TERBARU :
Permendiknas No 12 Tahun 2007, bahwa pengawas sekolah harus memiliki kompetensi
kepribadian, kompetensi supervisi manejerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial. Untuk
itu, agar dapat memerakan perannya sebagai guru dari guru, para pengawas sekolah haruslah
memiliki kompetensi pendukung untuk melaksanakan fungsinya, antara lain: Pertama,
kemampuan membangun komunikasi. Seorang pengawas perlu memiliki kemampuan
komunikasi yang efektif, agar tidak terjadi salah persepsi dari guru dalam menerima
pembinaan atau bimbingan. Sehingga pesan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi
perlu memperhatikan situasi dan kondisi, pengetahuan yang mendalam tentang materi yang
akan disampaikan, positive thingking, gestur pihak kedua, percaya diri, respon apa yang
diharapkan. Kedua, kemampuan dalam kepemimpinan. Fungsi manejerial pengawas menjadi
salah satu indikator keberhasilan seorang pengawas dalam memerankan perannya. Seorang
pengawas harus mampu; melakukan koordinasi antar guru dan Kepala Sekolah,
mengorganisir dan mengendalikan pekerjaan, menetapkan tujuan dan menegaskan arah
tujuan, mengambil keputusan yang tepat, dan menerima resiko dari kebijakan yang
diambilnya. Ketiga, kemampuan dalam mengembangkan diri. Pengawas yang baik mampu
mengembangkan kemampuan profesionalismenya secara terus menerus. Kemampuan diri
tersebut dibuktikan; mengambil inisiatif dalam mengembangkan kemampuan tanpa perlu
menunggu instruksi, menyediakan waktu untuk membaca dan mempelajari pendekatan
supervisi terkini, mengikuti pelatitan-pelatihan atau pertemuan-pertemuan non formal tentang
supervisi pendidikan atau tentang masalah pendidikan lainnya. Melakukan dialog-dialog
informal untuk berbagi pengalaman dengan sesama pengawas, memberi bantuan secara
langsung atau tertulis kepada pengawas-penawas lain, melakukan refleksi dan riset sederhana
tentang supervisi yang telah dilakukan, mendorong sesama pengawas dan tenaga pendidikan
lainya untuk melakukan kerja kolektif dalam memperbaiki praktik pengajaran. Dan keempat,
kemampuan prakris. Antara lain, mampu menjadi teladan bagi guru dengan memiliki etos
kerja yang tinggi dengan mengedepankan 5 budaya kerja, menunjukan perhatian yang baik
kepada para guru dan kepala sekolah seta mengevaluasi proses perkembangan pembelajaran
yang terjadi, serta menunjukan sikap mudah dihubungi dan fleksibel (tidak kaku) dan terbuka
dalam memberi layanan pendidikan.