http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes
Abstract
___________________________________________________________________
Every human being has a right to get an equal opportunity to improve their lives’ quality, for both normal people and
for those who have special needs. The aim of this research is to directly analyze the evaluation of physical sports and
health education learning process in Special Schools C in the City of Yogyakarta. This research used the evaluation
research method. The data were analyzed using Countenance Stake Model. The research show that: (1) Antecedents,
physical sports and health learning has already a good learning plan because the designed learning plan was designed
according the curricula which is adapted to students’ ability and needs, also to the condition of the school by conducting
an initial assessment beforehand. (2) Transaction is the implementation of learning activities which can be included in
sufficient category. The implementation of learning activities was done by modifying the learning implementation plan
and is, quite often, not in line with the designed learning plan. The teachers not using teaching devices/learning media,
the lack of teachers who modify the learning devices to meet the subject material and students’ characteristics, also
learning time allocation which doesn’t follow the learning schedule. (3) Outcomes is the learning assessment done by
teachers on physical sport and health learning result is categorized as sufficient because it has not historically depicted
the learning implementation plan and the current learning activities implementation. The conducted learning
assessment tends to be viewed from the observation during the learning process, and has not been done comprehensively
to score from input, process and outcomes/results, by combining the behavior, knowledge and creativity assessment in a
whole.
© 2017 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-648X
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4477
E-mail: herapjkr0907@gmail.com
148
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
149
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
150
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
evaluasi Countenance Stake. Model Stake ini penilaian kelengkapan administrasi guru
menekankan pada dua jenis operasi yaitu mengajar.
deskripsi (descriptions) dan pertimbangan
(judgments) serta membedakan tiga fase dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
evaluasi pembelajaran penjasorkes di SLB C
yaitu: (1) persiapan (antecedents) dalam Hasil penelitian untuk setiap tahapan
penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran; evaluasi disajikan pada matriks Countenance
(2) transaksi (transactions) adalah pelaksanaan Stake pada tabel yang meliputi intens, observasi,
kegiatan pembelajaran; dan (3) outcomes dari standar dan judgment untuk masing-masing 3
program ini yakni hasil belajar peserta didik komponen program yang dikelompokkan dalam
yang didapat dari proses penilaian tabel menurut antecedent, transaction, dan
pembelajaran. outcomes.
Matriks deskripsi berhubungan dengan Komponen yang dievaluasi pada
intens pembelajaran penjasorkes dan hasil antecendent ini adalah rencana pelaksanaan
observations dari pembelajaran ini di Sekolah pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru yang
Luar Biasa. Matriks judgment berhubungan mengajar penjasorkes pada 4 SLB C se-Kota
dengan standar atau kriteria dan judgement Yogyakarta, yaitu SLBN 1 Yogyakarta, SLBN 2
(pertimbangan) evaluator. Analisis data pada Yogyakarta, SLBN Pembina Yogyakarta, dan
matriks deskripsi dilakukan dengan SLB DRRP II Yogyakarta. Pada tabel 1,
memperhatikan kondisi objektif program rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat
tersebut kemudian dilakukan pengolahan data oleh guru penjasorkes terdapat kesesuaian
dengan dua konsep yaitu congruence dan antara intens dengan observasi, pada matriks
contingency. Contingency dipergunakan untuk deskripsi terhadap standar dan judgment dalam
menganalisis data secara vertikal, mencari matriks judgment. Sehingga hal ini
keterhubungan/keselarasan antara antecedent, membuktikan bahwa perencanaan
transaksi dan juga outcomes secara logika dan pembelajaran yang dibuat oleh guru penjasokes
empirik. Selain mencari kontigensi peneliti sebelumnya sudah melalui asesmen awal
kemudian memberikan pertimbangan (judgment) kepada tiap-tiap anak mengacu pada kurikulum,
mengenai congruence atau perbedaan yang terjadi materi disesuaikan dengan kemampuan dan
antara apa yang direncanakan dengan apa yang kebutuhan siswa, serta kondisi sekolah.
terjadi di lapangan. Berdasarkan tabel 1, rencana pelaksanaan
Penelitian ini memiliki tujuan utama pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas yang
untuk menggambarkan suatu keadaan tentang mengajar penjasorkes, kesesuaian intens dengan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani observasi pada matriks deskripsi ditemukan
olahraga dan kesehatan di SLB C se-Kota belum adanya kesesuaian antara ketersediaan
Yogyakarta, berfokus pada perencanaan RPP yang dibuat oleh guru kelas dengan Standar
pembelajaran, pelaksanaan kegiatan Proses Pendidikan Khusus. Diketahui bahwa
pembelajaran dan penilaian pembelajaran. ada guru kelas yang sama sekali tidak membuat
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dan tidak mempunyai perangkat pembelajaran,
menggunakan teknik wawancara, pengamatan ada juga guru kelas yang membuat silabus tetapi
dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini tidak membuat RPP penjasorkes, jadi guru
bersumber pada wawancara terhadap kepala langsung mengaplikasikan dalam pelaksanaan
sekolah, guru penjasorkes dan guru kelas yang pembelajaran. Guru kelas yang mengajar
mengajar penjasorkes. Peneliti merekam dan penjasorkes membuat perencanaan
mengamati proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran berpedoman pada kurikulum dan
pembelajaran penjasorkes di sekolah. dibuat dikaitkan dengan mata pelajaran yang
Dokumentasi digunakan untuk melakukan lain (tematik). Ada juga guru kelas yang hanya
copy paste atau mengambil dari perencanaan
151
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
yang sudah ada dari guru lain. Sumber belajar RPP disesuaikan dengan kemampuan dan
didapat guru dari buku yang diberikan kebutuhan siswa luar biasa tunagrahita,
pemerintah, buku yang ada diperpustakaan, disesuaikan dengan tingkatan jenjang kelas.
buku penjasorkes SD umum, buku penjasorkes
SLB, dan dari internet, tentu saja materi yang di
152
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
berkesesuaian dengan pendekatan yang ada, memberikan umpan balik, tidak melakukan
sehingga pembelajaran yang dirancang tidak pendinginan dan tidak menyampaikan tindak
dapat membuat peserta didik aktif saat lanjut pembelajaran selanjutnya. Penggunaan
mengikuti pembelajaran. waktu pembelajaran yang tidak sesuai dengan
Setiap guru pada satuan pendidikan yang dijadwalkan.
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap Guru kelas yang mengajar penjasorkes
dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan dengan tidak berlatar belakang pendidikan
pembelajaran berlangsung secara efektif, jasmani/olahraga dalam pemberian materi
menyenangkan, inspiratif, menantang dan pembelajaran dilakukan secara bersamaan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dengan kelas lain dengan jenjang kelas yang
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan berbeda, materi yang diberikan cenderung
fisik serta psikologis peserta didik. monoton pada setiap pertemuannya, dan kurang
Transaction adalah pelaksanaan kegiatan menarik antusias siswa.
pembelajaraan penjasorkes dilaksanakan sesuai Terkait dengan proses pelaksanaan
dengan RPP yang sudah ditetapkan. Tahap ini kegiatan pembelajaran penjasorkes di sekolah
merupakan tahap implementasi dari desain luar biasa, tentu saja tidak semua dapat sesuai
perencanaan yang dibuat oleh guru pada 4 SLB dengan yang direncanakan dan diharapkan oleh
C se-Kota Yogyakarta, yaitu SLBN 1 guru. Pada pelaksanaan pembelajaran ada yang
Yogyakarta, SLBN 2 Yogyakarta, SLBN dilakukan secara bersamaan dengan tingkat
Pembina Yogyakarta, dan SLB DRRP II kelas yang berbeda. Karena kelasnya digabung-
Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan gabung maka jumlah peserta didik menjadi lebih
pembelajaran ada tiga tahapan prosedur yang banyak dari jumlah yang ditetapkan dalam
perlu ditempuh yaitu pendahuluan, inti Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 (2008),
pembelajaran dan akhir pembelajaran. akhirnya pembelajaran menjadi kurang efektif
Tabel 2, menjelaskan bahwa ketepatan dan guru juga belum optimal dalam
ketercapaian pelaksanaan kegiatan penyampaian materi.
pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan Pembelajaran penjasorkes untuk anak-
oleh guru penjasorkes dan guru kelas yang anak tunagrahita, materi yang disampaikan
mengajar penjasorkes, ditemukan belum adanya lebih disederhanakan dalam tahapan
kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran gerakannya, hal ini dilakukan baik oleh guru
yang ada di sekolah dengan standar proses penjasorkes maupun guru kelas yang mengajar
pendidikan khusus tunagrahita dan dengan penjasorkes, sebab anak-anak tunagrahita
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mempunyai kelambanan dalam merangsang
oleh guru. respon gerak. Bahkan untuk materi yang sudah
Pada kegiatan pendahuluan, guru tidak disederhanakan saja masih ada beberapa siswa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang yang kesulitan untuk melaksanakan gerakan
mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya yang dicontohkan atau diperintahkan oleh guru.
dengan materi yang dipelajari. Pada kegiatan Jadi, untuk melakukan gerakan masih harus
inti pembelajaran, materi yang diberikan kurang dibantu oleh gurunya, pengulangan dalam satu
menarik antusias siswa dan tak jarang materi tahapan gerak juga dilakukan untuk
disampaikan secara spontanitas. Bahasa yang membiasakan anak melakukan suatu gerakan.
digunakan sederhana dan mudah untuk Sarana dan prasarana yang ada di sekolah
dimengerti oleh siswa. Guru sangat minim merupakan salah satu faktor utama pendukung
menggunakan alat peraga/media pembelajaran, berlangsungnya kegiatan pelaksanaan
guru tidak memodifikasi alat untuk pembelajaran di sekolah. Kurangnya modifikasi
mempermudah proses pembelajaran, model-model pembelajaran yang dilakukan oleh
kecenderungan hanya menggunakan alat yang guru kelas dan belum memaksimalkan sarana
ada. Pada kegiatan penutup, guru tidak dan prasarana pembelajaran yang ada.
153
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
Minimnya pendanaan yang dimiliki sesuai dengan yang diharapkan. Peran guru wali
sekolah menjadi penghambat yang sangat berarti kelas sangat diperlukan untuk membantu guru
bagi guru untuk mengembangkan proses belajar penjasorkes ketika pengawasan dan
154
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
mengkondisikan siswa saat mengikuti dicapai secara optimal sehingga dapat dijadikan
pelaksanaan pembelajaran penjasorkes sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan
(Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2013). dalam kehidupan sehari-hari (R. Andi Ahmad
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang Gunadi, 2014).
dilakukan harus bisa lebih banyak melibatkan Komponen yang dievaluasi pada outcomes
aktivitas siswa agar pembelajaran dapat berjalan ini adalah bentuk penilaian yang dilakukan oleh
dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan guru terhadap hasil pembelajaran penjasorkes
menyenangkan (PAIKEM) yaitu memungkinkan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
siswa dapat mengembangkan kemampuan yang peserta didik dan digunakan sebagai bahan
dimiliki, mampu memberikan pengalaman baru penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
untuk membentuk kompetensi siswa, serta memperbaiki proses pembelajaran.
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
Tabel 3 menjelaskan tercapainya penilaian tes dan nontes dan bentuk tertulis atau lisan,
pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian
oleh guru belum sepenuhnya menggambarkan hasil karya berupa tugas, proyek dan hasil
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan produk, portofolio dan penilaian diri.
kegiatan pembelajaran yang ada. Penilaian Administrasi penilaian pembelajaran harus
pembelajaran dilakukan melalui pengamatan dilengkapi dan didokumentasikan oleh guru,
saat proses pembelajaran, buku perkembangan antara lain daftar nilai harian, kisi-kisi soal,
siswa dan portofolio yang hanya dibuat oleh soal/bank soal, dan sebagainya (Dedy
beberapa guru, serta penilaian pada rapor. Hal ini Kustawan, 2013).
berarti masih kurangnya kesesuaian antara Penilaian pembelajaran dilakukan secara
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan komprehensif (menyeluruh) untuk menilai dari
kesiapan guru mengajar, kesiapan siswa dan masukan, proses dan keluaran/hasil, dengan
kesiapan sarana prasarana yang ada. memadukan penilaian sikap, pengetahuan, dan
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap keterampilan secara utuh. Sebagai seorang guru
hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat perlu menganalisis hasil penilaian untuk
pencapaian kompetensi anak berkebutuhan mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta
khusus, serta digunakan sebagai bahan didik dan digunakan sebagai bahan penyusunan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki
memperbaiki pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran.
pembelajaran dilakukan secara konsisten,
sistematik, dan terprogram dengan menggunakan
155
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156
156