari segi suara hewan pun terdapat perbedaan dari bunyi yang dihasilkan. Suara kerbau,
sapi, kuda, dan babi terdengar nyaring dan keras. Ada pun suara kambing yang terdengar
lebih berat dan parau, sedangkan suara kucing terdengar nyaring, tetapi halus. Sapi dan
kerbau mengeluarkan bunyi yang sama, yaitu mooooo. Bunyi yang dikeluarkan oleh kuda,
yaitu hiiiikkkk. Bunyi yang dikeluarkan oleh babi terdengar ngok-ngok, sedangkan bunyi
yang dihasilkan kambing, yaitu mengembik. Dan suara kucing seperti pada kucing
biasanya, yaitu mengeong.
Dari segala perbedaan yang ada, baik tumbuhan dan hewan dapat dikelompokkan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Dengan adanya pengelompokan tersebut, dapat
diketahuilah ciri-ciri yang menjadi bahan pengklasifikasian suatu objek.

VIII. Pustaka Acuan


Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Sumilah, N. D. H., 2019. Karakterisasi Karakter Morfologi Daun dan Bunga Varietas
Lokal Ubi Jalar. Jurnal Plasma Nutfah, II(25), pp. 91-98.

Anda mungkin juga menyukai