Anda di halaman 1dari 12

IX.

PENGGAMBARAN PROYEKSI

IX.1 Gambar Dasar Proyeksi

Proyeksi merupakan metode dalam mengambarkan bentuk eksak suatu objek melalui
sudut pandang tertentu dengan dua atau lebih bidang tampak yang terpisah. Pada
prinsipnya, proyeksi adalah menangkap bayangan (image) suatu objek pada suatu layar
atau bidang yang diletakkan di antara objek tersebut dengan mata (titik penglihatan).
Gambar proyeksi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu proyeksi pandangan
tunggal (sentral/pictorial) dan proyeksi pandangan majemuk (orthogonal). Proyeksi
sentral disebut juga teknik perspektif, yaitu benda diproyeksikan dengan mempergunakan
garis-garis yang berpusat pada satu titik. Benda pada proyeksi sentral tergambar secara
proporsional sangat mirip dengan benda atau objek asli sehingga bidang objek tertanggap
lebih dari satu bidang sekaligus. Proyeksi orthogonal adalah gambar proyeksi suatu benda
yang menggunakan garis-garis sejajar dan tegak lurus. Bidang proyeksi orthogonal
diletakkan sejajar dengan salah satu sisi benda sehingga objek tertangkap hanya pada satu
sisi bidang tersebut.

IX.1.1. Proyeksi Pandangan Tunggal (Pictorial/Perspektif)

Penyajian gambar pandangan tunggal (piktorial) bertujuan untuk memberi gambaran


umum tentang bentuk suatu benda dengan satu gambar tunggal (tiga dimensi). Pada
gambar tiga dimensi, bentuk benda dapat diketahui dengan cepat karena ketiga sisi dari
benda tergambarkan sehingga dapat digunakan pada brosur dan katalog. Teknik
penggambaran pada teknik ini tidak selalu mencerminkan ketepatan ukuran seperti objek
asli, tetapi dibutuhlan kecermatan bentuk dan proporsionalitas.
Tiga metode umum untuk penyajian gambar piktorial adalah:
IX.1.1.1. Proyeksi miring (oblique, cabinet, atau cavalier)
Pada proyeksi ini, tampak depan adalah bentuk dan dimensi sebenarnya, tetapi garis-
garis proyeksi digambarkan miring (umumnya ke arah kanan) terhadap bidang proyeksi.
Proyeksi miring digunakan untuk benda-benda yang tidak memiliki bentuk atau detil pada
sisi atas dan samping. Teknik penggambaran berupa sumbu lebar (x) dan tinggi (z)
membentuk sudut 90⁰, sedangkan sumbu tebal (y), membentuk sudut 30⁰, 45⁰, atau 60⁰
terhadap sumbu x (Gambar 9.1).

Gambar 9.1 Contoh Gambar Proyeksi Miring

Dimensi lebar (sumbu x) dan tinggi (sumbu z) selalu sama dengan dimensi aktual (sama
dengan benda aslinya sesuai skala), sedangkan dimensi tebal (sumbu y) boleh 50%, 75%
atau 100% dimensi aktual. Apabila ada bentuk lingkaran, pada sisi depan digambar
lingkaran sebagaimana bentuk aslinya, sedangkan di sisi atas atau samping digambar
berbentuk elips (Gambar 9.2). Apabila dimensi sumbu Y adalah 100% dimensi aktual,
gambar tersebut disebut cavalier (Gambar 9.3 (a)). Walaupun secara dimensi pada gambar
cavalier adalah tepat sesuai objek asli, efek penglihatan memberikan penggambaran
bentuk yang berbeda. Apabila dimensi sumbu Y adalah 50% atau 75% dimensi aktual,
gambar tersebut disebut cabinet (Gambar 9.3 (b)).

(a) (b)
Gambar 9.2 Contoh Gambar Cavalier (a) dan Cabinet (b) Pada Proyeksi Miring

IX.1.1.2. Proyeksi aksonometri (axonometrics)


Bentuk gambar melalui cara proyeksi aksonometri disebut gambar aksonometri
(axonometric view). Teknik penggambaran berupa proyeksi terhadap suatu objek dengan
perletakan miring sedemikian rupa sehingga ketiga sumbu (x, y, z) dapat dilihat sekaligus.
Menurut Departemen Proyeksi aksonometri dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Proyeksi isometri
Beberapa kriteria untuk menggambarkan objek melalui proyeksi isometri adalah
sebagai berikut:
- Objek gambar dimiringkan sedemikian rupa dengan diagonal tegak lurus dengan bidang
vertikal atau bidang proyeksi.
- Antara sumbu x, y, dan z akan membentuk sudut yang sama sebesar 120⁰ (Gambar 9.3).
- Panjang garis-garis pada masing-masing sumbu mempunyai skala perpendekan yang
sama, yaitu 0.82 : 1

Gambar 9.3 Sudut Sumbu x, y dan z Membentuk Sudut 120

- Panjang garis pada sumbu-sumbu isometri menggambarkan dimensi aktual (Gambar


9.4).
- Prosedur membuat gambar proyeksi isometri melalui penentuan letak sumbu-sumbu
isometri (Gambar 9.5). Gambar benda tersebut sejajar sumbu isometri dengan panjang
sisi 82% dari dimensi aktual.
Gambar 9.4 Cara Pendekatan untuk Gambar Isometrik Lingkaran

Gambar 9.5 Kedudukan Sumbu-Sumbu Simetri

Gambar 9.6 Contoh Penggambaran Objek Melalui Proyeksi Isometri


Tabel 9.1 Tabel Kombinasi Sudut dan Skala Perpendekan Garis
Sudut Proyeksi (⁰) Skala Perpendekan (%)
Cara Proyeksi
α Β Sumbu x Sumbu y Sumbu z
Proyeksi isometri 30 30 82 82 82
15 15 73 73 96
Proyeksi dimetri 35 35 86 86 71
40 10 54 92 92
20 10 64 83 97
30 15 65 86 92
Proyeksi trimetric 30 20 72 83 89
35 25 77 85 83
45 15 65 92 86

b. Proyeksi dimetri
Beberapa kriteria untuk menggambarkan objek melalui proyeksi dimetri adalah sebagai
berikut:
- Objek gambar dibuat miring (Gambar 9.7) sehingga skala perpendekan dua sisi dan dua
sudut terhadap sumbu aktual adalah sama.
- Skala perpendekan pada dua sumbu (misal, x dan y, x dan z, atau y dan z) adalah sama,
sedangkan pada satu sumbu lainnya tidak sama (Tabel 9.1).
- Gambar hasil proyeksi dimetri disebut gambar dimetri (Gambar 9.7).

Gambar 9.7 Contoh Gambar Proyeksi Dimetri

c. Proyeksi trimetri
Beberapa kriteria untuk menggambarkan objek melalui proyeksi trimetri adalah sebagai
berikut:
- Proyeksi aksonometri dimana skala perpendekan ketiga sisi dan ketiga sudutnya tidak
sama (<A  <B  <C dan x  y  z)
- Gambar hasil dari proyeksi trimetri disebut gambar trimetri (Gambar 9.8).

Gambar 9.8 Contoh Gambar Proyeksi Trimetri


IX.1.1.3. Proyeksi perspektif (perspectives)
Proyeksi perspektif menghasilkan gambar paling mendekati objek aktual yang dilihat
oleh mata. Gambar melalui cara proyeksi perspektif disebut gambar perspektif (perspektif
view). Proyeksi ini terhadap suatu objek secara umum tergambar melalui perletakkan
suatu bidang vertikal (bidang proyeksi) di antara mata atau titik penglihatan (Gambar
9.9). Berdasarkan jumlah titik penglihatan (titik hilang/titik perspektif), proyeksi
perspektif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu proyeksi satu titik (perspektif
sejajar), proyeksi dua titik (perspektif sudut), dan proyeksi tiga titik (perspektif miring)
(Gambar 9.10).

Gambar 9.9 Prinsip Dasar Proyeksi Perspektif

Gambar 9.10 Contoh Gambar Proyeksi Perspektif Satu, Dua, dan Tiga Titik

IX.1.2. Proyeksi Pandangan Majemuk (Orthogonal)

Bentuk yang rumit ternyata sulit untuk diinformasikan dengan gambar tiga dimensi,
misalnya bagian-bagian yang terhalang atau gambar sebuah ulir. Dengan alasan tersebut,
gambar kerja pada umumnya digambar melalui proyeksi ortogonal (gambar dua dimensi).
Metode pandanga majemuk bertujuan untuk mengkomunikan aspek-aspek teknik dari
gambar secara lengkap dan detil, dari bentuk, dimensi, standar fungsional, hingga standar
bahan.
Prinsip proyeksi ortogonal membayangkan benda tiga dimensi diproyeksikan pada
bidang-bidang yang saling tegak lurus (ortogonal) sehingga menghasilkan gambar dua
dimensi yang disebut pandangan (tampak). Kemudian, bidang-bidang yang saling tegak
lurus tersebut dibentangkan menjadi bidang datar. Bidang datar tersebut disebut bidang
gambar berdasarkan aturan standar internasional.

Gambar 9.11 Enam Pandangan (Tampak) Pada Satu Benda Objek


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

Susunan gambar proyeksi ortogonal dalam satu penyajian di media gambar (kertas
gambar) disebut juga gambar komposisi. Gambar komposisi harus menginformasikan
dimensi benda atau objek. Pada gambar teknik bangunan, satuan terukur adalah
sentimeter (cm). Apabila dilengkapi dengan berbagai spesifikasi bahan atau objek, gambar
proyeksi tersebut dinamakan gambar kerja. Penyajian gambar komposisi biasanya terdiri
dari tiga pandangan (dari 6 sisi objek), yaitu pandangan depan, samping (kiri atau kanan),
atas, atau bawah (Gambar 9.11). Penentuan pandangan depan sangat penting dalam
gambar teknik. Pandangan depan adalah pandangan utama dalam memberikan informasi
yang paling dominan untuk menvisualisasikan gambar aktual dari objek gambar. Dalam
penggambaran pandangan atau tampak, jenis garis merupakan elemen penting untuk
mendeskripsikan detil gambar. Garis-garis gambar (garis nyata) yang terlihat langsung oleh
pandangan harus digambar dengan garis kontinu, sedangkan garis gambar yang tidak
terlihat langsung atau tersembunyi harus digambar dengan garis terputus (Gambar 9.12).
Gambar 9.12 Penggambaran garis pada Proyeksi Pandangan Majemuk

Berdasarkan arah proyeksi, atau pola penyusunan gambar dari masing-masing kuadran
pada kertas gambar (Gambar 9.13), proyeksi pandangan majemuk terbagi menjadi dua
macam proyeksi:
a. Proyeksi kuadran pertama atau Sistem Eropa (Gambar 9.14).
b. Proyeksi kuadran ketiga atau Sistem Amerika (Gambar 9.14).

Gambar 9.13 Kuadran pada Kertas Gambar

(a) (b)

Gambar 9.14 Proyeksi Sistem Eropa (a) dan Proyeksi Sistem Amerika (b)
IX.1.2.1. Kuadran Pertama (Proyeksi Sistem Eropa)
Proyeksi sistem Eropa dikatakan kuadran pertama karena objek seakan-akan diletakkan
di kuadran pertama koordinat bidang proyeksi. Langkah-langkah untuk mengambar objek
melalui sistem ini adalah sebagai berikut:
- Contoh objek untuk diproyeksikan tersaji pada Gambar 9.15. Anak panah dan huruf
menunjukkan arah pandang untuk masing-masing sisi.

Gambar 9.15 Contoh Objek Sebelum Proyeksi

- Objek tersebut diimajinasikan tertutup dengan 6 lembar kertas sebagai bidang


proyeksi.
- Masing-masing proyeksi digambarkan pada bidang kertas di belakang objek (Gambar
9.16).

Gambar 9.16 Penggambaran Bidang Objek pada Bidang Imajiner Kertas Pada Proyeksi Sistem Eropa

- Dengan demikian, urutan proyeksi sistem Eropa yaitu mata – objek – bidang proyeksi.
- Enam lembar bidang proyeksi dibuka ke arah belakang dan menghasilkan Gambar 9.17.
Gambar 9.17 Bidang Proyeksi Saat Pembukaan Bidang Imajiner Kertas Pada Proyeksi Sistem Eropa

- Hasil proyeksi disusun pada lembar kerja seperti Gambar 9.18.

Gambar 9.18 Hasil Proyeksi Sistem Eropa Melalui Penampakan Setiap Bidang Objek

IX.1.2.2. Kuadran Ketiga (Proyeksi Sistem Amerika)


Proyeksi sistem Amerika dikatakan kuadran ketiga karena objek seakan-akan diletakkan
di kuadran ketiga koordinat bidang proyeksi. Langkah-langkah untuk mengambar objek
melalui sistem ini adalah sebagai berikut:
- Contoh objek untuk diproyeksikan tersaji pada Gambar 9.15. Anak panah dan huruf
menunjukkan arah pandang untuk masing-masing sisi.
- Objek tersebut diimajinasikan tertutup dengan 6 lembar kertas sebagai bidang
proyeksi.
- Masing-masing proyeksi digambarkan pada bidang kertas transparan sebagai bidang
proyeksi (Gambar 9.19).
Gambar 9.19 Penggambaran Bidang Objek pada Bidang Imajiner Kertas Pada Proyeksi Sistem
Amerika

- Dengan demikian, urutan proyeksi sistem Eropa yaitu mata – bidang proyeksi - objek.
- Enam lembar bidang proyeksi dibuka ke arah belakang dan menghasilkan Gambar 9.20.
- Hasil proyeksi disusun pada lembar kerja seperti Gambar 9.21.

Gambar 9.20 Penggambaran Bidang Proyeksi Saat Pembukaan Bidang Imajiner Kertas Pada Proyeksi
Sistem Amerika
Gambar 9.21 Hasil Proyeksi Sistem Amerika Melalui Penampakan Setiap Bidang Objek

IX.2. Tugas 1:

Buatlah gambar proyeksi perspektif dari objek di bawah ini menggunakan jenis
perspektif satu titik, dua titik, dan tiga titik.

IX.3. Tugas 2:

Buatlah gambar proyeksi pandangan majemuk untuk gambar objek di bawah ini dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Mahasiswa dengan NIM ganjil memilih objek gambar nomor ganjil. Sebaliknya,
mahasiswa dengan NIM genap memilih objek gambar nomor genap.
- Setiap mahasiswa diwajibkan memilih empat gambar dari enam alternatif gambar.
- Teknik penggambaran dilakukan di kertas A3 dengan aturan kepala gambar serupa
dengan tugas terdahulu.
- Skala ditentukan bebas dengan memperhatikan proporsional gambar.
- Teknik penggambaran menggunakan jenis pensil sesuai dengan kaidah jenis garis pada
penjelasan terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai