Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengandung dua unsur
yaitu infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya
kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit yang di awali dengan panas
disertai salah satu atau lebih gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri
saat menelan, pilek, batuk kering atau berdahak (Gunawan 2010).
ISPA merupakan infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling
banyak di temukan pada anak-anak dan paling sering menjadi satu-satunya
alasan untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani
perawatan inap maupun rawat jalan ( Danusantoso 2012).
Sampai saat ini ISPA menjadi masalah kesehatan dunia menurut
World Healt Organization (WHO) ISPA merupakan penyebab utama
kematian anak di dunia penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh
kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan kematian pada
920.136 anak, atau lebih dari 2.500 per hari, diperkirakan 2 anak
meninggal setiap menit pada tahun 2015 (WHO 2017).
Di indonesia, Data Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa ISPA
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan
anak (15,5%). Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
digambarkan bahwa periode prevalans dan prevalensi dari ISPA tahun
2013 adalah 1,8% dan 4,5% berdasarkan data laporan rutin subdit ISPA
tahun 2017, didapatkan insiden (periode anak) umur 1-4 tahun di indonesia
sebesar 20,54.

1
2

Tahun 2017 terdapat dua provinsi yang cakupan penemuan ISPA


anak sudah mencapai target yaitu DKI jakarta 98,54% dan Kalimantan
Utara 81,39%, sedang provinsi yang lain masih di bawah target 80%,
capaian terendah di provinsi Papua 0,60%. Riskesdas (2007)
Penyakit ISPA merupakan urutan pertama dari 10 besar penyakit
terbanyak di Sulawesi Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2015 jumlah anak yang berumur 1-4
tahun menderita ISPA dari 13 kabupaten sebanyak 116.997 kasus. Tahun
2016 jumlah anak yang menderita ISPA dari 13 kabupaten sebanyak
121.568 kasus. Data tersebut menunjukkan tahun 2016 terjadi peningkatan
jumlah penderita ISPA sebanyak 4.571 kasus menjadi 121.568 kasus dari
tahun sebelumnya yang hanya 116.997 kasus. Menurut kabupaten/kota
penyakit ISPA tertinggi di tahun 2015, yaitu kota Palu sebanyak 19.128
kasus. Tahun 2016 penyakit ISPA tertinggi, yaitu masih kota palu jumlah
kasus sebanyak 21.544 kasus (Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah 2017).
ISPA yang tertangani dapat saja kambuh kembali, oleh karna itu
perlu upaya pencegahan di antaranya, menciptakan lingkungan yang
nyaman seperti mengatur kamar anak agar cahaya dan udara dapat masuk
dengan bebas, membuka jendela agar cahaya dapat masuk dan udara dapat
bertukar, dan menghindari faktor pencetus seperti membersihkan lantai
setiap hari agar terhindar dari debu, menghindari anti nyamuk bakar, tidak
merokok di dekat anak serta menjaga anak agar tidak mendekati orang lain
yang terkena ISPA. (Sukrato 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sukrato 2016)
dengan judul penelitian hubungan peran orang tua dalam pencegahan ispa
dengan kekambuhan ISPA pada balita di Puskesmas Bilalang Kota
Kotamobago, menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran orang tua
dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita dengan
nilai p= 0,003. Selain dari pada itu hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Septiarta 2017) dengan judul hubungan peran ibu dengan dengan kejadian
3

kekambuhan ISPA pada balita di Puskesmas Talise, menunjukkan bahwa


ada hubungan antara peran ibu dengan kejadian kekmbuhan ISPA pada
balita dengan nilai p= 0,003.
Berdasarkan data awal di Puskesmas Mamboro Sulawesi Tengah
Pada bulan januari sampai Desember tahun 2018 terdapat 288 anak yang
menderita ISPA. Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti kepada 3 orang tua tentang upaya pencegahan ISPA pada anak
diketahui bahwa mereka biasanya merokok di dekat anak, tidak menjaga
kebersihan anak yang dapat terlihat dari rumah mereka yang berdebu.
Berdasarkan permasalahan di atas membuat penulis tertarik meneliti
tentang “Hubungan Upaya pencegahan ISPA dengan Frekuensi
kekambuhan ISPA pada Anak Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Mamboro
Sulawesi Tengah.”
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada
hubungan upaya pencegahan ISPA dengan frekuensi kekambuhan infeksi
saluran pernafasan akut ISPA pada anak Usia 1-5 Tahun di Puskesmas
Mamboro Sulawesi Tengah ? ’’
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan upaya
pencegahan ISPA dengan frekuensi kekambuhan ISPA pada anak di
Puskesmas Mamboro Sulawesi Tengah
2. Tujuan khusus
a) Teridentifikasi upaya pencegahan ISPA pada anak di Puskesmas
Mamboro Sulawesi Tengah.
b) Teridentifikasi frekuensi kekambuhan ISPA pada anak di Puskesmas
Mamboro Sulawesi Tengah.
4

c) Dianalisis hubungan upaya pencegahan ISPA dengan frekuensi


kekambuhan ISPA pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Mamboro
Sulawesi Tengah.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Puskesmas Mamboro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tentang
upaya pencegahan ISPA pada anak untuk mengurangi frekuensi
kekambuhan ISPA.
2. Bagi institusi STIKes Widya Nusantara Palu
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan acuan bagi para mahasiswa dalam
pengembangan pengetahuan tentang penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA).
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian yang terkait
5

Anda mungkin juga menyukai