DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
TEKNIK KELAUTAN
2019/2020
ABSTRAK
Abstrak—Kekurangan air bersih seakan menjadi hal yang lumrah terjadi di Pulau Madura.
Selama ini, kekurangan air ditangani dengan pengiriman truk tangki air dari beberapa daerah. Namun,
Kondisi Pulau Madura yang dikelilingi oleh laut dapat juga dimanfaatkan sebagai akses produksi baru
penyedian air di seluruh Pulau Madura dengan menggunakan kapal tongkang. Muatan air bersih yang
dibawa oleh kapal tongkang sekitar 1000 ton. Setelah itu dilakukan perhitungan teknis berupa
perhitungan sehingga didapatkan ukuran utama kapal yang meliputi LBP = 54 m, LOA = 68 m, LWL =
55 m, B = 9 m, H = 4,3 m, T = 4,1 m, cb =0,6686 ,cp = 0,68, cm = 0,983, cw = 0,758, ∆ 1.330 ton,
∇=1.297 ton , R = , chamber = 0,17 DWT = 1050 ton
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Perumusan Masalah.............................................................................................................................
1.2 Latar Belakang ....................................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Letak Wilayah .....................................................................................................................................
2.2 Functional System................................................................................................................................
2.3 Barge....................................................................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................
4.2 Saran ....................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Rancangan Kapal
Tongkang Pengangkut Muatan 1000 Ton air Bersih dari Pelabuhan Tanjung Perak-Pelabuhan Kemal
tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyusun laporan ini. Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
sangat jauh dari sempurna. Karena tidak ada manusia yang diciptakan sempurna sehingga penulis hanya
dapat memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan
masukan yang membangun dari para pembaca yang sekiranya dapat menyempurnakan makalah ini dan
sebagai pedoman penulis dalam melangkah ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua. Amin.
Akhir kata, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Air Bersih merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hampir seluruh aktivitas manusia
membutuhkan air bersih. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Sarana
penyediaan air bersih harusnya melayani kebutuhan pada daerah desa maupun daerah kota. Pulau
Mandangin terletak disebelah selatan Pulau Madura, secara administratif pulau ini termasuk dalam
Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang Jawa Timur. Kebutuhan air bersih penduduk Pulau Mandangin
seharusnya dilayani PDAM Kabupaten Sampang, namun sampai saat ini belum tersedia sistem jaringan
distribusi air bersih di Pulau Mandangin. Sejak tahun 2012 terdapat penyulingan air laut untuk memenuhi
kebutuhan air minum. Untuk kebutuhan non air minum penduduk Pulau Mandangin memanfaatkan air
hujan dan air laut tanpa pengolahan. Jika di lihat dari kesehatan, penggunaan air hujan bagi kebutuhan
sehari-hari non Air minum tanpa melalui proses apapun sangat tidak dianjurkan karena banyak
kandungan berbahaya dalam air hujan seperti bekas asap pabrik yang tidak baik bagi untuk kulit manusia.
Selain itu, penggunaan air laut langsung untuk mandi tentu sangat berbahaya bagi kulit dan akan
berakibat pada kesehatan kulit. Penyebab utama terjadinya kekurangan air tawar di Pulau Madura adalah
musim kemarau yang panjang dan akses antar pulau yang cukup sulit. Beberapa solusi telah dilakukan
seperti pembuatan embung air, resapan hidropobik dan pengiriman air secara konvensional. Beberapa
solusi tersebut dinyatakan kurang efektif karena kondisi tanah dan kuantitas alat angkut. Salah satu solusi
yang efektif dilakukan dalam mengatasi kekurangan air tawar adalah desalinasi air laut dengan
menggunakan teknologi Reverse Osmosis (RO). Melihat ke permasalahan yang ada, kebutuhan air tawar
yang sangat tinggi di Pulau Madura menjadi pertimbangan positif dibangunnya alat desalinasi air laut.
Namun, dengan peta topografi yang mengindikasikan jauhnya jarak antar wilayah dengan defisit air yang
cukup signifikan membuat tidak dimungkinkannya pembangunan alat desalinasi hanya di satu titik
maupun pembangunan pipa bawah air yang berpotensi merusak kondisi lingkungan. Dengan demikian,
gagasan desain kapal tongkang untuk mengatasi kekurangan air di Pulau Madura diharapkan mampu
menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Dengan memperhatikan pokok permasalahan yang ada terdapat pada latar belakang maka diambil
rumusan masalah yaitu desain bentuk dan ukuran kapal tongkang yang sesuai untuk mengangkut
kebutuhan air bersih sekitar 1000 ton di Pulau Madura.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
bentuk dan ukuran kapal tongkang yang sesuai untuk mengangkut kebutuhan air bersih sekitar 1000 ton
di Pulau Madura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Madura merupakan sebuah pulau yang dalam administrasi pemerintahan di gabung dengan Jawa
Timur. Pulau Madura merupakan kawasan yang padat penduduk, namun ketersediaan lapangan pekerjaan
sangat rendah akibat dari tanah Madura yang gersang dan kurang subur. Kondisi ini mendorong
masyarakat Madura bermigrasi ke Pulau Jawa untuk mendapatkan penghasilan dalam mencukupi
kehidupan sehari-hari. Pelabuhan Kamal di Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan merupakan pintu
gerbang utama masyarakat Madura. Pelabuhan ini sudah ada sejak zaman Hindia-Belada dan sekarang
dikelola oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). Pelabuhan penyeberangan Ujung (Surabaya)-Kamal
(Madura) merupakan pelabuhan penyeberagan terpadat di Indonesia dan bahkan terpadat se Asia
Tenggara, karna dalam satu hari (sebelum dioperasikannya jembatan Suramadu) dapat menyeberangkan
30.000 penumpang dari Ujung Surabaya-Kamal Madura pulang-pergi .
Dalam proses desain, terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk menentukan pembuatan
kapal dikenal dengan functionable system yang terdiri dari,
2.3 Barge
Barge (tongkang) dapat diartikan sebagai kapal yang digerakkan dengan/tanpa manusia, biasanya
tidak dilengkapi dengan sistem propulsi sehingga digerakkan dengan cara didorong maupun ditarik
dengan kapal penarik (tugboat). Tongkang seperti halnya dijalan adalah trailer atau gandengan sedangkan
penariknya adalah Tug-Boat. Tongkang biasanya digunakan untuk mengangkut barang curah kering
ataupun curah cair ataupun belakangan ini juga digunakan untuk mengangkut petikemas dalam kaitannya
dengan short sea shipping. Barang curah kering berupa batubara merupakan komoditi yang paling banyak
diangkut pada sungai-sungai besar di Kalimantan dan sungai Musi di Sumatera Selatan. Untuk barang
yang diangkut melalui sungai yang waktu bongkar muatnya cepat dan berlayar pada kecepatan rendah
maka akan lebih menguntungkan untuk menggunakan tongkang bermesin. Pertimbangan untuk
menggunakan mesin pada tongkang adalah keekonomian, pada tongkang yang bongkar muatnya cepat
akan lebih menguntungkan menggunakan tongkang bermesin sedang bila bongkar muatnya
membutuhkan waktu yang lama maka akan lebih menguntungkan menggunakan tongkang biasanya.
Barge diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan, yang meliputi:
Dalam proses perancangan kapal, salah satu faktor yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan
adalah penetapan metode rancangan sebagai salah satu upaya untuk menghasilkan output rancangan yang
optimal dan memenuhi berbagai kriteria yang disyaratkan. Metode yang digunakan dalam perancangan
ini adalah menggunakan metode perbandingan (comparasion method). Merupakan metode perancangan
kapal yang mensyaratkan adanya satu kapal pembanding dengan type yang sama dan telah memenuhi
criteria rancangan (stabilitas, kekuatan kapal, dll.) dan mengusahakan hasil yang lebih baik dari kapal
yang telah ada ( kapal pembanding ). Ukuran-ukuran pokok kapal dihasilkan dengan cara mengalikan
ukuran pokok kapal pembanding dengan faktor skala (scale factor).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah simulasi komputasi untuk perhitungan
dari kapal rancangan ini. Pengerjaan tugas akhir dimulai dari pengumpulan data yang didapatkan dari
studi lapangan maupun studi literatur. Pada studi lapangan peneliti mendapatkan data berupa ukuran
utama kapal yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan ukuran utama kapal peneliti. Setelah
ukuran utama didapatkan dilanjutkan dengan pemodelan kapal, pada tahap ini didapatkan hasil berupa
lines Plan dan General Arrangement.
BAB IV
Tongkang yang direncanakan ini merupakan tongkang tanpa mesin ditarik dengan tugboat yang
mengangkut air bersih sekitar 1000 ton dan dioperasikan dari Pelabuhan Kamal , Madura sampai
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Untuk dapat beroprasi dengan baik pada saat pasang surut di musim kemarau, tinggi sarat
haruslah mencukupi, sehingga kapal tersebut tidak sampai kandas di tepi sungai.
Untuk dapat beroprasi dengan baik dan tidak menggangu kapal- kapal lain yang sedang beroprasi, maka
lebar kapal ditentukan sebagai acuan agar tidak terjadi kecelakaan saat beroprasi.
Untuk kapal pembanding yang digunakan adalah tipe barge pengangkut limbah dan pengangkut
muatan curah dengan membandingkan bentuk lambung yang sama dan dimensi ukuran yang mendekati
ukuran kapal yang akan dirancang. :
Dimensi Ukuran
LOA 85,62 m
B 12,5 m
H 6,35 m
T 5,95 m
LBP 79,01 m
Vs 12, 5 Knots
DWT 3300 ton
Data tabel 1 di atas diambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kapal tongkang, dan
ukuran yang mendekati dengan kapal yang akan dirancang.
4.3 Penentuan Ukuran Utama Kapal
Untuk menentukan ukuran utama kapal dalam pra perancangan ini digunakan metode kapal
pembanding (comparison method), dengan mengoptimasikan perbandingan ukuran utama kapal
pembanding, kemudian mengambil satu komponen variabel utama dari ukuran utama kapal. Pada pra
perancangan ini, komponen yang dijadikan variabel utama adalah sarat rata-rata laut.
Dimana ,
3
LBP 2 = √ DWT 2: DWT 1 x LBP 1= √3 1050: 3300❑x 79,01 = 53,93 m = 54 m
LOA 85,62
C= = = 1,08 sehingga diperoleh LOA untuk kapal rancangan adalah :
LBP 79,01
2
=( x 53,93) + 53,93 = 55,008 m = 55 m
100
LBP 53,93
B= = = 8,698 m
Aspect Ratio 6,32
L 79,01
= = 12,44 m
H 6,35
LBP 53,93
H= = = 4,33 m = 4,3m
Aspect Ratio 12,44
B 12,5
= = 2,1
T 5,95
B 8.69
T= = = 4.13 m = 4,1m
Aspect Ratio 2,1
Estimasi yang dilakukan untuk koofisien bentuk dari kapal rancang ini adalah :
Vs
Cb = 1,179 – ( 0,333 x )
√ LBP
12,5
= 1,179 – ( 0,333 x )
√ 54
= 0,6686
Cm = 0,93 + 0,08 x Cb
= 0,680
Cb 0,6686
Cp = = = 0,680
Cm 0,983
= 0, 758
∆=LBP x B x T x Cb x γ
Dimana, ∆
Cb : Coofficient block
Maka,
∆=LBP x B x T x Cb x γ
= 1.330,07423214 Ton
= 1.330 Ton
∇ = Cb x LBP x T x B
= 1.297,12098 Ton
= 1.297 m3
B X T ( 1−Cm)
R=
√ 0,4292
Dimana,
B = Lebar Kapal
T = Sarat Kapal
Cm = Coofficient midship
Maka,
8.698 X 4.138(1−0,93)
R =
√ 0,4292
= 2,4228 m
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan mengenai analisa kekuatan dan stabilitas kapal
tongkang dengan menggunakan pehitungan teori dapat diambil kesimpulan dengan menggunakan metode
regresi dengan kapal pembanding, didapatkan ukuran utama kapal yaitu LBP = 54 m, LOA = 68 m, LWL
= 55 m, B = 9 m, H = 4,3 m, T = 4,1 m, cb =0,6686 ,cp = 0,68, cm = 0,983, cw = 0,758, ∆ 1.330 ton,
∇=1.297 ton , R = , chamber = 0,17 DWT = 1050 ton
5.2 Saran
Tugas yang disusun penulis ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan tugas ini dapat dikembangkan lagi secara mendalam dengan kajian yang lebih
lengkap. Adapun saran penulis untuk penelitian lebih lanjut (future research) antara lain :
1. Adanya sumbangsih dari penelitian- penelitian serupa yang menggunakan model secara fisik
dan diuji dengan fasilitas kolam uji sangat diharapkan. Dengan harapan dapat menghasilkan
data - data yang lebih riil sehingga kajian optimalisasi hullform semakin maksimal. 2
2. Memperluas kajian pembahasan, misalnya dengan memperhitungkan ukuran dan pembanding
kapal
DAFTAR PUSTAKA
Djaya, Indra Kusna,dkk . 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja jilid I. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Lewis, Edward V. 1998. Principles of Naval Architecture Volume 1.U.S : Society of Naval
Architects &; Revised edition