Anda di halaman 1dari 9

JPES 6 (2) (2017)

Journal of Physical Education and Sports

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


di SLB C Se-Kota Yogyakarta

Hera Yuniartik , Taufiq Hidayah & Nasuka

Prodi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel Setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik yang
Diterima: normal ataupun yang berkebutuhan khusus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara langsung
Januari 2017 mengenai evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SLB C se-Kota
Disetujui: Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian evaluasi. Data dianalisis menggunakan
Februari 2017 Countenance Stake Model. Hasil penelitian: (1) Antecedents, pembelajaran penjasorkes memiliki perencanaan
Dipublikasikan: pembelajaran yang baik, karena perencanaan pembelajaran dibuat mengacu pada kurikulum disesuaikan
Agustus 2017 dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, serta kondisi sekolah, dengan melakukan penilaian awal
terlebih dahulu. (2) Transaction merupakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang masuk kategori
________________ cukup. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara memodifikasi RPP dan tak jarang tidak
Keywords: sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang sudah dibuat. Guru tidak menggunakan alat peraga/media
countenance stake, pembelajaran, minimnya guru yang memodifikasi alat pembelajaran agar sesuai dengan materi dan
mentally disabled, karakteristik siswa, serta pengalokasian waktu pembelajaran dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal
special school pembelajaran. (3) Outcomes adalah penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap hasil
____________________ pembelajaran penjasorkes masuk dalam kategori cukup, karena belum sepenuhnya menggambarkan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ada. Penilaian
pembelajaran yang dilakukan cenderung dilihat dari pengamatan saat proses pembelajaran, belum
dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan, proses dan keluaran/hasil, dengan
memadukan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh.

Abstract
___________________________________________________________________
Every human being has a right to get an equal opportunity to improve their lives’ quality, for both normal people and
for those who have special needs. The aim of this research is to directly analyze the evaluation of physical sports and
health education learning process in Special Schools C in the City of Yogyakarta. This research used the evaluation
research method. The data were analyzed using Countenance Stake Model. The research show that: (1) Antecedents,
physical sports and health learning has already a good learning plan because the designed learning plan was designed
according the curricula which is adapted to students’ ability and needs, also to the condition of the school by conducting
an initial assessment beforehand. (2) Transaction is the implementation of learning activities which can be included in
sufficient category. The implementation of learning activities was done by modifying the learning implementation plan
and is, quite often, not in line with the designed learning plan. The teachers not using teaching devices/learning media,
the lack of teachers who modify the learning devices to meet the subject material and students’ characteristics, also
learning time allocation which doesn’t follow the learning schedule. (3) Outcomes is the learning assessment done by
teachers on physical sport and health learning result is categorized as sufficient because it has not historically depicted
the learning implementation plan and the current learning activities implementation. The conducted learning
assessment tends to be viewed from the observation during the learning process, and has not been done comprehensively
to score from input, process and outcomes/results, by combining the behavior, knowledge and creativity assessment in a
whole.
© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-648X
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4477
E-mail: herapjkr0907@gmail.com

148
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

PENDAHULUAN Arifin, 2014). Evaluasi adalah suatu proses


bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu,
oleh karena itu pendidikan kurang lengkap baik yang menyangkut tentang nilai atau arti,
tanpa adanya Pendidikan Jasmani, Olahraga sedangkan kegiatan untuk sampai pada
dan Kesehatan. Pendidikan jasmani sebagai pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Kota Yogyakarta memiliki 5 (lima)
sekolah dan memiliki peranan yang penting Sekolah Luar Biasa yang memberi layanan
terhadap perkembangan perilaku peserta didik pendidikan anak berkebutuhan khusus,
untuk mendekati kesempurnaan hidup, seperti khususnya anak-anak yang mempunyai
yang dijelaskan oleh Helmy Firmansyah (2009), kelainan pada kepribadian mental (tunagrahita),
pendidikan jasmani merupakan wahana yang yaitu SLBN 1 Yogyakarta, SLBN 2 Yogyakarta,
mampu mendidik manusia untuk mendekati SLBN Pembina Yogyakarta, SLB C Dharma
kesempurnaan hidup yang secara alamiah dapat Rena Ring Putra II Yogyakarta, dan SLB BIAS
memberikan kontribusi nyata terhadap Yogyakarta. Dari observasi awal yang
kehidupan sehari-hari. Pendidikan jasmani dilakukan, peneliti menemukan berbagai
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan kendala yang dihadapi oleh guru yang mengajar
dari pendidikan secara keseluruhan yang pendidikan jasmani di SLB C se-Kota
mengutamakan aktivitas jasmani dalam Yogyakarta dalam pembelajaran pendidikan
kebiasaan hidup sehari-hari yang membantu jasmani olahraga dan kesehatan sebagai berikut:
dalam perkembangan dan pertumbuhan seluruh di SLBN 1 Yogyakarta, pelaksanaan
aspek siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, pembelajaran penjasorkes yang dilakukan
psikomotorik dan kesegaran jasmani siswa bersamaan dengan pemberian materi yang
(fisik). sama. Menurut hasil wawancara dengan salah
Setiap manusia berhak mendapatkan satu guru Penjasorkes, bahwa pembuatan
kesempatan untuk meningkatkan kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran hanya
hidupnya, baik manusia yang normal ataupun sebagai syarat kelengkapan administrasi, bukan
yang berkebutuhan khusus. Menurut Yani sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan
Meimulyani (2013), anak berkebutuhan khusus yang dibuat oleh guru sebelum suatu tindakan,
adalah anak yang mengalami kelainan program dan kegiatan pembelajaran
sedemikian rupa baik fisik, mental dan sosial dilaksanakan.
maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, Di SLBN 2 Yogyakarta, peneliti
sehingga untuk mencapai potensi yang optimal menemukan pelaksanaan pembelajaran
ia memerlukan pendidikan khusus untuk penjasorkes berlangsung 3 (tiga) kali dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan anak seminggu, yaitu setiap hari Selasa, Rabu dan
berkebutuhan khusus. Kamis. Pada hari Selasa, proses pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan penjasorkes diberikan kepada siswa jenjang
jasmani di sekolah pada anak berkebutuhan Sekolah Dasar tunagrahita sedang dari kelas 2
khusus harus disesuaikan dengan kemampuan sampai kelas 6 oleh wali kelas masing-masing
masing-masing anak dan pelaksanaan dalam waktu dan tempat yang sama. Pada hari
pembelajaran pendidikan jasmani yang Rabu guru penjasorkes mengajar kelas 8 dan 9
diberikan harus sistematik, sesuai dengan SMPLB, kelas 5A dan 5B SDLB tunagrahita
karakteristik anak dan dikelola melalui ringan, pada hari Kamis mengajar kelas 10/11
pengembangan jasmani secara efektif dan efisien SMALB untuk tunagrahita ringan. Untuk kelas
menuju pembentukan manusia seutuhnya. yang lain disampaikan oleh wali kelas masing-
Evaluasi adalah suatu proses untuk masing. Adanya keterbatasan sarana prasarana
menggambarkan peserta didik dan yang ada di sekolah dalam proses pembelajaran
menimbangnya dari segi nilai dan arti (Zainal

149
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

menjadikan keterbatasan dalam pelaksanaan model evaluasi Countenance Stake. Model


pembelajaran. Countenance Stake terdiri atas dua matriks.
Di SLBN Pembina Yogyakarta Matriks yang pertama dinamakan matriks
pelaksanaan pembelajaran penjasorkes untuk deskripsi dan yang kedua matriks pertimbangan.
jenjang SMPLB dan SMALB dilaksanakan Matriks pertimbangan baru dapat dikerjakan
secara bersamaan sesuai dengan rombongan oleh evaluator setelah matriks deskripsi
belajar (rombel) yang dipilih siswa. Pada hari dikerjakan. Evaluasi model Stake memberikan
Senin guru penjasorkes memberikan materi deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya
yang sama antara kelas TKLB, SDLB kelas 2, 3, mengenai pembelajaran penjasorkes di Sekolah
4, dan 5 (Tuna Grahita Ringan). Di SLB C Luar Biasa yang dilakukan oleh guru. Dalam
Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta model ini Stake sangat menekankan peran
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani evaluator dalam mengembangkan tujuan
olahraga dan kesehatan hanya berlangsung 4 pembelajaran penjasorkes menjadi tujuan
(empat) kali dalam seminggu, yaitu setiap hari khusus dan terukur. Model Stake akan dapat
Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at. Pelaksanaan memberikan gambaran pelaksanaan
pembelajaran penjasorkes pun disampaikan oleh pembelajaran secara mendalam dan mendetail.
wali kelas masing-masing secara bersamaan Oleh karena itu persepsi orang-orang yang
dengan latar belakang non pendidikan jasmani terlibat dalam sistem pendidikan seperti perilaku
dan olahraga, dan dengan pemberian materi guru, peran kepala sekolah, perilaku siswa dan
yang sama dengan jenjang kelas yang berbeda. situasi proses belajar mengajar di sekolah adalah
Pada hari Selasa guru memberikan materi yang kenyataaan yang harus diperhatikan.
sama antara SDLB kelas 2A, 2B dan 3, dan hari Berdasarkan observasi awal di atas
Jum’at SMPLB kelas 7,8,9, serta SMALB kelas dipahami bahwa peran dan tanggung jawab
10,11 dan 12. seorang guru baik itu guru pendidikan jasmani
Data tersebut menunjukkan bahwa maupun guru yang memberikan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pendidikan jasmani tidaklah ringan, untuk
olahraga dan kesehatan telah dilaksanakan berbagai macam permasalahan yang ada harus
secara bersamaan pada hari-hari tertentu. Hal dicari jalan keluar agar proses belajar mengajar
ini dikarenakan prasarana untuk kegiatan menghasilkan tujuan yang sesuai dengan yang
pembelajaran sangat terbatas, tidak semua diharapkan. Evaluasi pembelajaran pendidikan
Sekolah Luar Biasa memiliki tempat/lapangan jasmani, olahraga dan kesehatan di SLB C untuk
untuk aktivitas jasmani yang memadai. Masih anak tunagrahita se-Kota Yogyakarta, baik dari
kurangnya jumlah tenaga pengajar untuk segi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
beberapa sekolah yang mampu untuk kegiatan pembelajaran dan penilaian
melaksanakan pembelajaran di Sekolah Luar pembelajaran.
Biasa khususnya dalam pembelajaran Penelitian ini bertujuan untuk
penjasorkes. Di dalam kurikulum untuk setiap (1) Menganalisis proses perencanaan
tingkatan kelas memiliki Standar Kompetensi pembelajaran penjasorkses di SLB C se-Kota
atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Yogyakarta, (2) Menganalisis proses
yang berbeda tetapi pada kenyataan di lapangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjasorkes
pelaksanaan penjasorkes dilakukan bersamaan di SLB C se-Kota Yogyakarta, dan
dalam satu kali kegiatan pembelajaran dan dari (3) Menganalisis bentuk penilaian pembelajaran
perbedaan tingkatan kelas mendapatkan materi penjasorkes di SLB C se-Kota Yogyakarta.
pembelajaran yang sama, padahal dari setiap
tingkatan tersebut memiliki kemampuan yang METODE
berbeda-beda.
Mengacu pada hal ini maka model Penelitian ini menggunakan metode
evaluasi yang tepat dalam penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan menggunakan model

150
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

evaluasi Countenance Stake. Model Stake ini penilaian kelengkapan administrasi guru
menekankan pada dua jenis operasi yaitu mengajar.
deskripsi (descriptions) dan pertimbangan
(judgments) serta membedakan tiga fase dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
evaluasi pembelajaran penjasorkes di SLB C
yaitu: (1) persiapan (antecedents) dalam Hasil penelitian untuk setiap tahapan
penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran; evaluasi disajikan pada matriks Countenance
(2) transaksi (transactions) adalah pelaksanaan Stake pada tabel yang meliputi intens, observasi,
kegiatan pembelajaran; dan (3) outcomes dari standar dan judgment untuk masing-masing 3
program ini yakni hasil belajar peserta didik komponen program yang dikelompokkan dalam
yang didapat dari proses penilaian tabel menurut antecedent, transaction, dan
pembelajaran. outcomes.
Matriks deskripsi berhubungan dengan Komponen yang dievaluasi pada
intens pembelajaran penjasorkes dan hasil antecendent ini adalah rencana pelaksanaan
observations dari pembelajaran ini di Sekolah pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru yang
Luar Biasa. Matriks judgment berhubungan mengajar penjasorkes pada 4 SLB C se-Kota
dengan standar atau kriteria dan judgement Yogyakarta, yaitu SLBN 1 Yogyakarta, SLBN 2
(pertimbangan) evaluator. Analisis data pada Yogyakarta, SLBN Pembina Yogyakarta, dan
matriks deskripsi dilakukan dengan SLB DRRP II Yogyakarta. Pada tabel 1,
memperhatikan kondisi objektif program rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat
tersebut kemudian dilakukan pengolahan data oleh guru penjasorkes terdapat kesesuaian
dengan dua konsep yaitu congruence dan antara intens dengan observasi, pada matriks
contingency. Contingency dipergunakan untuk deskripsi terhadap standar dan judgment dalam
menganalisis data secara vertikal, mencari matriks judgment. Sehingga hal ini
keterhubungan/keselarasan antara antecedent, membuktikan bahwa perencanaan
transaksi dan juga outcomes secara logika dan pembelajaran yang dibuat oleh guru penjasokes
empirik. Selain mencari kontigensi peneliti sebelumnya sudah melalui asesmen awal
kemudian memberikan pertimbangan (judgment) kepada tiap-tiap anak mengacu pada kurikulum,
mengenai congruence atau perbedaan yang terjadi materi disesuaikan dengan kemampuan dan
antara apa yang direncanakan dengan apa yang kebutuhan siswa, serta kondisi sekolah.
terjadi di lapangan. Berdasarkan tabel 1, rencana pelaksanaan
Penelitian ini memiliki tujuan utama pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas yang
untuk menggambarkan suatu keadaan tentang mengajar penjasorkes, kesesuaian intens dengan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani observasi pada matriks deskripsi ditemukan
olahraga dan kesehatan di SLB C se-Kota belum adanya kesesuaian antara ketersediaan
Yogyakarta, berfokus pada perencanaan RPP yang dibuat oleh guru kelas dengan Standar
pembelajaran, pelaksanaan kegiatan Proses Pendidikan Khusus. Diketahui bahwa
pembelajaran dan penilaian pembelajaran. ada guru kelas yang sama sekali tidak membuat
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dan tidak mempunyai perangkat pembelajaran,
menggunakan teknik wawancara, pengamatan ada juga guru kelas yang membuat silabus tetapi
dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini tidak membuat RPP penjasorkes, jadi guru
bersumber pada wawancara terhadap kepala langsung mengaplikasikan dalam pelaksanaan
sekolah, guru penjasorkes dan guru kelas yang pembelajaran. Guru kelas yang mengajar
mengajar penjasorkes. Peneliti merekam dan penjasorkes membuat perencanaan
mengamati proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran berpedoman pada kurikulum dan
pembelajaran penjasorkes di sekolah. dibuat dikaitkan dengan mata pelajaran yang
Dokumentasi digunakan untuk melakukan lain (tematik). Ada juga guru kelas yang hanya
copy paste atau mengambil dari perencanaan

151
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

yang sudah ada dari guru lain. Sumber belajar RPP disesuaikan dengan kemampuan dan
didapat guru dari buku yang diberikan kebutuhan siswa luar biasa tunagrahita,
pemerintah, buku yang ada diperpustakaan, disesuaikan dengan tingkatan jenjang kelas.
buku penjasorkes SD umum, buku penjasorkes
SLB, dan dari internet, tentu saja materi yang di

Tabel 1. Countenance Matrix Komponen Antecedent


Description Matrix Judgment Matrix
Intens Observasi Standar Judgment
Setiap guru harus Ketepatan Komponen RPP berdasarkan Rencana pelaksanaan
mempunyai dan ketercapaian RPP Standar Proses Pendidikan pembelajaran
membuat yang dibuat guru Khusus meliputi: (1) identitas penjasorkes yang dibuat
perangkat penjasorkes bahwa mata pelajaran/tema pelajaran; oleh guru penjasorkes
pembelajaran, semua guru (2) standar kompetensi; dan guru kelas harus
salah satunya penjasorkes sudah (3) kompetensi dasar; mengacu pada
rencana merencanakan (4) indikator pencapaian kurikulum, disesuaikan
pelaksanaan pembelajaran. kompetensi; (5) tujuan dengan kebutuhan dan
pembelajaran. pembelajaran; (6) materi ajar kemampuan siswa,
memuat fakta, konsep, prinsip, serta disesuaikan
dan prosedur yang relevan; dengan kondisi sekolah
(7) alokasi waktu ditentukan dan dengan tujuan
sesuai dengan keperluan untuk tertentu.
pencapaian KD dan beban
Ketepatan belajar; (8) metode pembelajaran Guru kelas yang
ketercapaian RPP digunakan oleh guru untuk mengajar penjasorkes
yang dibuat guru mewujudkan suasana belajar harus mendapat
kelas yang dan proses pembelajaran sesuai pelatihan khusus dalam
memberikan dengan karakteristik siswa; pembuatan RPP
pembelajaran (9) kegiatan pembelajaran Penjasorkes.
penjasorkes sebanyak meliputi pendahuluan, inti dan
11 dari 21 guru kelas penutup; (10) penilaian hasil
tidak membuat atau belajar, prosedur dan instrument
merencanakan penilaian proses dan hasil belajar
pelaksanaan disesuaikan dengan indikator
pembelajaran. pencapaian kompetensi dan
mengacu kepada Standar
Penilaian; (11) sumber belajar
dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar,
peralatan dan sumber belajar
lain yang relevan.

Merencanakan pembelajaran yang efektif olahraga/ilmu keolahragaan/kepelatihan


bagi anak berkebutuhan khusus merupakan olahraga, melainkan dari bidang Pendidikan
sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh Luar Biasa, Pendidikan Bahasa dan Sastra, Seni,
seorang guru. Beberapa faktor yang Ekonomi, Keterampilan dan Sekolah
mempengaruhi ketidaksesuaian rencana Pendidikan Guru (setaraf SMA) sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh merencanakan pembelajaran penjasorkes
guru kelas dikarenakan latar belakang tidak/kurang paham dan mengalami kesulitan.
pendidikan guru kelas. Mereka tidak memiliki Hal ini yang menyebabkan guru kurang kreatif
kualifikasi dalam bidang pendidikan dalam memilih sumber dan media belajar yang

152
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

berkesesuaian dengan pendekatan yang ada, memberikan umpan balik, tidak melakukan
sehingga pembelajaran yang dirancang tidak pendinginan dan tidak menyampaikan tindak
dapat membuat peserta didik aktif saat lanjut pembelajaran selanjutnya. Penggunaan
mengikuti pembelajaran. waktu pembelajaran yang tidak sesuai dengan
Setiap guru pada satuan pendidikan yang dijadwalkan.
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap Guru kelas yang mengajar penjasorkes
dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan dengan tidak berlatar belakang pendidikan
pembelajaran berlangsung secara efektif, jasmani/olahraga dalam pemberian materi
menyenangkan, inspiratif, menantang dan pembelajaran dilakukan secara bersamaan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dengan kelas lain dengan jenjang kelas yang
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan berbeda, materi yang diberikan cenderung
fisik serta psikologis peserta didik. monoton pada setiap pertemuannya, dan kurang
Transaction adalah pelaksanaan kegiatan menarik antusias siswa.
pembelajaraan penjasorkes dilaksanakan sesuai Terkait dengan proses pelaksanaan
dengan RPP yang sudah ditetapkan. Tahap ini kegiatan pembelajaran penjasorkes di sekolah
merupakan tahap implementasi dari desain luar biasa, tentu saja tidak semua dapat sesuai
perencanaan yang dibuat oleh guru pada 4 SLB dengan yang direncanakan dan diharapkan oleh
C se-Kota Yogyakarta, yaitu SLBN 1 guru. Pada pelaksanaan pembelajaran ada yang
Yogyakarta, SLBN 2 Yogyakarta, SLBN dilakukan secara bersamaan dengan tingkat
Pembina Yogyakarta, dan SLB DRRP II kelas yang berbeda. Karena kelasnya digabung-
Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan gabung maka jumlah peserta didik menjadi lebih
pembelajaran ada tiga tahapan prosedur yang banyak dari jumlah yang ditetapkan dalam
perlu ditempuh yaitu pendahuluan, inti Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 (2008),
pembelajaran dan akhir pembelajaran. akhirnya pembelajaran menjadi kurang efektif
Tabel 2, menjelaskan bahwa ketepatan dan guru juga belum optimal dalam
ketercapaian pelaksanaan kegiatan penyampaian materi.
pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan Pembelajaran penjasorkes untuk anak-
oleh guru penjasorkes dan guru kelas yang anak tunagrahita, materi yang disampaikan
mengajar penjasorkes, ditemukan belum adanya lebih disederhanakan dalam tahapan
kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran gerakannya, hal ini dilakukan baik oleh guru
yang ada di sekolah dengan standar proses penjasorkes maupun guru kelas yang mengajar
pendidikan khusus tunagrahita dan dengan penjasorkes, sebab anak-anak tunagrahita
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mempunyai kelambanan dalam merangsang
oleh guru. respon gerak. Bahkan untuk materi yang sudah
Pada kegiatan pendahuluan, guru tidak disederhanakan saja masih ada beberapa siswa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang yang kesulitan untuk melaksanakan gerakan
mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya yang dicontohkan atau diperintahkan oleh guru.
dengan materi yang dipelajari. Pada kegiatan Jadi, untuk melakukan gerakan masih harus
inti pembelajaran, materi yang diberikan kurang dibantu oleh gurunya, pengulangan dalam satu
menarik antusias siswa dan tak jarang materi tahapan gerak juga dilakukan untuk
disampaikan secara spontanitas. Bahasa yang membiasakan anak melakukan suatu gerakan.
digunakan sederhana dan mudah untuk Sarana dan prasarana yang ada di sekolah
dimengerti oleh siswa. Guru sangat minim merupakan salah satu faktor utama pendukung
menggunakan alat peraga/media pembelajaran, berlangsungnya kegiatan pelaksanaan
guru tidak memodifikasi alat untuk pembelajaran di sekolah. Kurangnya modifikasi
mempermudah proses pembelajaran, model-model pembelajaran yang dilakukan oleh
kecenderungan hanya menggunakan alat yang guru kelas dan belum memaksimalkan sarana
ada. Pada kegiatan penutup, guru tidak dan prasarana pembelajaran yang ada.

153
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

Tabel 2. Countenance Matrix Komponen Transaction


Description Matrix Judgment Matrix
Intens Observasi Standar Judgment
Guru penjasorkes dan Ketepatan ketercapaian Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Keterlaksanaan pembelajaran penjasorkes di
guru kelas yang pelaksanaan kegiatan berdasarkan standar proses pendidikan SLB C belum sepenuhnya sesuai dengan
mengajar penjasorkes pembelajaran penjasorkes, bahwa khusus tunagrahita, meliputi: standar proses pendidikan khusus.
dapat melaksanakan belum semua guru penjasorkes Kegiatan pendahuluan
kegiatan pembelajaran dan guru kelas yang mengajar dalam kegiatan pendahuluan, guru: Guru Penjasorkes masih perlu mengkaitkan
penjasorkes sesuai penjasorkes melaksanakan 1. Memulai pembelajaran dengan menyapa profesionalitasnya melalui kegiatan kelompok
dengan rencana pembelajaran sesuai dengan dan memberi salam secara menyenangkan kerja guru (KKG), pelatihan-pelatihan
pelaksanaan rencana pelaksanaan dan berdoa; pendidikan jasmani adaptif, dan perlu
pembelajaran. pembelajaran yang sudah ada. 2. Menyiapkan peserta didik secara psikis bimbingan dari pengawas sekolah.
dan fisik;
Keterbatasan jumlah guru 3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang Untuk guru kelas yang mengajar penjasorkes,
penjasorkes menjadikan mengaitkan pengetahuan sebelumnya sebaiknya saat memberikan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran dengan materi yang akan dipelajari; materi yang diberikan perlu dikomunikasikan
penjasorkes dilakukan secara 4. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan guru penjasorkes atau orang yang ahli
bersamaan dalam satu waktu. dengan pengetahuan yang mereka miliki dalam bidang penjasorkes dan saat
melalui pertanyaan-pertanyaan, peragaan, melaksanakan pembelajaran perlu pengawasan
Adanya keterbatasan ini pula demonstrasi dan dramatisasi; dari guru penjasorkes/orang yang ahli pada
menjadikan pelaksanaan 5. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau bidangnya.
pembelajaran penjasorkes kompetensi dasar yang akan dicapai dan
dilakukan oleh guru kelas. manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari Perlu adanya penataran khusus penjas adaptif.
sesuai kemampuan berkomunikasi dan
Metode demonstrasi, komando bersosialisasi peserta didik;
dan latihan menjadi pilihan yang 6. Menyampaikan cakupan materi dan
dominan banyak dipilih oleh kegiatan berdasarkan layanan individual
guru. Dilakukan secara individu yang disesuaikan dengan karakteristik dan
maupun kelompok. kebutuhan peserta didik

Minimnya jumlah sarana dan Kegiatan Inti


prasarana yang ada di sekolah 1. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan
membuat siswa tidak proses pembelajaran untuk mencapai KD
dapat/kesulitan mengembangkan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
potensi dengan maksimal dan menyenangkan, menantang, memotivasi
terkadang pelaksanaan peserta didik untuk berpartisipasi aktif
pembelajaran harus dilakukan di serta memberikan ruang yang cukup bagi
luar sekolah dengan cara prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
menyewa fasilitas olahraga. sesuai dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, dan psikologis peserta didik.
Alokasi waktu saat pelaksanaan 2. Kegiatan inti menggunakan metode yang
pembelajaran penjasorkes tidak disesuaikan dengan karakteristik peserta
sesuai dengan yang dijadwalkan. didik dan mata pelajaran yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.

Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup,


guru:
1. Melakukan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran individual yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram;
2. Memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran;
3. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
berupa pengulangan pembelajaran,
pencatatan dan penilaian serta layanan
individual lainnya sesuai hasil belajar
peserta didik.

Minimnya pendanaan yang dimiliki sesuai dengan yang diharapkan. Peran guru wali
sekolah menjadi penghambat yang sangat berarti kelas sangat diperlukan untuk membantu guru
bagi guru untuk mengembangkan proses belajar penjasorkes ketika pengawasan dan

154
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

mengkondisikan siswa saat mengikuti dicapai secara optimal sehingga dapat dijadikan
pelaksanaan pembelajaran penjasorkes sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan
(Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2013). dalam kehidupan sehari-hari (R. Andi Ahmad
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang Gunadi, 2014).
dilakukan harus bisa lebih banyak melibatkan Komponen yang dievaluasi pada outcomes
aktivitas siswa agar pembelajaran dapat berjalan ini adalah bentuk penilaian yang dilakukan oleh
dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan guru terhadap hasil pembelajaran penjasorkes
menyenangkan (PAIKEM) yaitu memungkinkan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
siswa dapat mengembangkan kemampuan yang peserta didik dan digunakan sebagai bahan
dimiliki, mampu memberikan pengalaman baru penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
untuk membentuk kompetensi siswa, serta memperbaiki proses pembelajaran.
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin

Tabel 3. Countenance Matrix Komponen Outcomes


Description Matrix Judgment Matrix
Intens Observasi Standar Judgment
Penilaian Ketepatan tercapainya Penilaian hasil Hasil belajar peserta didk
pembelajaran penilaian pembelajaran pembelajaran dinilai secara obyektif. Guru
menggunakan tes penjasorkes dilakukan menggunakan seharusnya menggunakan
dalam bentuk tertulis melalui pengamatan saat Standar Penilaian pendekatan penilaian otentik
dan lisan, non tes proses pembelajaran, buku dan Panduan yang menilai kesiapan peserta
dalam bentuk perkembangan siswa dan Penilaian Kelompok didik baik dari awal, proses
pengamatan kerja, portofolio, hanya dibuat Mata Pelajaran serta dan hasil belajar secara utuh,
pengukuran sikap, oleh beberapa guru, serta Panduan Penilaian dengan memadukan penilaian
penilaian hasil karya, penilaian pada rapor. Pendidikan Khusus. sikap, pengetahuan dan
portofolio, dan keterampilan secara utuh.
penilaian diri

Tabel 3 menjelaskan tercapainya penilaian tes dan nontes dan bentuk tertulis atau lisan,
pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian
oleh guru belum sepenuhnya menggambarkan hasil karya berupa tugas, proyek dan hasil
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan produk, portofolio dan penilaian diri.
kegiatan pembelajaran yang ada. Penilaian Administrasi penilaian pembelajaran harus
pembelajaran dilakukan melalui pengamatan dilengkapi dan didokumentasikan oleh guru,
saat proses pembelajaran, buku perkembangan antara lain daftar nilai harian, kisi-kisi soal,
siswa dan portofolio yang hanya dibuat oleh soal/bank soal, dan sebagainya (Dedy
beberapa guru, serta penilaian pada rapor. Hal ini Kustawan, 2013).
berarti masih kurangnya kesesuaian antara Penilaian pembelajaran dilakukan secara
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan komprehensif (menyeluruh) untuk menilai dari
kesiapan guru mengajar, kesiapan siswa dan masukan, proses dan keluaran/hasil, dengan
kesiapan sarana prasarana yang ada. memadukan penilaian sikap, pengetahuan, dan
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap keterampilan secara utuh. Sebagai seorang guru
hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat perlu menganalisis hasil penilaian untuk
pencapaian kompetensi anak berkebutuhan mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta
khusus, serta digunakan sebagai bahan didik dan digunakan sebagai bahan penyusunan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki
memperbaiki pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran.
pembelajaran dilakukan secara konsisten,
sistematik, dan terprogram dengan menggunakan

155
Hera Yuniartik, Taufiq Hidayah & Nasuka / JPES 6 (2) (2017) : 148 - 156

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Antecedents (persiapan) pembelajaran Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran Prinsip,


pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
SLB C se-Kota Yogyakarta memiliki
Firmansyah Helmy. 2009. Hubungan Motivasi
perencanaan pembelajaran yang baik, yaitu
Berprestasi Siswa dengan Hasil Belajar
memiliki perangkat pembelajaran walaupun Pendidikan Jasmani. Jurnal Ilmiah Dosen
tidak lengkap, tujuan pembelajaran sesuai Pendidikan Jasmani. Volume 6, Nomor 1, April
dengan kebutuhan siswa, materi pembelajaran 2009. FIK UNY.
dirancang sesuai dengan kebutuhan dan Gunadi, R. Andi Ahmad. 2014. Evaluasi
karakteristik siswa, pemilihan sarana dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
prasarana sesuai dengan karakteristik siswa, Menyenangkan dengan Model Context Input
menentukan dan memilih sumber belajar/media Process Product. Jurnal Ilmiah Widya. UMJ
Volume 2, No. 2.
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa,
Kustawan, Dedy. 2013. Penilaian Pembelajaran Anak
serta pemakaian buku pedoman mengajar untuk
Berkebutuhan Khusus. Jakarta Timur:
menentukan materi pembelajaran. PT. Luxima Metro Media.
Transactions (proses) Pelaksanaan kegiatan Meimulyani, Yani dan Asep Tiswara. 2013. Pendidikan
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan Jasmani Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
kesehatan di SLB C se-Kota Yogyakarta berada Jakarta: Luxima Metro Media.
pada kategori cukup. Guru tidak menggunakan Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar
alat peraga/media pembelajaran saat Proses Pendidikan Khusus Tunanetra,
pelaksanaan pembelajaran, minimnya guru yang Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan
Tunalaras.
memodifikasi alat pembelajaran agar sesuai
Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2013. Belajar
dengan materi dan karakteristik siswa,
dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan
pengalokasian waktu pembelajaran yang Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
pembelajaran dan cenderung selesai lebih awal,
serta materi pembelajaran yang diberikan
cenderung monoton, sehingga belum memenuhi
kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan
khusus.
Outcomes penilaian pembelajaran
penjasorkes di SLB C se-Kota Yogyakarta yang
dilakukan oleh guru berada pada kategori cukup.
Penilaian pembelajaran belum sepenuhnya
menggambarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang ada. Penilaian pembelajaran
yang dilakukan cenderung dilihat dari
pengamatan saat proses pembelajaran, belum
dilakukan secara komprehensif (menyeluruh)
untuk menilai dari masukan (input), proses dan
keluaran/hasil (output), dengan memadukan
penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan
secara utuh.

156

Anda mungkin juga menyukai