Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

MATA KULIAH : PRAKTIKUM HIDROKARBON DAN TURUNANNYA

SIFAT-SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK

OLEH :

NAMA : JENI TAMBA

NIM : 4193331019

JURUSAN : KIMIA

PROGRAM : S1- PENDIDIKAN KIMIA

KELOMPOK : III (TIGA)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
TINJAUAN TEORITIS

Senyawa organic adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya


mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi
mengenai senywaan organk disebut kimia organik. Di antara beberapa golongan
senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah
gugus fungsinya : hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling
tidak satu cincin benzene, senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom
nonkarbon dalam struktur cincinnya, dan polimer, molekul rantai panjang gugus
berulang. Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu
tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau
solven telah terjadi dan membentuk disperse molekuler yang homogeni. Kelarutan
suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like
senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang
penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan
dengan tetapan dieletrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der
waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain. Kelarutan sebagian besar
disebabkan oleh momen dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa
pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan
kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen
lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alcohol,
aldehida, keton, dll yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
membentuk ikatan hydrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen
dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau
hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar. Maka, minyak dan lemak larut
dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut non polar (Achmadi, 1987).
Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan.
Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik
maupun anorganik bahan dasar industry asam cuka, ester, spiritus, asetaldehid,
antiseptic dn sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester. Heksana adalah
senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks- merujuk
pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari
alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom
karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air. Umumnya minyak goreng yang digunakan
untuk menggoreng adalah minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak
kelapa. Fakta bahwa, ketika minyak seperti ini yang dipanaskan untuk perpanjang
waktu (penyalahgunaan), mereka mengalami oksidasi (degradasi) dan
menimbulkan oksidasi. Banyak dari seperti hidroperoksida, epoksida dan polimer
zat telah menunjukkan merugikan kesehatan / biologi efek seperti retardasi
pertumbuhan, peningkatan ukuran hati dan ginjal serta kerusakan sel. Bahan yang
bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionic atau kovalen. Untuk yang non
polar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-
pelarut yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu
pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan
(Fessenden & Fessenden, 1994).

Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang


penting dalam meramalkan derajat absorpsi obat dalam saluran cerna.
Peningkatan kelarutan dan pelarutan atorvastatin dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kokristalisasi. Dalam proses kokristalisasi dapat digunakan
koformer isonikotinamid karena mengandung gugus amina yang dapat digunakan
sebagai pembentuk kokristal dengan struktur molekul. Nikotinamida dan
isonikotinamida adalah dua molekul structural yang hampir serupa tetapi berbeda
dalam posisi atom N pada cincin piridin (Gozali,dkk, 2013).

Etanol merupakan senyawa organik yang tersusun dari unsure-unsur


karbon, hydrogen, dan oksigen. Etanol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan methanol dan lebih rendah dibandingkan alkohol-alkohol
lainnya. Etanol bersifat miscible terhadap air dan dengan kebanyakan larutan
organic, termasuk larutan non-polar seperti aliphatic hydrocarbons. Bila bahan
non-polar dilarutkan dalam etanol, dapat ditambahkan air untuk membuat larutan
yang kebanyakan air (Aziz,dkk, 2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi titik didih yakni, berat molekul,


adanya zat terlarut, dan ikatan yang dibentuk antar molekul. Berat molekul
berbanding lurus dengan kenaikan titik didih suatu larutan, semakin besar berat
molekul menandakan bahwa banyaknya molekul dalam larutan tersebut, sehingga
pergerakan molekul semakin sulit dan membuat ikatan yang dibentuk pun susah
putus. Adanya zat terlarut masih berkaitan dengan penambahan berat molekul.
Jenis ikatan juga turut mempengaruhi titik didih suatu larutan (Riawan,1990).
ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

N NAMA ALAT
O

1 Melting Point Block

2 Destilator sederhana

3 Piknometer

4 Refraktometer

5 Tabung reaksi

6 Neraca

7 Pipet tetes

8 Termometer

2. BAHAN

N NAMA BAHAN RUMUS KIMIA


O

1 Aquades H2O

2 Asan Benzoat C7H6O2

3 Semi polar -

4 Polar -

5 Nonpolar -

6 Senyawa organik CHO-

7 Urea CH4N2O

8 Asam Salisilat C7H6O3

9 Glukosa C6H12O6

10 Fruktosa C6H12O6
11 Sukrosa C12H22O11
PEMBAHASAN

1. PENENTUAN TITIK LELEH

Berdasarkan literatur untuk mengetahui kemurnian senyawa, maka dilakukan


pemeriksaan titik leleh dengan menggunakan alat melting point. Hasil
pemeriksaan titik leleh menunjukkan bahwa pada tiga kali replikasi, titik didih
asam salisilat adalah 158-160°C (Tamayanti, dkk, 2016).

Asam benzoat adalah senyawa turunan benzena dengan rumus kimia C7H6O2.
Asan benzoat memiliki sifat fisis diantaranya titikleleh 122°C. Penggunaan utama
dari asam benzoat sebagai pengawet makanan. Urea, anidaasam karbonat atau
diamida asam karbonat (NH2, CO, NH2). Kristal putih tak berbau memiliki titik
leleh 132,7°C dan rapat massa 1,33 s (Rahayu, 2009).

Tiga mol senyawa 4-Iodida thioanisol dibutuhkan untuk membentuk senyawa


dengan siklopentilsilan. Reaksi tersebut merupakan reaksi tripel arilasi dimana
bila tidak menggunakan katalis maka reaksi akan membentuk satu persatu melalui
reaksi substitusi 4-iodida thionisol menjadi senywa. Dengan menggunakan katalis
palladium tahap pertahap tersebut diabaikan karena reaksi sikopentilsilan dengan
4-iodida thioanisol dapat langsung bereaksi membentuk senyawa. Senyawa hasil
reaksi diperoleh berupa Kristal putih yang mengkristalisasi menggunakan
methanol yang kemudian diperoleh senyawa sebanyak 35%. Kristal putih yang
diperoleh ditentukan titik lelehnya menggunakan melting point apparatus dan
diperoleh titik leleh senyawa sebesar 91,5-92,0oC. Dengan selisih titik leleh yang
diperoleh dari hasil pengukuran dapat dipastikan bahwa senyawa memiliki
kemurnian yang tinggi yang selanjutnya dianalisis dengan GC-MS.

2. PENETAPAN TITIK DIDIH

Berdasarkan literatur untuk menentukantitik didih dengan menggunakan alat


destilasi, maka titik didih konstan pada senyawa dapat di lihat dari thermometer
yang terdapat pada rangkaian alat destolasi. Secara teori titik didih asamsaisilat
adalah 211°C, titik didih urea 133°C dan titik didih asam benzoat adalah 249,2°C
(Rahayu, 2009).

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Penetapan skala yang terpenting adalah penetapan titik tetap bawah dan
titik tetap atas sebagai titik acuan pembuatan skala-skala dalam thermometer.
Untuk penetapan titik tetap bawah sebuah thermometer pada umumnya dipilih
titik beku air murni pada tekanan normal, yaitu suhu campuran antara es dan air
murni pada tekanan normal. Sedangkan penetapan titik tetap atas sebuah
thermometer umumnya dipilih titik didih air murni, yaitu suhu ketika air murni
mendidih pada tekanan normal. Pada perlakuan menggunakan gelas aluminium,
didapat kelajuan penuruanan suhu lebih kecil dari gelas kaca yaitu sebesar 5 oC,
dimana yang suhu awalnya 68oC setelah didiamkan selama 5 menit suhunya
berkurang menjadi 63oC, akan tetapi ketika suhu mulai mendekati suhu kamar,
rata-rata penuruanan suhunya melambat jika dibandingkan dengan gelas kaca.

3. PENETAPAN DENSITAS

Berdasarkan literatur,cara menentukan densitas degan piknometer adalah


dengan mengosongkan piknometer terlebih dahulu kemudian keringkan lalu
ditimbang dengan neraca analitik dan aquades dimasukkan ke dalam piknometer
lalu ditimbang masanya. Dilakukan sebanyak tiga kalipenimbangan kemudian
densitas dihitung. Secara teori diketahui bahwadensitas aquades adalah 0,9768
(Hermawan, dkk, 2019).

Untuk perhitungan pada umumnya di sederhanakan dengan diubahnya


persamaan dalam bentuk 2-dimensi dengan diambil misalnya harga z tertentu
dalam bentuk 1-dimensi dengan menentukan densitas elektron sepanjang suatu
garis lurus yang sejajar dengan salah satu bidang kristal, sehingga kombinasi dari
kedua cara tersebut dapat digambarkan bentuk densitas elektron dalam 3- dimensi
secara tidak langsung. Hal demikian dilakukan karena untuk menghitung langsung
dalam 3-dimensi akan diperlukan usaha dan waktu yang cukup besar, sehingga
orang condong untuk mengambil cara yang lebih sederhana. Dengan
perkembangan komputer digital yang diikuti oleh perkembangan metodologi
perhitungan numerik yang makin efisien, maka perhitungan 3-dimensi secara
langsung dapat dilakukan. Untuk menentukan hasil tes elektron pada persamaan
yang disesuaikan dengan data eksperimental dari difraksi sinar X. Perhitungan
densitas telah dilakukan untuk sampul yang berbentuk kubus itu NaCl yang
berbentuk FCC dan CsCl yang berbentuk BCC.

4. PENETAPAN INDEKS BIAS


Pengukuran indeks bias suatu zat penting dalam penilaiansifat dan kemurnian
cairan, konsentrasi larutan, dan perbandingan komponen dalam campuran dua zat
cair atau kadar yang diekstrakkan dalam pelarutnya. Indeks bias dapat diukur
dengan berbagai metode yang sederhana, tidak membutuhkan waktu yang lama,
serta tidak membutuhkan sampel yang banyak. Refraktometer abble adalah alat
untuk mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan
indeks bias dari 1300 sampai 1700 dan persentase padatan 0%-95%. Cara kerja
refraktometer didasarkan hukun snelius yang berbunyi, “sudut kribis yang
dibentuk oleh cahaya yang datang menghasilkan zat yang dianalisa” dari literatur
diperoleh “ (hs): 0,0018C + 1, 3270. Dimana “C” adalah konsentrasi dari
persamaan tersebut indeks bias dapat ditemukan (Novestiona dan Hidayanti,
2015).
Indeks bias madu di pura dari konstanta di elektrik nya berdasarkan hubungan
persamaan reparasi penambahan volume air pada madu menghasilkan keturunan
pada indeks biasnya. Semakin besar penambahan volume air menyebabkan
kerapatan antar molekul pada madu menjadi lebih rendah ini tanda dengan
semakin saya armada tersebut sehingga sinar yang mengenai madu mudah untuk
dijelaskan saat dilakukan pengukuran menggunakan refraktometer. Semakin
mudah sinar dibiaskan yang menyebabkan indeks bias madu semakin rendah. Hal
ini terjadi karena sifat air yang mudah membiasakan cahaya. Sebaliknya, semakin
rendah penambahan volume air pada mau menyebabkan kerapatan antar
molekulnya madu menjadi lebih tinggi yang ditandai dengan semakin kental
madu tersebut singkat singgah yang mengenai madu lebih sulit untuk dijelaskan
yang menyebabkan index bias nya tinggi.
5. PENETAPAN KELARUTAN
Etil asetat merupakan pelarut dengan toksisitas rendah yang bersifat semipolar
sehingga dapat menarik senyawa polar atau nonpolar. Etil asetat baik digunakan
untuk ekstraksi karena mudah diuapkan. Berdasarkan literatur, O-Heksana bersifat
nonpolar (Putri, dkk, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S.(1987). Kimia Organik Edisi Keenam.Jakarta. Erlangga.


Aziz,T.,KN,R.C., & Fresca, A.(2009). Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol,
Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak
Kopi. Jurnal Teknik Kimia, 16(1).
Fessenden,J & Fessenden, R.(1994). Kimia Organik Edisin iii jilid
2.Jakarta.Erlangga.
Gozali,D., Bahti, H. H., Soewandhi, S.N., & Abdassah, M.(2018). Pembentukan
Kokristalistalantarakalsium Atorvastin Dengan Isonikotinamid dan
Karakteristiknya. Jurbal Sains Materi Indonesia,15(2),103-110.
Riawan,S.(1990). Kimia Organik. Jakarta. Binarupa Aksara.
Tamayanti, W. D., dkk. 2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2-(3-(Klorometil)
Benzoiloksi) Benzoat dan Asam 2-(4-(Klorometil) Benzoiloksi)
Benzoat Pada Tikus Wistar Jantan dengan Metode plantar Test. Jurnal
ILMU DASAR, 17(1).
Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia 1, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai