Anda di halaman 1dari 6

Maritim Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia.Pulau –


pulau di kepulauan Indonesia dipisahkan oleh samudra, laut maupun selat.Namun demikian, luas
wilayah lautan lebih luas bila dibandingkan dengan wilayah daratan, oleh karena itu negara
Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Selain disebut negara maritim , negara Indonesia dikenal
pula sebagai negara agraris.
            Penduduk di kepulauan Indonesia sangat heterogen, terdiri dari bermacam - macam suku,
ras, agama dan masyarakat.Berdasarkan kondisi geografisnya masyarakat Indonesia dapat dibagi
menjadi dua, yaitu masyarakat pesisir dan masyarakat agraris.Masyarakat pesisir mendiami di
wilayah – wilayah sekitar pantai, sedangkan masyarakat agraris mendiami di daerah pedalaman
pulau yang ada di Indonesia.Kondisi yang demikian menjadikan masyarakat pesisir dan pedalaman
mempunyai perbedaan dalam berbagai aspek kehidupannya. Masyarakat pesisir atau dapat pula
disebut masyarakat laut adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dekat
daerah pantai dengan ikatan – ikatan tertentu.Masyarakat laut umumnya mendiami daerah – daerah
di sekitar pantai yang ada di pulau – pulau di kepulauan Indonesia.Wilayah kepulauan Indonesia
sebagian besar terdiri dari wilayah perairan yang didalamnya terdapat ribuan pulau. Atau dengan
kata lain, secara geografis Indonesia berbentuk kepulauan dengan wilayah laut lebih besar dari pada
wilayah daratan. Hal ini memungkinkan peran dari masyarakat laut atau pesisir tidak bisa
dilepaskan dari berbagai segi kehidupan di Indonesia.
            Indonesia sebagai negara yang dikelilingi oleh laut hampir semua provinsinya memiliki
wilayah perairan, kondisi geografis yang demikian menjadikan Indonesia negara maritim yang
mempunyai daerah perikanan laut tak kurang dari 6,85 juta km2 dan diperkirakan daerah tersebut
memiliki kandungan produksi ikan 10 juta ton pertahunnya. Secara geografis wilayah Indonesia
merupakan kawasan kepulauan yang menempatkan laut sebagai jembatan penghubung bukan
sebagai pemisah.Dengan demikian, penguasaan terhadap laut merupakan suatu keharusan bagi
penduduk yang menghuni pulau – pulau yang ada di Indonesia.  Kondisi semacam ini, membentuk
mereka sebagai manusia yang akrab dengan kehidupan laut.Selain itu, pulau – pulau yang ada di
Indonesia letaknya sangat strategis dalam konteks perdagangan laut internasional antara dunia barat
dan dunia timur

MENGAPA SAYA MEMILIH TEKNOLOGI KELAUTAN


Oleh : Muhammad Ansori Hasibuan
4112100011

            Indonesia dengan luas wilayahnya yang mencapai 3.977 mil terbentang antara samudra hindia dan
samudera pasifik terkenal sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Bagaimana tidak, Indonesia
dengan luas daratan hampir 2 juta km2 memiliki perairan sekitar 6 juta km2. Itu artinya luas daratan Indonesia
hanya sepertiga dari luas perairannya. Dengan luas wilayah ini, Indonesia seharusnya mampu mendongkrak
perekonomiannya dari sektor ini.
            Dengan jumlah pulau di Indonesia yang lebih dari 17.000, sudah sepantasnyalah kita berbangga
dengan itu. Karena walaupun kita terpisah oleh perairan, tetapi negara Indonesia masih bisa berdiri kokoh
hingga saat ini. Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang kebaharian Indonesia.
            Untuk bisa memanfaatkan laut secara optimal diperlukan ilmu dan teknologi yang sesuai. Pada
awalnya, engineering hanya ada dua bagian. Yaitu teknik sipil dan teknik militer. Namun hanya teknik sipil
lah yang mengalami perkembangan disiplin ilmu. Seiring dengan perkembangannya, lahirlahlah disiplin baru
yang saat ini secara umum disebut Ilmu kelautan dan Teknologi Kelautan (marine science & marine
technology).

Banyak yang beranggapan bahwa Ilmu Kelautan hanyalah tentang perikanan. Padahal ilmu kelautan
itu sangatlah luas, diantara standar ilmu kelautan adalah : biology laut, Kimia laut, Geologi laut, Oseanografi
Fisika, Spesialis kebijakan laut, dll. Dalam ilmu kelautan itu dibahas mulai dari makhluk yang hidup di
lautan, bentuk lautan, hingga kebijakan yang menyangkut kelautan.
Sedangkan Teknologi Kelautan adalah cabang dari engineering (rekayasa) yang mengkhususkan diri
pada teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan laut untuk kesejahteraan umat manusia. Dengan
demikian dukungan ilmu kelautan sangat dibutuhkan. Dari sisi profesi, teknologi kelautan mencakup seluruh
teknologi yang berkaitan dengan perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan kapal dan
seluruh struktur apung dan struktur tetap yang ada di laut yang sangat bervariasi. Sampai saat ini, sudah
banyak disiplin ilmu yang berkembang dari Teknologi Kelautan. Misalnya kita ambil contoh di ITS, saat ini
sudah ada ternik perkapalan yang terkait dengan desain kapal, teknik Sistem Perkapalan yang terkati dengan
berbagai permesinan kapal, Teknik kelautan yang berkaitan dengan lingkungan laut untuk menentukan
pengaruhnya terhadap bangunan apung. Dan saat ini juga sudah ada perkembangan dengan adanya
Transportasi Laut yang berhubungan dengan keadaan lalulintas laut.
            Berkaitan dengan hal di atas, Indonesia seharusnya memiliki tingkat teknologi Kelautan yang tinggi.
Bahkan, kita harus bisa jadi kiblat teknologi kelautan di dunia.  Namun pada kenyataannya sampai saat ini hal
itu belum bisa kita capai. Ini dibuktikan dengan sedikitnya masyarakat indonesia yang bekerja pada bidang
kemaritiman.   Masyarakat berpendapat bahwa kemaritiman hanyalah sekedar berlayar dan mencari ikan
dengan jaring. Inilah pemikiran masyarakat yang harus bisa kita luruskan. Padahal kemaritiman sangat luas
cakupannya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
            Kemaritiman bukanlah sekedar berlayar atau menangkap ikan. Tetapi banyak hal yang lebih luas lagi.
Misalnya sebagai media transportasi, pertahanan keamanan, sumber energi, pertambangan, perikanan dan
protein lain, obat-obatan dan makanan, transportasi, serta masih banyak lagi yang lain.
            Karena itulah saya sendiri sangat tertarik untuk menjadi seorang insinyur kelautan. Pada saat ini saya
memilih bidang teknik perkapalan. Banyak teman saya bahkan keluarga saya sendiri bingung saat saya
beritahu kalau saya lulus di Teknik Perkapalan ITS. Yang pertama sekali mereka katakan adalah, “kenapa
milih perkapalan?”, atau mungkin seperti ini “nanti kamu akan berlayar terujs ya, pasti jarang pulang”. Itulah
anggapan orang tentang Teknik Perkapalan.
            Terlepas dari itu semua, beberapa alasan saya mengapa memilih teknologi Kelautan adalah: yang
pertama, saya sangat berharap bisa membawa kemajuan bagi kemaritiman Indonesia. Kita sebagai negara
kepulauan terbesar sudah sepantasnya memiliki Teknologi Kelautan yang tinggi. Tidak sepeti kenyataan
sekarang, 80% dari seluruh kapal yang beroperasi di Indonesia adalah kapal asing, walaupun pada prakteknya
mereka memakai bendera Indonesia. Juga hanya sekitar 5 % kegiatan ekspor komoditi yang dilayani oleh
kapal Indonesia, 95% persen lainnya dilayani oleh kapal-asing.
            Alasan saya yang kedua adalah banyaknya lapangan kerja yang tersedia. Baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Hal ini disebabkan sedikitnya insinyur lulusan Teknologi Kelautan. Di perguruan tinggi
Indonesia saja, masih sangat sedikit yang membuka program studi kelautan. Sehingga lapangan kerja yang
banyak tadi tidak diimbangi dengan banyaknya insinyur kelautan. Ini akan membuat insinyur kelautan tidak
akan menganggur lama setelah lulus dari bangku perkuliahan.
            Masyarakat Indonesia mengira mencari uang hanyalah di darat. Padahal mereka tahu sendiri bahwa
Indonesia ini sebagian besarnya terdiri dari perairan. Kita yang terjun dalam profesi ini sudah sepatutnya
bangga karena sudah ikut memanfaatkan sumber daya alam yang diberikan Tuhan kepada kita. Prospek kerja
yang dijanjikan oleh teknologi kelautan sangatlah luas, misalnya untuk Teknik perkapalan bekerja di galangan
kapal, mengawasi pembangunan kapal, konversi dan pemeliharaan serta semua industri yang terkait dengan
hal-hal tersebut. Teknik sistem perkapalan bekerja melakukan seleksi permesinan kapal, merancang sistem
mekanikal, elektrikal, fluida, dan sistem kontrol untuk seluruh kapal, termasuk semua industri yang terkait.
Teknik kelautan bekerja merancang anjungan lepas pantai, bangunan apung, kendaraan bawah air atau tanpa
awak, termasuk teknologi untuk eksplorasi laut dalam. Dan Transportasi laut bisa bekerja di pelabuhan,
perencanaan rute transportasi, dll.
            Alasan ketiga yaitu keinginan saya untuk bisa menapaki karir di dunia Internasional. Dengan menjadi
seorang insinyur kelautan, saya harap bisa membuka peluang yang lebih besar untuk meraihnya. Hal ini
disebabkan perkapalan ITS termasuk salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Dengan demikian, akan lebih
mudah untuk bersaing dengan dunia luar. Salah satu yang saya impikan adalah mempunyai galangan kapal
sendiri, yang nantinya akan saya dirikan di sekitar Sumatera. Hal ini untuk membantu kelancaran transportasi
antar pulau di Sumatera, khususnya untuk menghubungkan pulau-pulau kecil yang kurang diperhatikan.
            Itulah beberapa alasan mengapa saya memilih belajar di Teknologi Kelautan. Dengan begitu, saya
berharap dapat berkontribusi untuk memajukan kemaritiman Indonesia. Kita sebagai warga negara yang baik
sudah sepatutnya lah memberi karya terbaik demi memajukan bumi pertiwi ini. Salah satu tujuan mulia kita
adalah menghilangkan kemiskinan yang dialami oleh nelayan kita. Dan kalau bisa, beberapa tahun mendatang
Indonesia harus bisa swasembada ikan.
            Hingga saat ini, laut kita masih sering diganggu oleh negara-negara lain. Hal ini tidak boleh kita
biarkan begitu saja. Kita harus memikirkan cara untuk agar bisa mengontrol dan mengawasi laut kita dengan
baik. Memang pemerintah Indonesia dalam hal ini TNI AL sudah mulai membenahi diri dengan melengkapi
persenjataan alutsista. Kabar gembira yang baru saja kita dengar adalah dengan diluncurkannya kapal selam
canggih buatan Indonesia, yaitu kapal trimaran KRI Klewang Nasional. Kapal ini memiliki kemampuan
khusus yaitu tidak bisa dideteksi radar karena terbuat dari bahan karbon
            Namun kabar gembira itu tidak berlangsung lama, pada tanggal 28 September kemarin kapal
kebanggan Indonesia ini terbakar. Tepat satu hari sebelum peluncurannya oleh TNI AL. Hal ini sangatlah
disayangkan, karena biaya produksinya tidaklah murah, yaitu senilai Rp. 114 M. Seharusnya dengan adanya
kapal ini keamanan laut Indonesia sudah semakin membaik. Tapi dibalik suatu kejadian pasti ada hikmahnya.
            Inilah salah satu tugas kita sebagai calon insinyur kelautan, khususnya di bidang perkapalan agar bisa
membuat sebuah kapal yang diperuntukkan bagi pertahanan Negara. Saya sebagai individu yang membaca
berita terbakarnya kapal kebanggaan kita itu membuat pendirian saya semakin kokoh untuk memilih
Teknologi Kelautan. Saya ingin kita memiliki suatu komitmen untuk kejayaan laut Indonesia. Seperti
semboyan TNI AL yaitu Jalesveva Jayamahe yang artinya: “Di Laut Kita Jaya!!”.

Menagapa harus Teknologi Kelautan?

    Era reformasi saat ini perkembangan pembangunan infrastruktur terus digalakkan, tak heran
mengapa hal ini terjadi, perkembangan teknlogi yang kian pesat mendukung
gencarnyapembangunan di Indonesia. Misalnya saja pembangunan jalan tol, jembatan,  gedung-
gedung bertingkat dll. Memang  baik pembangunan ini dilakukan, namun bila dilihat dari sudut
pandang yang berbeda, pembangunan yang dilakukan hanya menekankan kepada infrastruktur yang
berada pada wilayah darat saja. Sedangkan pembangunan yang bermatra keautan seakan
“dianaktirkan”. Pembangunan bermatra kelautan ini penting dilaksanakan, misalnya pembangunan
pelabuhan. Pelabuhan merupakan daerah inti dari perdagangan, kapal-kapal pengangkut barang baik
ekspor-impor atupun antar daerah jelas membutuhkan pelabuhan sebagai tempat pemberangkatan
maupun terminal pemberhentian. Pelabuhan biasanya menjadi tolak ukur suatu Negara dikatakan
maju tau tidak, apabila pelabuhan sutu Negara maju dan berkembang pesat, maka dapat dikatakan
Negara tersebut adalah Negara “maju”. Hal ini disebabkan peran pelabuaha sebagai pusat
perdagangan seingga pelabuhan dapat dikatakan sebagai salah satu pengendali perekonomian suatu
Negara. Oleh karena itu pembagunan bermatra kelautan harus segera dilaksanankan demi
kesejahterakan bangsa.
    Pembangunan bermatra kelautan tentunya membutuhkan ilmu dan teknolgi kelautan,
pengetahuan tentang kedua hal tersebut harus dimiliki oleh seorang engineer. 
Pengetahuan itu dapa t diperoleh dari dunia pendidikan, seperti perkuliahan dan selain dunia
pendidikan seperti pelatihan dll. Engineer atau insinyur merupakan pencipta nilai tambah (added
value) yang mengubah bahan-bahan mentah menjadi barang dan jasa yang berguna dan dibutuhkan
masyarakat. Ya, seorang insinyur sangat berjasa bagi kehidupan manusia, contohnya seorang
insinyur menciptakan kapal laut, sehingga kapal laut tersebut berguna yaitu untuk mengangkut
manusia dan/atau barang. Insinyur adalah profesi yang diperoleh melaului pendidikan tertentu
(hingga tingkat sarjana) serta pengalaman yang penuh tanggung jawab
`    Sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan ITS, kita dituntut memahami ilmu yang
berhubungan dengan Teknologi Kelautan seperti produksi bangunan lepas pantai, teknik pantai,
teknik pelabuhan dll. Dengan menguasai ilmu tersebut kita sebagai mahasiswa dengan peran
fungsinya sebagai agen perubahan (agent of change) dibutuhkan kontribusinya secara nyata untuk
memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada di laut. Tidak dapat dipungkiri bagaimana peran
besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas
seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan
menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah
perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa, mahasiswa memiliki semangat membara untuk
melakukan sebuah perubahan. Perubahan dalam hal ini menyangkut tentang teknologi kelautan, sisi
kreatif mahasiswa diaharapkan menjadi modal bagi mahasiswa untuk mengembangkan sumber daya
dan potensi yang ada di dalam laut untuk turut serta mensejahterakan bangsa dan Negara.
    Di zaman sekarang ini bangsa kita telah melupakan jati diri kita, bahwa dahulu nenek moyang
kita adalah seorang pelaut, karena laut merupakan sumber kemakmuran bagi manusia.
Namun bangsa kita beralih dari bangsa bahari menjadi bangsa agraris, sebagian besar mata
pencaharian didapat dari bercocok tanam. Yang dalam kata lain bangsa kita telah melupakan laut,
dan beralih menempatkan darat sebagai pusat segalanya.
Akankah hal ini masih terus berlanjut dengan kenyataan kita selalu mengimpor minyak dan bahan
pangan? Bukankah itu semua sudah tersedia di laut?
Sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan  mari kita merubah paradigma bangsa dengan 
menempatkan lautan sebagai yang utama. 
    Sebagai calon Insinyur Teknologi Kelautan tentunya kita membutuhkan “wadah” untuk
membangun bahari Nusantara. Banyak perusahaan asing yang membutuhkan Sarjana dari Fakultas
Teknologi Kelautan, diantaranya adalah:
Perusahaan Minyak dan Gas,  seperti TOTAL, BP, dll
Perusahaan Kapal, seperti PT.PAL, PT Jasa Marina Indah, Devonport Dockyard, dll.
Perusahaan Jasa Inspeksi, seperti BKI, LR, DKV dll.
Konsultan Perencanaan, seperti SAIPEM
PEMDA,PELINDO, dll
Contoh-contoh diatas hanyalah sebagian kecil dari yang, sebenarnya masih terdapat banyak
perusahaan asing maupun dalam Negeri yang membuttuhkan Insinyur yang paham tentang
Teknologi Kelautan. Maka pilihan teknologi kelautan ini sangatlah tepat, disamping prospeknya
yang cerah karena salary yang tinggi, kita juga berguna bagi bangsa dan masyarakat luas, dan turut
memajukan bahari Nusantara sebagai yang utama.

Anda mungkin juga menyukai