Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mufidatul Azizah

Nim : 1865141013
Kelas : A
Ilmu Administrasi Negara

Pendapat saya tentang wacana denda 1 juta bagi pelanggar protokol covid.

Part 1 : saya setuju dengan apa yang dikatan pak Herman bahwasanya perlu dipertanyakan
mengenai legalitas dari tindakan hukum atau peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah kota
atau pemerintah daerah. Karena UU Kekarantinaan Kesehatan wabah covid 19 merupakan
kewenangan sentral dalam pemerintah pusat. Di dalam UU Kekarantinaan tidak ada
disentralisasi yang artinya tidak ada kekuasaan dari daerah dalam penanganan covid 19 karena
disentralisasi sesungguhnya adalah pelaksanaan pemerintah secara umum. Perda merupakan
kewenangan disentralisasi terhadap pelayanan umum, tidak terkait masalah covid 19.

Meskipun pembuatan peraturan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan
untuk kebaikan, tetapi bila dilihat dari aspek kemampuan, seseorang tidak mampu, kebijakan ini
memiliki nilai plus karena disitulah akan ada efek kerah dan karena sanksi inilah yang membuat
orang tidak melakukan pelanggaran.

Tetapi saya juga setuju dengan pendapat saudara Fatur, yang mengharapkan pemerintah
melakukan pendekatan baru, agar masyarakat menggunakan masker bukan atas dalil ketakutan
pada aparat, tetapi sadar akan tujuan menggunakan masker untuk keselamatan diri.

Part 2 : Saudara Fatur melihat pemerintah mengalami kegagalan dalam mengelola penangangan
covid. Fatur berpendapat bahwa jika kebijakan denda ini diterapkan, maka masyarakat
menggunakan masker atau mematuhi protokol covid atas dasar paksaan dan bukan karena
kesadaran diri sendiri. Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh saudara Fatur, karena
kegagalan pemerintah didalam mengelola penanganan covid ini juga bisa diliahat dari ketidak
kostinenan dalam membuat sebuah kebijakan.

Misalnya kebijakan yang baru-baru ini diterapkan yaitu masyarakat dilarang melewati
perbatasan kota jika tidak mempunyai surat bebas covid. Tapi nyatanya? Pemeriksaan itu tidak
berjalan dengan baik karena tim pemeriksa hanya memeriksa pada jam-jam tertentu saja,
buktinya? Banyak yang lolos dan untuk apa sebenarnya kebijakan itu diterapkan jika hanya
seperti itu?.

Fatur memberikan saran kepada pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan dan


kedisiplinan masyarakat dengan melalui pendekatan ilmu dan bukan hanya semata-mata
pendekatan hukum saja seperti misalnya bekerja sama dengan psikologi sosial untuk melakukan
edukasi bagaimana cara menanggulangi pandemi ini.
Part 3 : Pak Herman mengatakan bahwa sanksi merupakan upaya paling akhir dilakukan,sanksi
digunakan jika sudah tidak ada jalan. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Pak Herman, Deng
Aris dan Fatur bahwa pemerintah kota Makassar harusnya menggunakan seluruh Sumber Daya
Manusia yaitu potensi-potensi anak muda yang cerdas, yang memiliki komunikasi bagus untuk
melakukan pendekatan secara psikologis kepada masyarakat. Karena menurut saya jika
semuanya dilakukan dengan menggunakan hukum, maka masyarakat pasti akan merasa terpaksa
dalam melaksanakan kebijakan ini. Dan menurut saya kebijakan denda ini akan sangat
memberatkan dan mengganggu ekonomi masyarakat apalagi ditengah pandemi yang realitanya
kondisi perekonomian masyarakat sangat terganggu atau menurun. Jadi menurut saya tindakan
yang sebaiknya dilakukan oleh Pemkot adalah pendekatan baru seperti yang dikatakan Pak
Herman, Deng Aris, dan Fathur.

Anda mungkin juga menyukai