Anda di halaman 1dari 6

INFILTRASI DAN KURVA KAPASITAS INFILTRASI MENURUT

MODEL HORTON
Fachrunnisa Bagraff1, Farrah Annisa Balqis1, Fauzan Fadhlurrahman1, Fauzan Raflynur
Ananda1

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


Institut Pertanian Bogor
Jln Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680

PENDAHULUAN
Banyak macam pengertian infiltrasi. Secara sederhana infiltrasi adalah proses
masuknya air ke dalam tanah. Sedangkan menurut para ahli, seperti Asdak (2010), infiltrasi
adalah proses aliran air (umumnya bersalah dari curah hujan) masuk kedalam tanah, Arsyad
(2010), infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tidak
mesti) melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air maka infiltrasi akan bergerak
terus ke bawah yaitu kedalam profil tanah yang disebut sebagai perkolasi. Dan menurut
Jury dan Horton (2004), infiltrasi merupakan suatu proses masuknya air kedalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal,
yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah.
Proses infiltrasi dapat diukur dengan menggunakan alat infiltrometer. Infiltrometer
merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter besar (atau suatau batas kedap
air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah. Ada dua bentuk ring infiltrometer,
yaitu single ring infiltrometer dengan diameter 10-50 cm dan double ring infiltrometer
dengan diameter ring dalam sebesar 10-20 cm dan ring luar sebesar 50 cm.. Pada dasarnya
tidak ada perbedaan antara single ring infiltrometer dan double. Hanya saja yang
membedakan kedua alat tersebut adalah pendekatanya dimana untuk double ring
infiltrometer, ring bagian luar bertujuan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah agar
air tidak dapat menyebar secara lateral di bawah permukaan tanah. Penggunaan double ring
infiltrometer, lingkaran luar digunakan sebagai penyangga dan untuk mencegah peresapan
keluar dari air dalam lingkaran tengah setelah meresap ke dalam tanah sedangkan ring
dalam befungsi sebagai ring pengukur (David et all. 2016).
Pada praktikum kali ini, digunakan program aplikasi MS Excel dengan memasukkan
rumus-rumus yang berbeda untuk setiap aspeknya. Praktikum dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 14 Oktober 2020 melalui Zoom Meeting. Data yang digunakan adalah data
double ring infiltrometer.
HASIL ANALISIS DATA
Perhitungan laju infiltrasi dengan metode double ring dilakukan untuk
membandingkan laju infiltrasi yang terjadi di lapangan dengan laju infiltrasi hasil
persamaan Horton. Data awal yang digunakan berupa nilai kapasitas infiltrasi dalam
cm/menit serta waktu dalam menit. Kedua data tersebut dibutuhkan untuk menghitung nilai
laju infiltrasi dengan persamaan Horton. Nilai fc ialah sebesar 1.7 cm/menit. Nilai fc
tersebut didapat berdasarkan nilai laju infiltrasi yang konstan.
Setelah itu dihitung nilai logaritma dari selisih antara laju infiltrasi awal (fo) dan
laju infiltrasi konstan (fc). Nilai laju infiltrasi model dihitung dengan persamaan Horton
berikut :

Tabel 1 Perhitungan parameter infiltrasi


Waktu (menit) t 0.00 10.00 20.00 30.00 50.00 80.00 120.00 150.00 200.00

Kapasitas Infiltrasi (cm/menit) fo 7.50 5.50 4.60 4.10 3.75 3.00 2.40 1.70 1.70

fo - fc 5.80 3.80 2.90 2.40 2.05 1.30 0.70 0.00 0.00

log(fo - fc) 0.76 0.58 0.46 0.38 0.31 0.11 -0.15

f (cm/menit), model 7.50 6.61 5.86 5.22 4.23 3.24 2.49 2.18 1.91
Nilai m untuk perhitungan Horton didapat dari kemiringan garis log(fo-fc) terhadap
waktu. Garis log(fo – fc) ditampilkan dalam grafik1 berikut. Selanjutnya, nilai m yang telah
didapat akan digunakan dalam menentukan nilai k. Nilai k yang didapat ialah sebesar 0,02.

Grafik 1 Garis log(fo – fc) terhadap waktu.

Semua data yang telah didapat, mencakup nilai laju infiltrasi awal, laju infiltrasi
konstan, m, serta k dirangkum dalam tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Data perhitungan Horton


fc 1.70
fo 7.50
m -138.70
k 0.02

Setelah besar laju infiltrasi model dengan perhitungan Horton didapat, dibuat grafik
untuk membandingkan laju infiltrasi sebenarnya yang terjadi di lapangan dan laju infiltrasi
berdasarkan perhitungan Horton.
Grafik 2 Kurva fitting persamaan model Horton.

Kurva laju infiltrasi yang terjadi di lapangan dengan kurva laju infiltrasi
berdasarkan perhitungan Horton hampir menyerupai antara satu sama lain. Selanjutnya
akan dihitung besar volume infiltrasi pada areal 2 Ha selama 1 jam atau 60 menit
berdasarkan data pada Tabel 1.

( fo−fc )
V ( t ) =fc . t+ ( 1−e− Kt )
K

(7,5−1,7 )
V ( t ) =1,7(60)+ ( 1−2,178−0,02(1 ) )
0,02

V ( t ) =102+ 290 ( 0,0198 )

V ( t ) =107,742cm

V ( t ) =1,0742m

Jumlah tinggi air selama 1 jam sebesar 0,07442 m. Selanjutnya akan dihitung
volume air infiltrasi pada areal 2 Ha selama 1 jam.

V =1,0742 ( 20000 m 3 )

V =2154840m 3

Maka, besar volume infiltrasi pada areal 2 Ha selama 1 jam ialah sebesar 1488,4 m3.
PEMBAHASAN
Proses infiltrasi merupakan salah satu proses penting dalam siklus hidrologi karena
infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang meresap dan masuk ke dalam tanah secara
langsung. Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan, air irigasi atau yang
lain dari permukaan tanah ke dalam tanah. Pemahaman mengenai proses infiltrasi dan
besarnya laju infiltrasi yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat
diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih
efektif (Asdak 2010). Dalam perencanaan pengelolaan sumber daya air, infiltrasi
merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu sebelum upaya berikutnya
dilakukan, terlebih lagi perubahan tata guna lahan yang terjadi pada saat ini, akan sangat
mempengaruhi besarnya laju infiltrasi yang terjadi (Indarwati et al. 2014).
Double ring infiltration atau yang dikenal sebagai infiltrometer merupakan suatu
alat untuk mengukur laju infitrasi pada tanah. Alat ini berupa cincin ganda yang dilakukan
langsung di lapangan dengan cara menekan ke dalam permukaan tanah sedalam 10-15 cm
(Utomo 2020). setelah ditancap, kedua cincin diisi air hingga batas penuh mengamati
penurunan tinggi muka air pada cincin dalam dan cincin antara infiltrometer pada selang
waktu tertentu hingga penurunan tinggi muka air konstan (Madjowa 2017).
Data sekunder kapasitas infiltrasi diolah dengan laju penurunan dalam satuan
cm/menit. Diperoleh data laju infiltrasi konstan sebesar 1.70 cm/menit. Selain itu, diperoleh
grafik fo-fc dengan gradien -138.7. Dengan menggunakan persamaan Horton seperti yang
terlampir di bagian analisis data diperoleh kapasitasi infiltrasi model lapangan setiap t
dalam satuan menit. Kapasitas infiltrasi model tersebut kemudian dibuat grafik untuk
dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi perhitungan Horton dan apabila dilihat pada
grafik, hampir sama. Adanya sedikit perbedaan dapat disebabkan beberapa faktor kesalahan
di lapangan saat proses pengukuran berlangsung. Selanjutnya laju infiltrasi tersebut di
digunakan untuk mencari volume di lahan seluas 2 Ha selama 1 jam atau 60 menit
didapatkan volume sebesar 2154840 m3.

SIMPULAN
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu waktu dan kapasitas
infiltrasinya. Perhitungan laju infiltrasi dengan metode double ring untuk membandingkan
laju infiltrasi yang terjadi sebenarnya dengan laju infiltrasi hasil persamaan Horton. Pada
model persamaan Horton didapat besar laju infiltrasi yaitu 2,18 cm/menit dan 1,91
cm/menit.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
David M, Fauzi M, dan Sandhyavitri A. 2016. Analisis laju infiltrasi pada tutupan lahan
perkebunan dan hutan tanam industry (HTI) di daerah aliran sungai (DAS) Siak.
Jurnal FTEKNIK. 3(2): 1-12
Indarwati D, Suhardjono, Harisuseno D. 2014. Studi analisis spasial infiltrasi di DAS Kali
Bodo Kabupaten Malang. Jurnal Teknik Pengairan. 5(1): 61-67.
Madjowa NF. 2017. Fungsi ekologi sebagai penyerap limpasan air hujan pada taman kota.
Jurnal Fraktal. 2(2) : 41-50.
Utomo AP. 2020. Laju infiltrasi dan runoff Kelurahan Rangga Mekar, Kecamatan Bogor
Selatan, Kota Bogor. Journal of Geoscience Engineering and Energy. 1(2) : 117-128.

Anda mungkin juga menyukai