1
BAB 1
PENDAHULUAN
o
Temperatur C 45 45 45 45
Kimia
6-9 5-9 4,5-9,5 4,0-10
pH
mg/l 5 7 9 10
Besi (Fe)
mg/l 0,5 1 3 5
Mangan (Mn)
mg/l 0,5 2 3 5
Tembaga (Cu)
mg/l 5 7 10 15
Seng (Zn)
mg/l 0,1 1 3 5
Krom
heksavalen
(Cr(VI))
N-kjeldahl mg/l 7 - - 80
(NH3-N)
mg/l 10 20 30 50
Nitrat (NO3-N)
mg/l 1 2 3 5
Nitrit (NO2-N)
mg/l 20 100 300 500
Kebutuhan
oksigen (BOD)
Biologi
Senyawa aktif
mg/l 0,5 1 3 5
biru metilen
Fenol
Radioaktifitas
*
Sumber : Kriteria dan Standart Kualitas Air Nasional, Dir. Penyelidikan Masalah Air,
Jakarta, Maret 1981 (241/LA-18/1981).
Pemodelan Chemical Oxygen Demand (COD) Sungai di Surabaya Dengan Metode Mixed
Geographically Weighted Regression
Asih Kurniasih Lumaela, Bambang Widjanarko Otok, dan Sutikno
2013
Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan dengan tingkat pencemaran
sungai yang memprihatinkan. Sekitar 96% air baku Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Surabaya dipasok dari Kali Surabaya. Pencemaran sungai di Surabaya dapat
diketahui melalui jumlah kandungan oksigen yang terlarut dalam air. Salah satu cara yang
ditempuh untuk maksud tersebut yaitu dengan uji Chemical Oxygen Demand (Wardhana,
2001). Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Pada penelitian ini ingin diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat COD pada sungai di Surabaya. Keadaan sungai
di Surabaya memiliki perbedaan di setiap lokasi, baik dari segi karakteristik sungai
maupun sumber pencemarnya. salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan
penelitian terkait faktor-faktor yang berpengaruh pada kandungan COD adalah metode
Mixed Geographically Weighted Regression (MGWR).
Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk menentukan
hubungan antara variabel respon (y) dan variabel prediktor (x). Geographically Weighted
Regression (GWR) adalah teknik regresi lokal yang memungkinkan parameter model
bervariasi di setiap lokasi. Metode MGWR digunakan pada saat terdapat variable prediktor
tertentu yang berpengaruh pada variabel respon secara global serta terdapat pula variabel
prediktor yang berpengaruh secara lokal. Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan
oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Data pada penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dan Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Langkah
langkah penelitian dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi pola hubungan antara
variabel predictor dan variabel respon, serta menguji multikolinearitas, melakukan
pemodelan regresi linear global, melakukan pemodelan GWR, melakukan pemodelan
MGWR yang diawali dengan menentukan variabel prediktor global dan variable prediktor
local, menentukan model terbaik dengan menggunakan AIC.
Hasil pemodelan MGWR COD sungai di Surabaya dengan fungsi kernel Fixed
Bisquare menghasilkan variabel prediktor global yang signifikan Nitrat, sedangkan
variabel prediktor lokal yang signifikan adalah kecepatan aliran air dan Nitrit. Namun
model MGWR tidak memberikan hasil yang berbeda dengan regresi global, sehingga
model yang lebih baik untuk digunakan dalam memodelkan COD sungai di Surabaya
adalah model GWR dengan fungsi kernel Adaptive Bisquare.
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Buret Erlenmeyer
IV.2 Pembahasan
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana
pengoksidasi Kalium Dikromat (K2Cr2O7) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) (Alaerts, 1984).
Tujuan dari percobaan analisa COD ini adalah untuk mengetahui kandungan zat
organik yang terdapat pada sampel air. Sampel air yang digunakan adalah air sumur
jambangan. Percobaan ini menggunakan permanganat sebagai zat pengoksidanya sehingga
prosesnya disebut dengan permanganometri. Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi
reduksi dan oksidasi.
Dalam percobaan ini hal pertama yang dilakukan adalah standarisasi KMnO4.
Didapatkan volume titrasi sebanyak 20 ml, sehingga didapat konsentrasi KmNO 4 sebesar
0,05 N. Selanjutnya melakukan tahap anailsa COD, tahap awal yang dilakukan adalah
menambahkan 100 ml air sumur jambangan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu
menambahkan H2SO4 4N dan dipanaskan hingga suhu 700C, lalu menambahkan KMnO4
dan dipanaskan lagi hingga mendidih kurang-lebih 10 menit. Setelah mendidih
ditambahkan asam oksalat 0,01 N ke dalam erlenmeyer, lalu diamkan sejenak dan setelah
itu dititrasi menggunakan KMnO4 hingga terjadi perubahan warna merah muda.
Gambar IV.1 Hasil titrasi air sumur jambangan menggunakan larutan KMnO 4
Kadar
No. Parameter Satuan
Maksimum
1 pH mg/L 6,0-9,0
2 TSS mg/L 150
3 BOD5 mg/L 50
4 COD mg/L 100
Dari hasil percobaan analisa COD yang telah dilakukan untuk air sumur jambangan
didapatkan nilai COD pada run ke-I sebesar 42,35 mg/L dan pada run ke-II sebesar 53,48
mg/L. Didapatkan hasil COD total rata-rata yaitu sebesar 47,915 mg/L. Apabila
dibandingkan dengan Pergub Jatim No.72 tahun 2013 tentang baku mutu air limbah
menyebutkan bahwa kadar maksimum COD yang diperbolehkan dalam air limbah sebesar
100 mg/l. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa air sumur jambangan memenuhi
baku mutu air limbah. Hal ini karena nilai COD pada air sumur jambangan masih berada
dibawah standar baku mutu sesuai Peraturan Pergub Jatim No.72 tahun 2013.