BRONKIEKTASIS
Disusun oleh :
dr. Nastasha Mufti
Pembimbing :
dr. Fadhli Muhammad Kurnia, Sp.P
Pembimbing
1
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya, serta
menindaklanjuti sesudah pasien kembali dari rujukan. Oleh karena itu, perlu
pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan diagnosis cepat dan tepat
yang berhubungan dengan bronkiektasis untuk penatalaksanaan yang tepat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bronkiektasis merupakan suatu penyakit saluran napas yang bersifat
kronik dan permanen yang ditandai dengan pelebaran dan kerusakan pada bronkus
ireversibel yang mengarah kepada infeksi saluran napas berulang.1,2 Bronkiektasis
sering dimasukkan ke dalam golongan penyakit infeksi saluran napas dengan
diagnosis bronkiektasis terinfeksi.2 Pelebaran dari bronkus ini mengakibatkan
kemampuan untuk membersihkan debris dan sekret menjadi berkurang sehingga
kegagalan fungsi ini mengakibatkan bakteri dan partikel terkumpul sehingga lebih
banyak sekresi dan inflamasi yang semakin memperparah kerusakan jalan napas
dan pelabaran bronkus.4
3
mengakibatkan retensi sekresi. Pada akhrinya, retensi dari sekresi ini akan
menarik kuman-kuman untuk berkolonisasi dengan inflamasi yang kronik.5
● Pertusis
4
● Bakteri gram negatif (Pseudomonas aeruginosa,H. influenzae)
● Tuberkulosis
● Mikobakteri atipikal.5
b) Penyebab Kongenital
Penyebab kongenital paling umum untuk bronkiektasis non-CFA adalah
primary siliary dyskinesia (PCD). Penurunan dari gerakan siliari mengakibatkan
clearance sekresi yang berkurang, sehingga memicu peningkatan laju infeksi.
Bronkiektasis kongenital sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan
sinusitis. Apabila ketiga keadaan ini terjadi secara bersamaan, keadaan ini disebut
sebagai sidrom Kartagener dengan prevalensi1/20 000.5
5
2.3 Epidemiologi
Insiden bronkiektasis pada populasi umumnya tidak diketahui secara luas
karena gejala yang bervariasi dan diagnosis jarang ditegakkan.4,6 Pada zaman
sebelum dikenal antibiotik, insiden bronkiektasis hampir menyamai bahkan
melebihi kejadian tuberkulosis dan ditemukan pada 92% kasus bronkitis
kronik.4 Beberapa penelitian dari data rumah sakit dengan bronkiektasis
menunjukkan penurunan sejak 1950. Perubahan ini disebabkan sejak dikenalnya
antibiotik.6 Penggunanaan High Resolution Computed Tomography saat ini
membuat bronkiektasis dapat didiagnosis lebih awal. Hal ini juga mengakibatkan
terjadinya peningkatan prevalensi dari bronkienktasis.5
2.4 Diagnosis
Bronkiektasis kongenital sering asimtomatik dan baru terdeteksi saat
dewasa ketika terjadi infeksi sekunder. Penderita bronkiektasis paling sering
mengeluhkan batuk kronis, produksi sputum, dan letargi. Hemoptisis, nyeri dada,
penurunan berat badan, bronkospasme, dyspnea, dan gangguan kinerja fisik juga
sering ditemukan. Sputum pada penderita bronkiektasis terdiri dari lapisan atas
berbusa, lapisan tengah mukus dan liquid, dan lapisan dasar purulen yang
merupakan patognomonis, tapi hal ini tidak selalu terjadi. Beberapa pasien bebas
dari gejala dalam sehari-harinya dan klinis hanya mencolok saat eksaserbasi.5
6
Banyak pasien mengalami eksaserbasi, dengan rata-rata 1,5 per tahun.
Eksaserbasi didefinisikan sebagai adanya empat atau lebih gejala yang tercantum
dalam gambar 2.2. Hilangnya fungsi paru pada non perokok dengan Bronkiektasis
7
ciliary dyskinesia, primer defisiensi imun primer, Young syndrome, yellow nails
8
Gambar 2.3 Algoritma Diagnosis
a) Penatalaksanaan etiologi
Pengobatan penyakit yang mendasari bronkiektasis harus diberikan kapan
pun etiologinya diketahui, terutama pada pasien dengan defek produksi antibodi,
aspergillosis bronkopulmoner alergi, penyakit refluks gastroesofagus, pembatasan
aliran udara, infeksi oleh mycobacteria, defisiensi α1-antitripsin, Cystic
9
Tidak ada bukti yang mendukung pengobatan antibiotik kolonisasi awal
kecuali pada pasien fibrosis kistik dengan bronkiektasis, dimana patogen yang
10
Pengobatan alternatif lainnya adalah pemberian dua antibiotik intravena
selama 14 sampai 21 hari, diikuti dengan inhalasi antibiotik selama tiga sampai 12
bulan (Gambar 2.4). Meskipun tidak ada studi tentang etiologi lainnya, tetapi tetap
direkomendasikan pemberian Ciprofloxacin secara oral selama tiga minggu.3
11
BAB III
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun datang ke IGD RSUD Padang
Pariaman pada tanggal 25 September 2020 dengan keluhan utama batuk darah
yang semakin banyak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk darah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, lengket pada dahak.
Batuk darah semakin banyak sejak 1 hari ini, jumlah 1 gelas kecil,
berwarna merah terang. Riwayat batuk darah sebelumnya (+) sekitar 4
tahun yang lalu.
Batuk (+) sejak 2 minggu yang lalu, hilang timbul, berdahak, warna putih.
Demam (+) sejak 1 minggu yang lalu, hilang timbul, tidak tinggi, tidak
menggigil.
Badan terasa mudah letih sejak 3 hari yang lalu.
Sesak napas tidak ada.
Penurunan nafsu makan tidak ada.
Penurunan berat badan tidak ada
Keringat malam tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada.
BAB dan BAK tidak dikeluhkan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat minum OAT tahun 2016, selama 6 bulan, sampai selesai.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
12
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat minum OAT dalam keluarga (-)
Riwayat DM dalam keluarga (-)
Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum :
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Composmentis Cooperatif
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 88 x/menit
- Frekuensi nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,7 °C
Kepala : Normosefal, tidak ditemukan kelainan.
Leher
Abdomen : tidak membuncit, supel, hepar dan lien tidak teraba, bising
13
Trombosit : 266.000 /mm3
Hitung Jenis : 0/0/85/8/7
GDS : 115 g/dl
Kesan: Anemia ringan, leukositosis
TCM : MTB not detected
Rontgen Thorax
14
⁻ Vitamin C IV 3 x 1 dalam NaCl 0,9% 100 cc dalam 1 jam
⁻ Cetirizin PO 1 x 10 mg
FOLLOW UP
28 September 2020 (H-3)
S/ Batuk darah berkurang, lengket didahak
Demam (-)
Sesak napas (-)
O/ KU KES TD HR RR T
sdg sadar 138/80 68x/i 20x/i 36,8ºC
Thorax : simetris, suara napas bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
A/ Hemoptisis ec Bronkiektasis terinfeksi (perbaikan)
P/ Terapi lanjut
P/ Terapi lanjut
15
A/ Hemoptisis ec Bronkiektasis terinfeksi (perbaikan)
16
BAB IV
DISKUSI
17
Penatalaksanaan pada kasus ini diberikan infus RL 12 jam/ kolf sebagai
cairan rumatan. Pasien juga mendapat injeksi asam tranexamat untuk
menghentikan perdarahan. Hasil labor pasien juga menunjukkan anemia ringan,
sehingga proses perdarahan harus dihentikan. Terapi antibiotik yang diberikan
selama rawatan merupakan antibiotik broad spectrum untuk mengatasi infeksi
yang terjadi pada bronkiektasis..
18
DAFTAR PUSTAKA
19