NIDN: 0414068104 BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. > atau dengan kata lain tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Mulai Berakhir Saat menjalankan usaha Saat tidak lagi atau melakukan kegiatan menjalankan usaha atau melalui BUT di Indonesia melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia BUT Fasilitas Fisik Keberadaan BUT di Indonesia akan timbul apabila perusahaan asing tersebut memiliki fasilitas fisik sebagai tempat untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. Fasilitas fisik tersebut merupakan milik sendiri atau disewa dari pihak lain. Contoh fasilitas fisik antara lain adalah: tempat kedudukan manajemen (a place of management); suatu cabang (a branch); suatu kantor (an office); suatu pabrik (a factory); suatu bengkel (a workshop); suatu gudang atau tempat penyimpanan barang sebagai tempat penjualan (a warehouse or promises used as sales outlet); suatu tambang, sumur minyak atau gas, suatu tempat penggalian atau ekplorasi atau eksploitasi sumber daya alam, rig untuk pengeboran atau kapal yang dipergunakan untuk eksplorasi atau ekploitasi sumber daya alam (a mine, an oil or gas well, a quarry or any other place of extraction or exploration or exploitation of natural resources, drilling rig or worker ship used for exploration or exploitation of natural resources). BUT Aktivitas Keberadaan BUT di Indonesia timbul apabila perusahaan asing tersebut menjalankan kegiatan jasa- jasa di Indonesia dalam jangka waktu melebihi tes waktu. Sesuai Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Yang termasuk BUT Aktivitas adalah: proyek konstruksi, proyek perakitan, instalasi atau kegiatan pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek tersebut, dan pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan oleh suatu perusahaan melalui karyawan atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan itu untuk tujuan tersebut, kegiatan itu berlangsung selama lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. BUT Keagenan Dianggap timbul suatu BUT perusahaan asing di Indonesia apabila perusahaan asing tersebut menjalankan usahanya di Indonesia melalui perusahaan lain yang bertindak sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent). Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen yang didalam melaksanakan usahanya bertindak atas nama perusahaan di luar negeri atau kegiatan agen tersebut seluruhnya atau hampir seluruhnya untuk perusahaan di luar negeri. BUT Asuransi Keberadaan BUT perusahaan asuransi asing timbul di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menutup resiko dan menerima premi secara langsung di Indonesia. Sesuai Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, diatur mengenai cakupan penghasilan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia yaitu: (i) Sesuai Attribution Rule, penghasilan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia adalah penghasilan yang berasal dari kegiatan usahanya di Indonesia. Misalnya, apabila BUT perusahaan asing tersebut bergerak dibidang perdagangan, maka penghasilannya di Indonesia adalah penghasilan yang berasal dari kegitan usaha perdagangannya di Indonesia. (ii) Sesuai Force of Attraction Rule, penghasilan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia adalah termasuk penghasilan kantor pusatnya dari Indonesia yang diperolehnya dari kegiatan usaha yang sejenis dengan kegiatan BUT nya di Indonesia. Dengan demikian, penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusatnya dianggap sebagai penghasilan BUT nya di Indonesia. Ex: New York bank mempunyai cabang di Jakarta, apabila new york bank memperoleh penghasilan berupa bunga atas pinjaman yang diberikan kepada warga Indonesia tanpa melalui kantor cabangnya di indonesia penghasilan ini tetap dianggap sebagai penghasilan BUT (kantor cabang di Jakarta) (iii) Sesuai Effectively-Connected Rule, penghasilan pasif (misalnya: bunga dan royalty) yang diterima atau diperoleh kantor pusatnya dan memiliki hubungan efektif dengan kegiatan usaha BUT nya di Indonesia dianggap sebagai penghasilan BUT nya di Indonesia. Ex: (kasus di buku cetak) Jika Foodz hanya menerima royalti dan tidak memberi jasa manajemen maka royalti tidak termasuk penghasilan BUT karena tidak memiliki BUT. Tapi jika memberikan jasa maka pendapatan royalti dihitung sebagai penghasilan BUT dari pemberian jasa manajemen Dalam rangka menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) suatu BUT perusahaan asing di Indonesia, pembayaran ke kantor pusat yang tidak boleh dikurangkan sebagai deductible expenses adalah: royalti atau imbalan lainnya yang berhubungan dengan penggunaan harta, paten atau hak-hak lain; imbalan yang berhubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya; bunga kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
Selain itu, biaya administrasi kantor pusat yang dialokasikan ke
BUT nya di Indonesia yang dapat dibebankan hanya sebesar rasio antara jumlah penghasilan BUT nya di Indonesia dengan jumlah penghasilan globalnya dikalikan dengan jumlah biaya administrasi kantor pusat. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri; Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud pada point 1, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte pendirianya, paling lama 1 tahun sejak perusahaan tersebut didirikan. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut; dan Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling sedikit dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan produksi komersial. Ex : Penghasilan Kena Pajak bentuk usaha tetap di Indonesia dalam tahun 2011 Rp17.500.000.000,00 Pajak Penghasilan : 25% x Rp17.500.000.000,00 = Rp 4.375.000.000,00 .Penghasilan Kena Pajak setelah pajak Rp13.125.000.000,00(Rp17.500.000.000,00 - Rp 4.375.000.000,00 ) Pajak Penghasilan Pasal 26(4) yang terutang 20% x Rp13.125.000.000,00 = Rp 2.625.000.000,00
Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp
Rp13.125.000.000,00 tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.