Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN

ANALISA SWOT
Achid Setia Adhi Purnama, Yusia Sri Prajoko
Magister Manajemen Pendidikan – FKIP – UKSW Salatiga
achid_genthong@yahoo.co.id yusiabladu@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian tentang Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Dengan Menggunakan Analisa Swot
di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi yang layak untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode FGD (Focus Group Discusion)
dengan keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekolahan ini sudah berada di posisi memiliki kekuatan dan peluang
yang mampu untuk meningkatkan mutu sekolahnya dan berani untuk bersaing dengan
sekolah lainnya di Wonosobo. dengan strategi peningkatan mutu diantaranya 1)
memanfaatkan pencapaian akreditasi A, Sekolah Standa Nasional (SSN), input siswa yang
bagus, banyaknya peserta didik yang berprestasi di bidang non akademik dan jumlah
lulusan yang sudah 100% untuk meningkatkan opini masyarakat bahwa sekolah ini memiliki
keunggulan dan bermutu. (2) mendayagunakan banyaknya guru yang sudah S1 dan S2
untuk memenuhi tuntutan guru profesional. (3) memanfaatkan ketersediaan perpustakaan
untuk meningkatkan minat membaca siswa dan menambah koleksi buku melalui kerjasama
dengan pihak lain. (4) menggunakan fasilitas internet untuk mencari dan menambah bahan
ajar sehingga pembelajaran yang dilakukan guru lebih menarik.
Kata kunci: Peningkatan Mutu, SWOT

Pendahuluan
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global
sebagai suatu upaya yang mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu
mengembangkan suatu sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang
sedang berkembang. Upaya peningkatan mutu merupakan agenda setiap institusi
pendidikan. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang
memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan
seluruh potensinya secara optimal untuk kesejahteraan hidup di masa depan. Untuk
mempertahankan eksistensinya setiap institusi pendidikan harus memiliki daya saing yang
ditunjukkan melalui peningkatan mutu layanannya.
Mutu pendidikan tercapai apabila input, proses, output, guru, sarana dan prasarana
memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak
berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu. Sekolah dalam hal ini kepala sekolah,
guru dan stakholder mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
Sekolah ini merupakan sekolah negeri di salah satu Kabupaten Wonosobo yang
sudah terakreditasi A dan mendapat gelar SSN (Sekolah Standar Nasional). Sekolah ini
terbilang sebagai sekolah yang memiliki lokasi yang cukup strategis dimana sekolah ini
terletak di antara dua desa yang memiliki jumlah penduduk banyak. Namun sekolah ini
adalah sekolah yang direlokasi dari tempat sekolah yang sebelumnya. Sebelumnya sekolah
ini berada dalam satu lingkungan dengan dua sekolah lain, sekolah di relikasi untuk karena
adanya pengembangan sekolah. Sekolah ini kemudian dianggap sebagai sekolah imbas
dan masyarakat memiliki persepsi bahwa sekolah ini masih baru berdiri dan belum memiliki
kualitas yang baik. Selain itu sekolah ini memiliki saingan dengan sekolah yaitu sekolah
induk di wilayah itu.
Melihat pemasalahan tersebut maka peneliti ingin mencari strategi yang layak
diterapkan untuk meningkatkan mutu sekolah menggunakan pendekatan TQM dengan
analisa SWOT sebagai alat yang akan digunakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
strategi yang layak untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

KAJIAN TEORI
Pengertian mutu

Menurut deming (dalam Tim Dosen UPI. 2009) mutu adalah suatu penilaian sublektif
“customer”. Sallis (2008) berpendapat ada 2 konsep tentang mutu. Mutu absolut yaitu
sesuatu yang idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Produk bermutu adalah sesuatu
yang dibuat sempurna dengan biaya yang mahal. Sedangkan dalam konsep yang relatif,
sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan adalah mutu
(quality in perception) (Sallis, 2008: 56; Tjiptiono & Diana, 2001: 3; Gaspersz, 2003:4).
Dalam dunia pendidikan, Sallis mempertegas mutu sebagai sebuah filosofi dan metodologi
yang membantu sekolah merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam
menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sementara Sagala (2010)
menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan
pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan daya kemampuannya
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.
Mutu berkaitan dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi kriteria,
standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan standar mutu dirumuskan oleh
Depdiknas (2001) melalui hasil belajar mata pelajaran skolastik yang dapat diukur secara
kuantitatif dan pengamatan yang bersifat kualitatif. Rumusan mutu pendidikan bersifat
dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu
dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada seperti kebijakan pendidikan,
proses belajar mengajar, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas pembelajaran dan tenaga
kependidikan sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan. Arcaro (2007)
mengembangkan definisi mutu yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah suatu
proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.
Menurut Hamalik (1990), pengertian dapat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi
deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan instrinsik dan
ekstrinsik. Berdasarkan kriteria instrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan
yakni “manusia yang terdidik” sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik,
mutu pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik “tenaga kerja” yang terlatih. Dalam
arti deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi
belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu adalah
filosofis dan metodologi tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang
membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan
spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaanya dalam
menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Pengertian Total Quality Management (TQM)


Teori manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal dengan Total Quality
Management (TQM). TQM akhir-akhir ini banyak diadopsi dan digunakan di dunia
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu : (1) menguraikan apa
TQM. TQm didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang
berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi, (2) menyangkut cara
mencapainya TQM berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) fokus
pada pelanggan ( internal dan eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan
pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerjasama tim, (f)
menyempurnakan kualitas secara berkesinambung, (g) pendidikan dan pelatihan, (h)
menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) melibatkan dan memberdayakan karyawan
( Rochaety, dkk, 2005).
Sallis (2006) menyatakan bahwa TQM pendidikan adalah filosofis tentang perbaikan
secara terus menerus, yang memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya saat
ini dan untuk masa yang akan datang.
Menurut teori TQM, mutu sekolah sekolah ditentukan oleh tiga variabel, dan realitas
sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-
slogan dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu
angkatan ke angkatan berikutnya. Kultur ini diyakini mempengaruhi seluruh komponen
sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, peserta didik, dan juga orang tua
peserta didik. Kultur yang kjondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga
ke arah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur sekolah yang tidak kondusif akan
menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

Analisis SWOT

Strategi merupakan cara atau siasat yang dipakai dalam melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu dengan tepat. Demikian pula dengan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dalam rangka mewujudkan pendidikan dan pengajaran. Pendidikan yang
dilakukan di sekolah tentunya juga mempunyai tujuan dan memerlukan strategi yang tepat
untuk mencapainya. Sallis (2008:221-223) menyatakan bahwa SWOT adalah singkatan dari
Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman). (1) Strength (Kekuatan) yang dimaksud dengan strength atau kekuatan adalah
beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Hal-hal yang
memiliki 5 potensi yang positif apabila dikembangkan dengan baik. Adapun yang
merupakan strength misalnya sebuah rekruitmen yang kuat, tim manajemen yang antusias,
hasil ujian yang baik, unit ekstrakurikuler seperti musik, seni, dan drama yang kuat,
dukungan orangtua yang baik, moral staf yang baik, dan dukungan pimpinan institusi, (2)

Weakness atau kelemahan yang dimaksud di sini adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang suatu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai oleh
sekolah. Kelemahan-kelemahan ini adalah bangunan lama dalam kondisi yang jelek, usia
rata-rata staf yang terlalu tinggi, kurangnya fasilitas parkir, anggaran belanja yang tidak
cukup, dan fasilitas olahraga yang tidak cukup. (3) Opportunity/peluang adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi apabila potensi-potensi yang ada di sekolah
tersebut mampu dikembangkan atau dioptimalkan oleh sekolah. Adapun yang merupakan
opportunity misalnya bergabung dengan institusi lokal dengan tempat yang baik dan
reputasi yang juga cukup baik, membangun sarana olahraga yang lebih baik, bergairah
untuk mendirikan institusi baru, memberi peluang kepada para staf untuk mengembangkan
keahlian demi meningkatkan daya tawar, memperluas penggabungan dengan institusi
lainnya agar dapat menjadi penyandang dana yang baru. (4) Threats atau ancaman yang
dimaksud di sini adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh
terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan di sekolah.
Ancaman-ancaman tersebut adalah: kehilangan identitas, kekuatan dan reputasi, resiko
kehilangan guru berpengalaman akibat pensiun dini, etos kerja lembaga lain mungkin
menjadi dominan, dan kemungkinan kehilangan dukungan dari pimpinan institusi.
Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan
strategi pendidikan, yang dalam pengelolaannya akan dikaitkan dengan input, proses dan
output. SWOT dapat dibagi ke dalam dua elemen yaitu analisis internal (uji kekuatan dan
kelemahan) dan analisis eksternal atau lingkungan (peluang dan ancaman). Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk membuat maksimal kekuatan, membuat minimal kelemahan,
mereduksi ancaman, dan membangun peluang. Oleh karena yang dibicarakan di sini adalah
mutu pendidikan, maka yang dimaksudkan adalah kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang ada di sekolah.
Menurut Rangkuti (2009) proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan sekolah. Perencana strategis
harus menganalisis faktor-faktor strategis sekolah dalam hal kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman dalam kondisi saat ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan analisis situasi
yang populer dengan analisis SWOT. Analisis SWOT menurut Trimantara (2007: 6-9) jika
dikaitkan dengan kualitas dunia pendidikan, maka dapat diuraikan ke dalam tiga aspek,
yaitu: (a). Input yaitu segala sesuatu yang harus tersedia karena selalu dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses pendidikan adalah input. Input pendidikan meliputi kemampuan
dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, program, dan jasa pendukung. Kesiapan input
sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu
input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin
tinggi pula mutu input tersebut.
Umumnya masyarakat berasumsi bahwa masukan siswa yang berkemampuan tinggi
akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi pula. Sebaliknya, masukan yang
rendah juga akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan rendah. Sehingga dalam
penerimaan siswa baru, sekolah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan siswa
baru yang memiliki kemampuan lebih. Asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Justru,
sekolah yang berkualitas harus mampu mengelola input yang biasa atau sedang-sedang
saja menjadi lulusan yang berkemampuan luar biasa.
(b) Proses Kegiatan belajar-mengajar sekolah yang berkualitas pasti berkaitan
dengan (1) Kemampuan guru, Sekolah berkualitas harus memiliki guru yang berkualitas
juga. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
Adapun kompetensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga
pendidikan yang berkualitas adalah mengenai kompetensi penguasaan mata pelajaran,
kompetensi dalam pembelajaran, kompetensi dalam pembimbingan, kompetensi komunikasi
dengan peserta didik, dan kompetensi dalam mengevaluasi, (2) Fasilitas belajar, Tidak
dapat dipungkiri bahwa sekolah berkualitas harus dilengkapi dengan fasilitas yang memadai
bagi siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Kurikulum, sekolah
berkualitas tidak harus menggunakan kurikulum berstandar internasional. Kurikulum
nasional dengan berbagai penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa
pun cukup baik. Perpaduan kedua kurikulum itu akan sangat membantu dalam
menghasilkan generasi-generasi masa depan yang lebih unggul dan berkualitas, (4) Metode
pembelajaran, Sekolah yang berkualitas harus menggunakan metode pembelajaran yang
membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam
mengungkapkan pikirannya, (5) Program ekstrakurikuler, Sekolah berkualitas harus memiliki
seperangkat kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menampung semua kemampuan, minat,
dan bakat siswa. Keragaman ekstrakurikuler akan membuat siswa dapat mengembangkan
berbagai kemampuannya di berbagai bidang secara optimal, (6) Jaringan kerjasama,
dengan adanya kerjasama dengan berbagai instansi akan mempermudah siswa untuk
menerapkan sekaligus memahami berbagai sektor kehidupan (life skill).Sekolah unggul
memiliki jaringan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi, terutama instansi yang
berhubungan dengan pendidikan dan pengembangan kompetensi siswa.
(c) Output pendidikan merupakan kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dalam kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya. Berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output
sekolah dikatakan bermutu jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa,
menunjukkan pencapaian tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa ulangan umum, ujian
nasional, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, misalnya iman dan
taqwa, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan
ekstra kurikuler lainnya seperti mading dan koor. Lulusan yang berkualitas dihasilkan oleh
sekolah yang berkualitas juga. Namun pendidikan yang berkualitas memerlukan proses
yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan
oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang unggul ini baru dapat diketahui setelah
yang bersangkutan memasuki dunia kerja dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Sangat perlu adanya penilaian perbandingan antara input danoutput dari sekolah tersebut
supaya diketahui kualitas suatu sekolah. Apakah siswa yang bersangkutan mengalami
perubahan yang baik setelah melakukan proses pembelajaran di sekolah tersebut atau
tidak, hal ini perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahuinya.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode focus group discusion (FGD) dengan pihak
sekolah antara lain : kepala sekolah, guru dan dua orang komite. FGD sendiri memiliki
tahapan-tahapan untuk melakukan, seperti : (1) mengidentifikasi berbagai faktor internal
yaitu kekuatan dan kelemahan dari sekolah, (2) mengidentifikasi berbagai faktor eksternal,
yaitu peluang dan ancaman bagi sekolah, (3) memberi bobot pada masing-masing item
kekuasaan, kelemahan, dan ancaman, (4) memberi skor pada masing-masing item
kekuasaan, kelemahan, dan ancaman, (5) mengalikan bobot dengan skor untuk masing-
masing faktor, (6) merumuskan strategi berdasarkan total skor (IFAS dan EFAS).
Hasil dan Pembahasan

a. Analisa SWOT

No Elmen Swot Bobot Skor Total Skor


Kekuatan
1 Akriditasi A dan SSN 0,2 5 1
2 Letak Strategis diantara dua desa 0,1 5 0,5
3 Tersedia perpustakaan, fasilitas internet 0,15 5 0,75
4 Jumlah guru dan karyawan memadai 0,1 5 0,5
5 Guru yang tersertifikasi sebanyak 41% 0,1 5 0,4
6 Pendidikan gurusebagian besar sudah S1 dan 0,05 4 0,2
sebagian sudah S2 dan sedang menempuh
pendidikan S2
7 Kelulusan tahun 2014/2015 mencapai 100% 0,05 4 0,25
8 Input siswa bagus dimana sebagian besar 0,1 5 0,4
berasal dari Taman Kanak-kanak
9 Banyak peserta didik yang berprestasi di bidang 0,1 3 0,15
non akademik
10 Jumlah peserta didik banyak (350) 0,05
Total Skor 1 3 4,55

Dalam tabel di atas terlihat bahwa sudah memiliki akreditasi A dan sekolah ini
termasuk salah satu sekolah di Wonosobo yang sudah yang sudah berstandar SSN, sudah
memiliki fasilitas perpustakaan dan fasilitas internet. Dapat diidentifikasi bahwa sekolah ini
memiliki daya saing yang tinggi terhadap sekolah lainnya. Di sekolah ini juga didukung oleh
guru yang memadai, dan guru yang sudah bersertifikasi sebanyak 41%, inputnya pun
terbilang bagus karena siswa yang bersekolah di sekolahan ini sudah melalui pendidikan
taman kanak-kanak, pendidikan guru mayoritas S1, ada juga guru yang sudah S2, dan ada
juga yang sedang proses belajar di jenjang S2.dari sisi siswa, sekolah ini memiliki tingkat
kelulusan yang tinggi di setiap tahunnya.

No Elmen Swot Bobot Skor Total Skor


Kelemahan
1 Ruang kelas kurang memadahi 0,15 5 0,75
2 Tidak ada ruang agama (khatolik), mushola, 0,12 3 0,36
dan UKS
3 Masih terdapat ruang kelas yang belum 0,1 2 0,2
direnovasi
4 0,14 4 0,56
Terdapat guru yang mengajar ganda (guru
kelas +PAK)

5 Belum tersedia petugas perpus yang 0,13 3 0,39


kompeten
6 Guru banyak yang belum menguasai komputer 0,13 4 0,52
7 Masih terdapat guru Honorer 0,12 2 0,24
8 Jumlah rombongan belajar tiap kelas cukup 0,11 2 0,22
besar (± 30)
Total Skor 1 25 3,24

Dalam tabel di atas dapat terlihat kelemahan yang ada didalamnya, yaitu sempitnya
sekolahan sehingga tidak dimungkinkan untuk adanya lapangan olah raga, terdapat ruang
kelas yang kurang layak karena belum direnovasi, dalam satu kelas masih memuat siswa
yang lumayan banyak, perpustakaan juga hanya sekedar perpustakaan dan beberapa guru
masih guru honorer.

No Elmen Swot Bobot Skor Total Skor


Peluang
1 Opini masyarakat yang beranggapan sekolah 0,35 5 1,75
bagus
2 Tuntutan guru profesional 0,2 3 0,6
3 Komite sekolah yang mendukung 0,3 4 1,2
4 Tingkat kelahiran tinggi sehingga banyak calon 0,15 4 0,6
peserta didik
Total Skor 1 16 4,15

Menurut tabel peluang yang ada, intern guru dan staf berpendapat bahwa
masyarakat beranggapan bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang sudah bagus
sehingga memberikan perasaan optimis bagi intern guru bahwa mereka bisa mendapatkan
siswa yang lebih. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa opini
masyarakat terhadap sekolah ini.

No Elmen Swot Bobot Skor Total Skor


Ancaman
1 Sekolah lain yang semakin meningkatkan mutu 0,2 2 0,4
2 Kebijakan pemerintah yang melarang 0,3 4 1,2
mengadakan pungutan pada peserta didik
3 Dekat dengan perkebunan rakyat yang 0,3 4 1,2
seringkali mengganggu KBM
4 Latar belakang ekonomi peserta didik yang 0,1 3 0,3
bervariasi (sebagian besar dari kalangan
menengah kebawah)
5 Salah satu basis siswa yang terkendala dengan 0,1 2 0,2
adanya jalan raya yang ramai dan berpotensi
terjadinya kecelakaan lalulintas
Total Skor 1 15 3,3

Dari tabel di atas, terlihat ancaman yang cukup nyata diantaranya yaitu sekolah lain
yang semakin meningkatkan mutu mereka. Kebijakan pemerintah yang melarang melakukan
pungutan dari peserta didik, padahal dana operasional terkadang kurang untuk mencukupi
kebutuhan yang ada. Ditambah lagi lokasi sekolah berdekatan dengan perkebunan rakyat
yang seringkali kegiatan rakyat justru malah mengganggu terselenggaranya KBM. Sehingga
peserta didik sering tidak nyaman, ketidak nyamanan peserta didik diantaranya karena bau
dari pupuk kandang yang sangat menyengat sehingga mereka menjadi gusar dan tidak
fokus pada KBM.

IFAS EFAS
Kategori Sub Total Kategori Sub Total
Kekuatan (S) 4,55 Peluang (O) 4,15
Kelemahan (W) 3,24 Ancaman (T) 3,30
Total (S-W) 1,31 Total (O-T) 0,85

Melihat dari skor bahwa strategi yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki oleh sekolah ini untuk meningkatkan mutu dan posisi
kompetisinya.

5 PELUANG (O)
4
3
2
1 (1,31;0,85)
-5 -4 -3 -2 -11 2 3 4 5
-1
-2
-3
-4
KELEMAHAN (W) KEKUATAN (S)
-5

ANCAMAN (T)

Melihat gambar di atas maka dapat diketahui bahwa sekolahan ini seharusnya
mampu untuk bersaing karena menurut analisis data sekolahan ini sudah mempunyai
kekutan dan peluang untuk meningkatkan mutunya dan berani bersaing dengan sekolah
lain.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, strategi peningkatan mutu yang
layak diterapkan di sekolah adalah berikut: (1) memanfaatkan pencapaian akreditasi A,
Sekolah Standa Nasional (SSN), input siswa yang bagus, banyaknya peserta didik yang
berprestasi di bidang non akademik dan jumlah lulusan yang sudah 100% untuk
meningkatkan opini masyarakat bahwa sekolah ini memiliki keunggulan dan bermutu. (2)
mendayagunakan banyaknya guru yang sudah S1 dan S2 untuk memenuhi tuntutan guru
profesional. (3) memanfaatkan ketersediaan perpustakaan untuk meningkatkan minat
membaca siswa dan menambah koleksi buku melalui kerjasama dengan pihak lain. (4)
menggunakan fasilitas internet untuk mencari dan menambah bahan ajar sehingga
pembelajaran yang dilakukan guru lebih menarik.

Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome. S.((2007). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta. Pustaka


Pelajar.Hamalik, Oemar, 1990. Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rangkuti, F. 2009. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pt Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Rochaety Ety dkk. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara

Sagala, S. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.Alfabeta.


Bandung.
Sallis, E. 2006. Total Quality Management in Education. IRCiSoD. Yogyakarta.
Sallis, E. 2008. Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Pendidikan,
IRCiSoD.
Tim Dosen Dministrasi Pendidikan UPI.2008 Manajemen pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Tjiptono, F. 2001, Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Andi Offset. Yogyakarta.
Tjiptono, F dan Diana, A. 2001, Total Quality Management, Andi Offset. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai