Anda di halaman 1dari 42

1

PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN
NGEMPON 01 KELAS IV

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh
TIA NURLITA PRASETYA
NIM. 857705009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020
2

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pengalaman belajar di lingkungan yang

berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan

individu. Pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan

keterampilan yang diperlukan. Oleh sebab itu, pendidikan mempunyai peranan

penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu

cirinya adalah dimilikinya kemampuan kritis.

Bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi manusia. Fungsi bahasa

pada umumnya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat

menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi kepada orang lain baik secara

lisan maupun tulisan.

Ternyata bahasa Indonesia juga digunakan dalam pengembangan

kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga

perkembangannya harus dipelajari lebih dalam. Itu sebabnya sejak lama

pelajaran Bahasa Indonesia selalu dimasukkan dalam salah satu pelajaran wajib

di sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia harus

mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan membaca,

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis

secara terpadu.5 Sayangnya, Indonesia ternyata merupakan salah satu negara

berkembang dengan minat baca masyarakatnya yang masih rendah. Situasi

tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei sebagaimana dimuat pada tulisan

Siswati berjudul “Minat Membaca Pada Mahasiswa” dalam Jurnal Psikologi

Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010. Di antaranya survei Internasional


3

Associations for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) pada tahun

1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV

Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat

di atas Venezuella. Riset International Association for Evaluation of Educational

Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan

membaca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49

negara yang disurvei. Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula

kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah (nilai

51,7). Nilai tersebut di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura

(74,0). Tahun 1998-2001 hasil suvei IAEEA dari 35 negara, menginformasikan

kemampuan baca siswa Indonesia berada pada urutan yang terakhir. Publikasi

IAEEA tanggal 28 November 2007 tentang minat baca dari empat puluh satu

negara menginformasikan kemampuan membaca siswa Indonesia selevel dengan

negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan.

Sedangkan BPS tahun 2006 mempublikasikan, membaca bagi masyarakat

Indonesia belum dijadikan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi.

Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan mendengarkan radio

(40,3%) daripada membaca (23,5%). 5 Siti Sahara dkk. Keterampilan Berbahasa

Indonesia. FITK Prss. 2009. h.1 3 Menurut Ketua Center for Social Marketing

(CSM), Yanti Sugarda, berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh

Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006,

yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada

posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu
4

lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan. Kompas (Kamis, 18

Juni 2009) menyatakan bahwa budaya baca masyarakat Indonesia menempati

posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang

dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi (OECD), kata Kepala

Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar

“Libraries and Democracy” yang digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK)

Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia

mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta

huruf. Fakta-fakta di atas sangat memprihatinkan bukan? Bagaimana tidak,

minat baca bangsa kita ternyata paling rendah di ASEAN dan paling rendah dari

52 negara di kawasan Asia Timur, padahal masalah minat membaca merupakan

persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Menurut Wigfield dan Guthrie6

(1997), anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi

tinggi di sekolah. Sebaliknya, anak-anak SD yang memiliki minat membaca

rendah akan rendah pula prestasi belajarnya. Pertanyaannya kemudian, apa yang

salah dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga tidak dapat meningkatkan

minat baca peserta didik? Mungkin benar pendapat Amir7 yang mengatakan

bahwa pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered)

sudah dianggap tradisional dan perlu diubah. Pasalnya, pendekatan yang teacher

centered, dimana proses belajar mengajar berpusat pada pendidik dengan

penekanan pada peliputan dan 6 Wigfield dan Guthrie dalam Soejanto Sandjaja.

Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari


5

Pendekatan Stres Lingkungan. 7 M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui

Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 3-6. 4

penyebaran materi, sementara siswa kurang aktif, sudah tidak memadai untuk

tuntutan era pengetahuan ini. Belakangan ini, semakin banyak pengelola institusi

yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

(learner centered). Pasalnya, para siswa membutuhkan pendekatan yang dapat

memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang

mereka butuhkan seperti kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal, serta

kecakapan beradaptasi dengan baik. Adapun gambaran dari perbedaan teacher

centered dan learner centered, menurut Amir (2009: 3-6), adalah sebagai berikut.

Teacher Centered Learner Centered Berpusat pada pengajar. Berpusat pada

siswa. Pengetahuan dipindahkan dari pengajar ke siswa. Siswa membangun

pengetahuan. Siswa menerima informasi secara pasif. Siswa terlibat secara aktif.

Belajar dan penilaian adalah hal yang terpisah. -Belajar dan penilaian adalah hal

sangat terkait. -Budaya belajar adalah kooperatif, kolaboratif, dan saling

mendukung. Penekanan pada pengetahuan di luar konteks aplikasinya.

Penekanan pada penguasaan dan penggunaan pengetahuan yang merefleksikan

isi baru dan lama serta menyelesaikan masalah konteks kehidupan nyata.

Pengajar perannya sebagai pemberi informasi dan penilai. Pengajar sebagai

pendorong dan pemberi fasilitas pembelajaran. Fokus pada satu bidang disiplin.

-Pengajar dan siswa 5 mengevaluasi pembelajaran bersama-sama. -Pendekatan

pada integrasi antardisiplin. Dari perbedaan di atas, kita dapat menyimpulkan

bahwa pendekatan yang berpusat pada pendidik itu memang punya banyak
6

kelemahan, di antaranya kurangnya kecenderungan siswa untuk tetap belajar8 .

Meskipun kita tahu persis bahwa para pendidik dan siswa sangat familiar dengan

paradigma tradisional di mana kita mengidentifikasi isi materi yang akan kita

pelajari. Kita menggunakan isi materi itu dalam proses belajar, tugas bacaan,

menghadirkan audiovisual atau kombinasinya. Sementara itu, pendekatan yang

berpusat pada siswa, kelihatannya mampu menutupi kelemahan-kelemahan tadi.

Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan

pembelajaran learning centered dan yang memberdayakan pembelajaran adalah

metode pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Dalam

Rusman 9 , Moffit mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensi dari materi pelajaran. Ada tiga hal penting yang penulis

simpulkan dari paparan di atas. Pertama, Bahasa Indonesia adalah bahasa

nasional dan bahasa persatuan. Kedua, rendahnya minat baca siswa SD/MI.

Ketiga, ada hipotesis yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

adalah model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat baca siswa

SD/MI. Hal ini disebabkan PBM merupakan model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode

ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari 8 Hamzah B. Uno. Perencanaan

Pembelajaran. Bumi Aksara. 2010. h. 21. 9 Rusman. Model-Model

Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja


7

Grafindo Perkasa. 2007. h. 241. 6 pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan

masalah.

Permasalahan tersebut juga dialami di SDN Ngempon 01 Kecamatan

Bergas, Kabupaten Semarang. Hasil wawancara dengan guru kelas III bahwa

masih banyak siswa yang belum memiliki keterampilan memahami unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik pada suatu teks bacaan. Pada Tahun Pelajaran

2019/2020, hasil ulangan hariaan Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa dari 38

siswa kelas III di SDN Ngempon 01 Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang

yang berhasil mencapai dan melampaui KKM  Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

hanya 14 siswa atau 37 %, sedangkan yang belum dapat melampaui KKM

sebanyak 24 siswa atau 63%. KKM ulangan harian pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah ≥ 60 dengan ketuntasan klasikal ≥

65. Siswa yang belum dapat mencapai KKM ini menyebabkan guru harus

melakukan pembelajaran remedial secara klasikal. Dari hasil pengamatan dan tes

hasil belajar siswa masih kesulitan dalm memahami unsur instrinsik dan

ekstrinsik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul PENINGKATAN MINAT BACA

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN NGEMPON 01 KELAS IV


8

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut

. 1. Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat

membosankan.

2. Adanya fakta yang menunjukkan rendahnya minat baca anak Indonesia.

3. Monotonnya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode yang kurang

mendorong kemampuan membaca anak sehingga berdampak pada kurangnya

minat baca siswa.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan peningkatan minat baca siswa kelas V melalui penerapan

pembelajaran berbasis masalah pada bidang studi Bahasa Indonesia di SDN

Ngempon 01 Kelas IV

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Pertama,

manfaat bagi siswa. Penelitian ini akan memperkenalkan kepada siswa sebuah

pendekatan pembelajaran baru yang dapat memberikan bekal kompetensi,

pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang mereka butuhkan seperti

kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal, serta kecakapan beradaptasi


9

dengan baik. Kedua, manfaat bagi guru. Penelitian ini akan memberikan

beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan inspirasi kegiatan

menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 2.

Membuktikan pencapaian keterampilan berbahasa membaca yang dapat dicapai

dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Meningkatkan efektivitas

pembelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, manfaat bagi sekolah. Sekolah akan

mempunyai lulusan yang berprestasi disebabkan tingginya minat baca

mereka.Penelitian ini memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian pengembangan ini diharapkan mampu memberikan

manfaat dalam minat baca pada siswa sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

Penelitian ini akan memperkenalkan kepada siswa 8 sebuah pendekatan

pembelajaran baru yang dapat memberikan bekal kompetensi, pengetahuan,

dan serangkaian kecakapan yang mereka butuhkan seperti kecakapan

berpikir, kecakapan interpersonal, serta kecakapan beradaptasi dengan baik

b. Bagi Guru

1. Memberikan inspirasi kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.


10

2. Membuktikan pencapaian keterampilan berbahasa membaca yang dapat dicapai

dengan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, manfaat bagi

sekolah. Sekolah akan mempunyai lulusan yang berprestasi disebabkan tingginya

minat baca mereka.

c. Bagi Penulis

1) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kevalidan dan kepraktisan

minat baca pada siswa sekolah dasar

2) Untuk menghasilkan cara mengembangkan minat baca untuk siswa kelas

IV sekolah dasar.

E. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah dalam 4 fokus yang saling

berkaitan.

1. Minat baca yang dimaksud ialah memberikan dorongan atau kekuatan kepada anak

untuk merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga mereka

melakukan aktivitas membaca tersebut dengan kemauan sendiri.

2. Pembelajaran berbasis masalah yang dimaksud yakni salah satu pendekatan

pembelajaran yang digunakan untuk merangsang tingkat berpikir siswa, sehingga siswa

diharapkan dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskannya untuk

mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah.

3. Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dimaksud ialah materi wacana inspiratif dengan

Standar Kompetensi “Membaca: Memahami teks dengan membaca 7 sekilas, membaca


11

memindai, dan membaca cerita anak” dan Kompetensi Dasar “Menemukan informasi

secara cepat dari berbagai teks khusus (kamus, buku petunjuk telepon, jadwal

perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll) yang dilakukan melalui membaca

memindai”.

4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas IV SDN Ngempon 01 Semester Ganjil

Tahun Ajaran 2020/2021. Keempat poin tersebut dapat diuraikan menjadi sebagai

berikut. Minat bersifat fundamental dalam membentuk kebiasaan atau kegemaran

seseorang terhadap sesuatu. Karena itu, kebiasaan atau kegemaran membaca sangat

bergantung dengan minat baca seseorang. Sementara itu, rendahnya minat baca di

kalangan siswa berkaitan erat dengan metode pengajaran yang dipakai di kelas. Metode

pembelajaran berbasis masalah dirasa tepat untuk meningkatkan minat baca siswa

karena melalui metode ini siswa dipicu untuk membaca lebih banyak dan mencari

sumber bacaan yang sesuai dengan tema yang diberikan. Dengan demikian aplikasi

penerapan metode pembelajaran berbasis masalah ini akan sangat cocok dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

F. KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan pada penelaahan yang telah dilakukan penelitian penelitian

yang membahas mengenai pengaruh kreativitas guru dalam mengembangkan

bahan ajar, ditemukan beberapa penelitian yang relevan

diantaranya yaitu pada penelitian skripsi yang dilakukan oleh Lailatul

Maghfiroh Mahasiswa Universitas Negeri Malang (2010), dengan judul

skripsinya “Pengembanagn Bahan Ajar Memahami Cerpen dengan Adaptasi

Strategi SQ3R “.Produk yang dikembangkan merupakan bahan ajar berbentuk


12

buku yang mencakup kompetensi dasar menganalisis keterkaitan unsur intrinsik

cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitiannya menunjukkan dalam mengembangan bahan ajar,

produk akhir bahan ajar yang dikembangkan adalah menghasilkan isi materi

bahan ajar berupa materi, contoh, dan penugasan memahami cerpen guru

mengidentifikasi. Produk yang dikembangkan merupakan bahan ajar berbentuk

buku yang mencakup kompetensi dasar menganalisis keterkaitan unsur intrinsik

cerpen dengan kehidupan sehari-hari

Guru juga mempertimbangkan potensi peserta didik, tingkat

perkembangan peserta didik, dan relevansi dengan kebutuhan peserta didik.

Cara guru memilih dan mengadaptasi bahan ajar yang ada, sesuai dengan

kurikulum, standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang melatarbelakangi

guru untuk mengembangkan bahan ajar terutama yang berhubungan dengan

pembuatan bahan ajar baru adalah inovasi dan kesesuaian dengan tingkat

kesulitan dan kemudahan siswa, termasuk kesesuaian juga dengan materi.

G. Landasan Teori

1. Minat

Pengertian Minat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi1 , minat yaitu

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hurlock2 mengartikan

minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa

yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya.

Sementara itu, Meichati3 mengartikan minat adalah perhatian yang kuat,


13

intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melalukan

suatu aktivitas. Pendapat lain diungkapkan oleh Crow and Crow yang

menyatakan bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang

mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,

benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh

kegiatan itu sendiri4 . Winkel menyatakan bahwa minat adalah

kecenderungan yang agak menetap dam subjek merasa tertarik pada bidang

atau hal tertentu serta merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut5 .

Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi

dalam kegiatan itu. Minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif,

dan reaksi emosional Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsimi

Arikunto, minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu

masalah atau situasi yang 1 Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (

edisi ketiga ). Jakarta : Balai Pustaka. 2001. h.1 2 Elizabeth B. Hurlock.

Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1999. h. 114. 3 Meichati

dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat

Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no. 8

tahun 2011). 4 Crow and Crow dalam Wijaya Kusumah. Apakah Minat Itu.

(http://edukasi. kompasiana.com/2009/12/16/ apakah-minat-itu yang diakses

tanggal 6 Desember 2012 pukul 19.30 WIB). 5 Dwi Sunar Prasetyono.

Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jakarta:

Think. 2008. h. 51. 10 mengandung kaitan dengan dirinya. Tanpa kesadaran

seseorang pada suatu obyek, maka individu tidak akan pernah mempunyai
14

minat terhadap sesuatu. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih

dan melakukan aktivitas dibandingkan aktivitas yang lain karena ada

perhatian, rasa senang, dan pengalaman. Jadi, seseorang dikatakan berminat

apabila pada dirinya ada kecenderungan untuk memilih dan melakukan

sesuatu dibandingkan dengan hal lainnya disebabkan adanya perhatian, rasa

senang, dan pengalaman.

2. Membaca

Menurut Nurjamal13, pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membina

siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam

menjalani kehidupan. Jadi, suatu proses pendidikan dan pembelajaran

dikatakan berhasil apabila para peserta didik memperoleh perubahan ke arah

yang lebih baik dalam penambahan pengetahuan, perubahan penguasaan

keterampilan, dan perubahan positif menuju pendewasaan sikap perilaku.

Demikian juga dengan pembelajaran bahasa. Pendidikan atau pembelajaran

bahasa harus mampu meningkatkan kemampuan siswa yang 13 Nurjamal

dkk. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Alfabeta. 2011. h. 2. 14 meliputi

ketiga aspek utama ranah pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan

bahasa-berbahasa, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan membangun

sikap positif serta santun berbahasa. Membaca itu termasuk salah satu dari

keempat keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa

ini pada kenyataannya berkaitan erat satu sama lain. Artinya, aspek yang
15

satu berhubungan erat dan memerlukan keterlibatan aspek yang lain. Karena

hubungan yang sangat erat itulah, maka keempat aspek keterampilan

berbahasa itu lazim disebut catur tunggal keterampilan berbahasa atau empat

serangkai keterampilan berbahasa. Keterampilan membaca merupakan

keterampilan-keterampilan dasar bagi siswa yang harus dikuasai untuk dapat

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Membaca merupakan proses yang

tidak saja melibatkan kegiatan melihat, mengeja huruf saja, namun suatu

proses memahami, mengingat dan menganalisa makna atau arti apa yang

terkandung dalam bacaan yang sedang dibaca. Membaca, sebagaimana

ditulis Cahyani14, adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui

media kata-kata atau bahasa tulis. Selain itu, membaca dapat pula diartikan

sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri

kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu

mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada

lambanglambang tertulis. Juel15 mengartikan bahwa membaca adalah proses

untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur

bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat

intisari dari bacaan.

3. Minat Baca
Berdasarkan definisi dari minat dan membaca di atas, barulah kita dapat
menyimpulkan apa itu minat baca. Melling Simanjuntak dalam Jurnal Visi
Pustaka Vol. 13 No. 3 Desember 2011 menyatakan bahwa minat baca adalah
16

keinginan membaca atas dorongan dari dalam diri sendiri. Minat baca
membatasi maknanya sendiri pada “voluntary reading.” Sukarela.
Membaca demi membaca.

Secara operasional Lilawati21 mengartikan minat membaca anak


adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan
senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk
membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi
kesenangan membaca kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi
membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak.
Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk
memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca
sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri.
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca
dan kesadaran akan manfaat membaca.
Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih
kecil sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan
sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diperoleh dari
lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan
dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak.
Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam
kehidupan anak, setelah itu baru guru di sekolah, teman sebaya dan
masyarakat.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran25.
Ibrahim dan Nur dalam Rusman26 mengemukakan bahwa
17

pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan


pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di
dalamnya belajar bagaimana belajar.
Dalam Rusman27, Moffit mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Menurut Barrows28, model pembelajaran berbasis masalah memiliki


sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang
lainnya yaitu 1) pembelajaran bersifat student centered, 2) pembelajaran
terjadi pada kelompok-kelompok kecil, 3) guru berperan sebagai fasilitator
dan moderator, 4) masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk
mengembangkan keterampilan problem solving, 5) informasi-informasi baru
diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).
Amir29 mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
1). Pembelajaran dimulai dengan mendesain masalah.
2). Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata.
3). Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.
4). Siswa mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait
dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.
5).Pendidik lebih banyak memfasilitasi.
6).Pendidik merancang sebuah masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang
sumber bacaan tambahan serta berbagai arahan dan saran yang diperlukan
saat siswa menjalankan proses.
Selanjutnya Heller mengemukakan bahwa keberhasilan pendekatan
PBL tergantung pada dua faktor, yaitu: (1) jenis masalah yang
18

dikonfrontasikan kepada siswa yaitu masalah yang menuntut pemecahan


berdasarkan PBL, serta (2) formasi dan kebermanfaatan fungsi kelompok
kooperatif untuk memaksimalkan aktivitas dan partisipasi siswa secara
keseluruhan.
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Definisi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa menurut Rohmadi (2011: 9) adalah alat berkomunikasi

dalam kehidupan manusia. Menurut Faisal, dkk (2009: 1.4) bahwa

bentuk dasar dari Bahasa adalah ujaran. Namun tidak semua ujaran yang

dihasilkan alat ucap manusia dikatakan ujaran,ujaran manusia dapat

dikatakan bahasa jika ujaran itu mengandung makna atau apabila dua

orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu

memiliki arti yang serupa. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut,

dapat disimpulkan bahasa Indonesia merupakan alat berkomunikasi

berupa ujaran yang digunakan oleh orang-orang yang berasal dari negara

Indonesia.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari empat

keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca disebut

keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis

disebut keterampilan produktif. Keempat keterampilan ini selanjutnya

menjadi tujuan dari pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah sekolah,

termasuk di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


19

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP:317).

Menurut Susanto (2013), tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia

di SD antara lain agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya

sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan

kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran. Bahasa Indonesia antara lain agar

siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk

meningkatkan keperibadian, mempertajam kekuasaan, dan memperluas

wawasan. Keterampilan berbicara juga bertujuan melatih keterampilan

berbicara, membaca, dan menulis.

H. METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sementara itu,
menurut Sugiyono1, metode penelitian pendidikan adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,
dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
dalam bidang pendidikan.

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
20

Ngempon 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran


2020/2021

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas atau classroom action research, menurut Kunandar2,
yaitu penelitian tindakan yang dilakukan oleh pendidik sekaligus sebagai
peneliti di kelasnya atau di sekolah tempat dia mengajar atau bersama-sama
dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan,
mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara
kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan
tertentu dalam suatu siklus.
Penelitian tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian tindakan berbeda dengan

penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun


teori yang bersifat umum (general). Penelitian tindakan lebih bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi (dijadikan bersifat umum). Namun demikian hasil penelitian
tindakan dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang
mirip dengan yang dimiliki peneliti.
Dalam PTK, siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari
penelitian jenis lain, karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus
pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada
dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan
satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum baik masih
ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk
melihat peningkatan minat baca siswa dalam mengikuti mata pelajaran
21

Bahasa Indonesia melalui pembelajaran berbasis masalah. Setiap siklus terdiri


dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau
observasi, dan tahap refleksi. Satu siklus terdiri dari 2 pertemuan. Adapun
rincian tahap dalam satu siklus sebagaimana dikatakan Kunandar 3 adalah
sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini adalah tahap persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
PTK. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa.
b. Membuat rencana pelaksana pembelajaran.
c. Membuat media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK.
d. Uraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka
pemecahan masalah.
e. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan, dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.

3. Tahap Pengamatan atau Observasi


Pengamatan atau observasi adalah prosedur perekaman data mengenai
proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan
instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan
lugas, termasuk cara perekamannya.

4. Tahap Analisis dan Refleksi


Tahap ini berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
22

pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan


perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya.

C.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa Kelas IV SDN
Ngempon 01 Selatan. Adapun jumlah siswa tersebut sebanyak 39 orang yang
terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Subjek penelitian yang
dipilih adalah keseluruhan populasi siswa pada kelas tersebut.

D.Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Penelitian tindakan kelas menuntut kehadiran peneliti karena
pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, pihak yang melakukan tindakan adalah
peneliti sendiri dengan didampingi oleh kolaborator yakni guru Bahasa
Indonesia.

E.Tahapan Intervensi Tindakan


Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu
menyusun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan intervensi
tindakan di kelas. Tahapan-tahapan tersebut mengikuti tahapan-tahapan yang
ada dalam sebuah siklus PTK.
Akan tetapi, sebelum memasuki tahapan yang terdapat dalam siklus
PTK, peneliti melakukan kegiatan prasiklus. Kegiatan ini berupa pengajuan
angket untuk mengetahui tingkat minat baca siswa. Penyusunan pertanyaan
dalam angket ini berdasarkan pendapat Bimo Walgito dalam Pengantar
Psikologi Umum yang menjelaskan bahwa timbulnya minat itu dikarenakan
adanya perasaan senang atau ada rasa ketertarikan terhadap objek yang
dilihat, rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh, minat dalam diri seseorang dapat diungkapkan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai suatu hal
daripada hal yang lainnya, dan minat dapat dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas tertentu.4.
Bentuk angket yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat minat membaca siswa yaitu berupa pernyataan dengan jawaban SS-S-
KS-TS. Angket disebar 2 kali, yaitu angket pertama berisi 40 butir pernyataan
lalu disebarkan kepada siswa, setelah itu dilakukan uji validitas. Dari uji
validitas tersebut didapat 29 butir pernyataan yang dapat digunakan penelitian
dalam menyebarkan angket ke-2.

Contoh Angket :
No Pernyataan SS S KS TS
1 Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur.
2 Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran
daripada novel
3 Buku cerita petualangan selalu membuat saya
penasaran.
4 Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam
cerita tersebut.
5 Saya merasa senang ketika menyelesaikan
membaca buku bacaan.
6 Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama.
7 Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil
Anwar.
8 Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku.
9 Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk
membaca buku yang saya miliki.
10 Saya suka menabung untuk membeli buku
bacaan.
11 Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah
buku cerita petualangan.
12 Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman.
13 Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label
nama dan sampul plastik.
14 Saya lebih suka membaca daripada bermain.
15 Saya lebih cenderung membaca daripada
menonton televisi setiap malamnya.
16 Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada
mainan.
17 Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan
membaca buku daripada tidur.
18 Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada
novel.
19 Membaca buku cerita lebih menyenangkan
daripada menulis cerita.
20 Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya
selalu memberikan nasihat yang baik.
21 Membaca buku saat santai lebih saya sukai
daripada menonton tv.
22 Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada
Mainan
23 Saya membaca selama 180 menit dalam sehari.
24 Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan
daripada merawat mainan.
25 Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di
internet.
26 Saya senang bergabung dengan kelompok
Membaca
27 Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke
mall.
28 Saya sering meminjam buku di perpustakaan
sekolah.
29 Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP
(Forum Lingkar Pena).

Dalam penelitian ini tindakan pembelajaran yang akan dilakukan


peneliti dibagi dalam beberapa siklus.

1. Tahap Perencanaan
Pertama, peneliti bersama guru berkolaborasi menentukan masalah
yang akan diajukan kepada siswa. Masalah ini harus berhubungan dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang dianggap
menyulitkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru.
Kemudian diketahui bahwa siswa-siswa sangat lemah dalam hal memahami
teks bacaan. Kelemahan ini disebabkan rendahnya minat baca siswa saat
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal, menurut Wigfield dan
Guthrie5, anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah akan rendah
pula prestasi belajarnya.
Karena itu, standar kompetensi yang dipilih adalah standar kompetensi
Membaca dengan rincian “memahami teks dengan membaca sekilas,
membaca memindai, dan membaca cerita anak”. Adapun kompetensi dasar
yang dipilih adalah “menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks
khusus (kamus, buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan
acara, daftar menu, dll.) yang dilakukan melalui membaca memindai”.
Menurut Umri Nuraini dkk6, membaca memindai adalah membaca
yang dilakukan secara cepat. Tujuan membaca memindai adalah untuk
memahami isi bacaan dengan cepat. Jadi, meskipun dilakukan secara cepat,
pembaca memindai tetap harus memahami isi bacaan. Membaca memindai
sering digunakan untuk membaca kamus, jadwal perjalanan, daftar nomor
telepon, daftar isi, indeks, daftar susunan acara, daftar menu, ensiklopedia,
dan tulisan berjalan pada layar televisi.
Karena itu, indikator yang diharapkan adalah sebagai berikut.
a. Siswa dapat membaca teks dengan cepat.

b. Siswa dapat menemukan kata-kata penting dalam wacana dengan


menggunakan kamus.
c. Siswa dapat menyampaikan kembali informasi yang didapat melalui
membaca memindai.
Kedua, setelah mengetahui masalah yang akan disampaikan kepada
siswa, peneliti bersama guru menyiapkan alternatif-alternatif solusi yang akan
dicobakan dalam rangka pemecahan masalah. Alternatif-alternatif itu
diwujudkan dalam bentuk permainan kelompok yang bertujuan
membangkitkan minat baca siswa. Adapun alternatif-alternatif tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Permainan membaca cepat7 dengan menentukan batas waktu tertentu.
Permainan ini bertujuan melatih siswa untuk membaca cepat. Membaca
cepat sangat diperlukan saat siswa hendak mengerjakan soal-soal
berbentuk wacana. Akan tetapi, penilaian atas permainan ini bukan hanya
kecepatan membaca, melainkan juga intonasi dan pelafalan kalimat yang
tepat.
b. Permainan mencari harta karun, yaitu permainan mencari gagasan utama,
definisi sebuah kata, kata berimbuhan, kata sifat, kata ganti, dan hal
penting lainnya dalam wacana. Permainan ini bertujuan melatih siswa
untuk memahami teks bacaan, mengingat kembali apa yang dibaca, dan
mencatat hal- hal penting dalam bacaan. Permainan ini bermanfaat saat
siswa menjawab pertanyaan berdasarkan wacana yang dibaca.
c. Permainan mengisi Teka-Teki Silang, yaitu permainan mencari kata yang
tepat sesuai dengan kalimat yang rumpang. Permainan ini bertujuan
melatih siswa mengasah kemampuan berbahasa dengan memahami
konteks kalimat. Permainan ini berguna bagi siswa untuk memahami
makna tersirat (gramatikal) maupun tersurat (leksikal) dalam sebuah
wacana.
Dalam kaitannya dengan minat, beberapa permainan di atas bertujuan
untuk menghidupkan faktor-faktor personal yang dapat menimbulkan minat
baca siswa. Adapun faktor-faktor personal yang akan dihidupkan adalah
kemampuan membaca, inteligensi (kecerdasan), sikap, dan kebutuhan
psikologis (merasa dihargai).
Ketiga, peneliti dan guru menentukan rencana kerja penelitian
tindakan kelas yang akan dilakukan.

Tabel 1. Rencana Kerja Penelitian Tindakan Kelas

Bulan
No Jenis Kegiatan November Desember Januari Februari Maret
1 Penyusunan
proposal
2 Pelaksanaan
siklus 1
3 Pelaksanaan
siklus 2
4 Tabulasi dan
analisis data
5 Penyusunan
laporan PTK
6 Seminar hasil
PTK
7 Perbaikan
laporan PTK
8 Penjilidan

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Peneliti bersama guru berkolaborasi dalam melaksanakan
pembelajaran yang telah direncanakan, sekaligus melakukan pengamatan baik
pada aktivitas siswa maupun aktivitas guru. Adapun pelaksanaan tindakan
awal dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Guru memaparkan secara singkat perihal wacana, bagaimana “memahami
wacana, mencari gagasan utama dan informasi penting dari sebuah
wacana, serta membaca cepat sebuah wacana” yang selama ini menjadi
masalah bagi siswa.
b. Peneliti memberikan tugas berdasarkan pemaparan singkat yang sudah
diberikannya. Tugasnya berupa permainan kelompok, yaitu Permainan
Membaca Cepat, Permainan Mencari Harta Karun, dan Permainan Mengisi
Teka-Teki Silang (TTS).
c. Peneliti dan guru membagi siswa-siswa di kelas ke dalam beberapa
kelompok. d Setiap kelompok mendapat sebuah wacana (siklus 1) dan kamus
(siklus 2) yang
sama dengan kelompok lainnya. Pada siklus pertama diberikan wacana
yang berisi kisah sukses seorang tokoh yang bersifat inspiratif. Tema ini
sengaja dipilih untuk membangkitkan minat baca siswa. Pada siklus kedua
diberikan beberapa halaman kamus yang nanti akan ditanyakan beberapa
definisi istilah di dalamnya. Hal ini dalam upaya membiasakan peserta
didik membaca kamus.
e. Setiap kelompok menentukan siapa pembaca wacana dalam Permainan
Membaca Cepat, siapa pencari harta karun dalam Permainan Mencari
Harta Karun, dan siapa pemain TTS dalam Permainan Mengisi TTS.
f. Peneliti dan guru memberi waktu untuk tiap kelompok mempersiapkan diri.
Pada pertemuan-pertemuan berikutnya baru diadakan permainan-
permainan tersebut.

3. Tahap Pengamatan atau Observasi


Tindakan pada tahap pengamatan didominasi oleh data-data hasil
pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang
telah disiapkan. Penggunaan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya
perlu diungkap secara rinci dan lugas, termasuk cara perekamannya. Peneliti
bersama guru berkolaborasi dalam mencatat semua kejadian yang terjadi
selama proses pembelajaran untuk digunakan sebagai sumber dan pengolahan
data.
Perwakilan setiap kelompok yang berjumlah tiga orang maju ke depan
secara bergiliran dalam ajang Permainan Membaca Cepat. Pertama-rama
seorang perwakilan kelompok pertama membacakan wacana (siklus 1) dan
beberapa halaman kamus (siklus 2) dalam waktu lima menit.
Peneliti dan guru mencatat sampai mana teks bacaan yang dibaca
dalam waktu lima menit tadi. Selain itu, peneliti dan guru juga mencatat
ketepatan intonasi, kejelasan ucapan atau pelafalan, ketenangan membaca,
dan penguasaan
bacaan. Mereka juga mencatat siapa saja yang aktif mengikuti pembacaan
wacana tadi.
Kemudian seorang anggota kelompok lainnya menjadi pembicara
dalam ajang Permainan Mencari Harta Karun. Setiap kelompok memaparkan
hal-hal penting yang ditemukan dalam wacana yang mereka baca, seperti
gagasan utama, definisi istilah, kata berimbuhan, kata sifat, kata ganti, dan hal
penting lainnya. Setelah itu kelompok peserta mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan bagian-bagian penting tersebut dan kelompok presentasi
wajib menjawabnya dengan benar. Pemenang permainan ini adalah mereka
yang paling banyak memaparkan hal-hal penting yang ditemukan dalam
wacana serta mampu menjawab berbagai pertanyaan peserta diskusi dengan
benar. Sementara itu, peneliti dan guru mencatat ketepatan hal-hal penting
yang dipaparkan kelompok presentasi. Mereka juga mencatat tanya jawab
yang terjadi, kerja sama anggota kelompok, serta keterlibatan siswa lain
dalam diskusi tersebut.
Pada akhirnya perwakilan setiap kelompok yang terdiri dari tiga orang
tadi mengikuti ajang Permainan Mengisi TTS. Peneliti dan guru memberikan
beberapa lembar TTS kosong yang berisi soal yang harus dijawab perwakilan
kelompok dalam waktu lima menit. Mereka yang paling cepat mengisi TTS
dalam jumlah banyak dengan benar akan ditetapkan sebagai pemenang.
Sementara itu, peneliti dan guru mencatat kecepatan dan ketepatan siswa
dalam mengisi TTS. Kelompok tercepat berhak dinilai lebih dahulu hasil
pekerjaannya. Kemudian diikuti kelompok-kelompok lainnya sesuai urutan.
Kecepatan dan ketepatan mengisi TTS ini berguna untuk
membangkitkan insting bahasa siswa dalam memahami makna gramatikal,
yaitu makna yang sesuai dengan konteks kalimat, pada sebuah wacana.
Lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Skor
No Kegiatan Siswa yang Diamati 1 2 3 4 5
I KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Memberikan respon terhadap
pertanyaan atau instruksi yang diberikan
oleh guru.
2. Memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh guru
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A Eksplorasi
1. Ikut serta secara aktif dalam proses
penyelesaian masalah bersama-sama
dengan guru.
2. Mengikuti instruksi-instruksi yang
diberikan oleh guru
B. Elaborasi
1. Aktif bekerja dalam kelompok.
2. Partisipasi siswa dalam memberi
masukan dan saran ketika melakukan
kegiatan penyelesaian masalah dalam
kelompoknya.
3. Kerja sama antar siswa dalam
kelompok ketika menyajikan dan
melaporkan hasil karya atau diskusinya.
4. Memberikan tanggapan dan respon
terhadap penyajian hasil karya kelompok
lainnya.
C Konfirmasi
1. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi,
refleksi, dan evaluasi terhadap hasil
penyelesaian masalah yang telah
dilakukan.
III KEGIATAN PENUTUP
1. Keikutsertaan siswa dalam proses
penarikan kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.

Adapun tahap pengamatan selanjutnya ialah pengamatan/pengukuran


terhadap aktivitas guru/peneliti dalam mengajar. Lembar observasi guru dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

No Kegiatan Guru yang Diamati Skor


1 2 3 4 5
I KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Persiapan ruang, alat, dan media
pembelajaran.
2. Memeriksa kesiapan siswa untuk
belajar.
3. Kegiatan appersepsi yang dilakukan.
4. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
II KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
A Penguasaan Terhadap Materi
Pelajaran
1. Penguasaan materi yang diajarkan.
2. Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan
sebelum pemberian materi pelajaran.
3. Penjelasan materi pelajaran kepada
siswa secara rinci.
4. Mengaitkan materi pelajaran dengan
realitas kehidupan.
5. Pengajuan masalah aktual dan
terkini kepada siswa.
B Penggunaan Model, Pendekatan,
Metode, dan Strategi Pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran secara
runtut sesuai dengan RPP yang telah
dibuat.
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan lokasi waktu yang
direncanakan.
3. Kesesuaian penerapan model PBM
dengan langkah-langkah yang telah
ditetapkan.
4. Melakukan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan
keaktifan dan partisipasi siswa.
5. Ketepatan penggunaan metode dan
strategi pembelajaran dengan model
pembelajaran yang diterapkan.
C. Penguasaan / Pengelolaan Kelas
1. Pengkondisian siswa untuk belajar
secara rapi dan tertib baik dalam
bentuk kelompok maupun individual.
2. Memacu siswa untuk belajar secara
berkelompok.
3. Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa melalui interaksi guru, siswa,
dan sumber belajar.
4. Membimbing dan membantu siswa
dalam bersikap cermat dan kritis
sehingga dapat memahami konsep
yang dipelajari.
5. Pemberian respon dan feedback
terhadap partisipasi aktif siswa.
D Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Memantau kemajuan belajar
perindikator pencapaian.
2. Melakukan penilaian akhir
berdasarkan kompetensi yang telah
dilakukan.
3. Ketepatan penggunaan alat evaluasi
dengan indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai.
III KEGIATAN PENUTUP
1. Melakukan refleksi atau penarikan
kesimpulan dengan melibatkan siswa.
2. Pemberian motivasi kepada siswa
untuk mempersiapkan diri atas
pertemuan pembelajaran selanjutnya.

4. Tahap Analisis dan Refleksi


Tahap ini berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya. Peneliti menggunakan data yang telah terkumpul untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil tindakan yang telah dilakukan. Data
tersebut kemudian dipadukan dan dianalisis.
Setiap akhir pembelajaran tatap muka dilakukan penilaian formatif.
Setiap akhir siklus besar dilakukan penilaian akhir siklus. Di setiap akhir
siklus baik siklus kecil maupun siklus besar, peneliti dan guru melakukan
diskusi untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan serta
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap pembelajaran
sehingga bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya.

F.Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Peneliti mengharapkan minat baca siswa meningkat dengan membaca
jenis wacana yang inspiratif, mengikuti permainan antar kelompok yang
merangsang jiwa siswa untuk berkompetisi, dan merasakan pembelajaran
yang menyenangkan. Minat baca ini dapat terindikasi dalam peran aktif siswa
pada kegiatan permainan secara keseluruhan, terutama dalam kerja sama
kelompok, berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta
menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat. Minat baca juga terindikasi
dalam hasil tes siswa pada setiap akhir siklus yang terus meningkat.

G.Data dan Sumber Data


1. Data
Data yang akan digunakan pada penelitian ini berupa hal-hal berikut.
a. Data tes awal, yaitu angket tentang minat baca siswa.
b.Data tentang aktivitas siswa merupakan hasil pengamatan pada saat
dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi
pada setiap siklus.
c. Data tentang aktivitas guru yang merupakan hasil pengamatan pada saat
dilaksanakan tindakan.
d. Data lapangan, yaitu mencatat seluruh perubahan dalam proses kegiatan
belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.
e. Data hasil belajar siswa, merupakan hasil ulangan harian kepada seluruh
siswa pada setiap akhir siklus dan tes akhir belajar diakhir penelitian.
f. Dokumentasi aktivitas siswa.

2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru,
dan peneliti yang bertindak sebagai pelaksana penelitian.

H.Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data terdiri dari hal-hal berikut ini.
1. Angket untuk mengetahui minat baca siswa.
2. Lembar observasi pengamatan tingkah laku siswa setiap siklus.
3. Lembar observasi pengamatan guru setiap siklus.
4. Lembar tes akhir setiap siklus setelah menggunakan PBM.

5. Dokumentasi hasil data lapangan.

I. Teknik Pengumpulan Data


Data yang akurat bisa diperoleh jika proses pengumpulan data tersebut
dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian akan dipergunakan beberapa
tata cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian.
1. Observasi.
Cara ini digunakan peneliti agar data yang diinginkan dapat diperoleh
sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti partisipatif. Peneliti
partisipatif maksudnya ialah peneliti yang terlibat secara langsung dan bersifat
aktif dalam turut serta mengumpulkan data yang diinginkan.
Peneliti kadang-kadang mengarahkan objek yang diteliti untuk
melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh oleh
peneliti. Observasi aktivitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika mengajar
di kelas dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Selain itu, untuk mengatasi kejenuhan siswa, materi diajarkan dengan
beraneka permainan yang menyenangkan siswa. Penyajian materi dengan
gaya menyenangkan ini merupakan upaya meningkatkan minat baca siswa
dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dikenal membosankan
mereka. Dengan demikian, siswa menjadi tertarik dan mengikuti pelajaran
dengan rasa senang.
2. Angket.
Subjek penelitian ini adalan guru atau peneliti yang langsung
mengajar, sedangkan objeknya adalah siswa di kelas yang mendapatkan
pengajaran di kelas. Pengumpulan data dengan angket ini dilakukan peneliti
sebelum dan pada saat pembelajaran berlangsung. Angket ini langsung
diberikan kepada siswa untuk diisi. Tujuan pembagian angket ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar minatmembaca siswa kelas IV sebelum dan
sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran
3. Dokumentasi.
Peneliti dapat memperoleh data siswa dan sekolah dari dokumen
sekolah tersebut. Peneliti bisa meminta dari sekolah supaya hasil dari data
yang diperoleh peneliti benar-benar valid dan relevan dengan keadaan yang
sebenarnya.

J. Analisis Data dan Interpretasi Data


Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk
memperoleh temuan-temuan hasil riset (penelitian).8 Dari penelitian yang
dilakukan ditemukan bahwa data yang terkumpul terdiri dari hasil observasi
aktivitas siswa sebagai indikator keaktifan siswa, hasil observasi aktivitas
guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah menggunakan
permainan dan hasil belajar yang berupa nilai tes setiap akhir siklus sebagai
indikator pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan. Adapun
langkah-langkah pengolahan data yang terkumpul dari setiap siklus adalah
sebagai berikut.
a. Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap
siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang
hanya menggunakan paparan sederhana.
b. Menentukan rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes.
1) Penskoran terhadap siswa ketika menceritakan kembali isi wacana
inspiratif.
2) Ketika menyimpulkan cerita dan apabila bagus diberi nilai 80 dengan
rumus :
Total Skor : Jumlah Skor yang Didapat Siswa
Jumlah Aspek Penilaian

3) Tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh


ditetapkan dalam nilai dengan menggunakan rumus;

Nilai Akhir (NA) =


Jumlah Skor yang didapat siswa
Skor Maksimum X 100

Selanjutnya dihitung nilai rata-rata, rumus yang digunakan;


Nilai rata-rata (x) = Jumlah Skor Seluruhya

Jumlah Seluruh Siswa

Berdasarkan perolehan nilai, tingkat keberhasilan belajar siswa


ditetapkan seperti dalam tabel berikut9.

Tabel 2 : Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa


Nilai Siswa Kategori Prestasi Belajar
81-100% Sangat Baik
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang

K.Pengembangan Perencanaan Tindakan


Dalam penelitian ini, jika siklus dinilai sudah ada peningkatan minat
membaca siswa, maka penelitian akan dihentikan. Mengenai tindak lanjutnya,
akan diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk terus mengembangkan
teknik ini dalam perencanaan tindakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufik. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009.

Arikunto, Suharsimi dkk. Prosedur Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara. 1993.

. Penilaian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.


Cahyani, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung UPI
Press.

2007.
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
1998.

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dkisi Insan Mulia.

2009.
Gague, Robert. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran di Sekolah.

Surabaya : Usaha Nasional. 1988.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Anak Jlid 2. Jakarta:


Erlangga.

1999.
Lestari, Indah Ayu dkk. Effect of Learning Motivation, Learning Interest, and
Adversity Quotient Accounting Students Learning in Academic
Achievement (Case Study Prodi S1 Accounting Faculty of Economics
in One Private Universities in Jakarta). Jakarta: Universitas
Gunadarma. 2010.

Kawan Pustaka, Redaksi. UUD 1945 dan Perubahannya. Depok: Kawan


Pustaka.
2006.
Kompas, Kamis, 18 Juni 2009.
Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press. 2010.

Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.


2011. Nuraini, Umri dkk. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas 5. Jakarta: Pusat

Perbukuan. 2008.
Nurjamal, dkk. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Alfabeta. 2011
1

Dengan adanya hasil


penelitian berupa bahan ajar memahami cerpen, diharapkan dapat membantu dan
mendukung guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu Bahan ajar
yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran.

Daryanto, Suryatri dan Darmiatun, Implementasi Penididikan Karakter di Sekolah,


(Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2013), h. 63-64
safuan Alfandi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Solo: Sendang Ilmu, 2002), h. 278.

Abdullah Munir, Pendidikan Karakter (membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah),
(Yogyakarta: Pedagogia, 2010), h. 2.
11.Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 163

23Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga), (Jakarta: Kencana, 2012), h. 95
24. Ibid,.
2

25. Hamdani Hamid, danBeni Ahmad Saebani, PendidikanKarakterPrespektif Islam,


(Bandung:PustakaSetia, 2013), h. 37.

Ali Mudlofar, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan


Bahan Ajar dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 128.

Anda mungkin juga menyukai