PW1105
Session #11
POLA DAN BENTUK KOTA
DI INDONESIA
Course Instructor :
Ariyaningsih, ST, M.Sc.
1
Perkembangan Kota di Indonesia
Kota di Indonesia pada umumnya tidak banyak mempunyai
pengalaman sejarah, karena sebagian kota yang ada bukanlah
bentukan dari jaman keemasan kerajaan Nusantara tetapi
merupakan bentuk kreasi sejarah dan faktor kebetulan yang
diteruskan dan dibina penjajah Belanda selama 350 tahun
(Marbun, 1990).
Awalnya kota-kota di Indonesia berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kolonial, pusat niaga atau pelabuhan serta
terminal.
Pada zaman penjajahan Belanda, pola perkembangan kota-kota
di Indonesia merupakan paduan tiga arus pokok tradisi yaitu :
tradisi Indonesia (pribumi), tradisi Belanda dan tradisi Asia
lainnya (Marbun,1990).
LANJUTAN
Multi Etnis:
Kota Kolonial Belanda,Indo-Eropa-
Cina-Arab dg benteng
Gambar.1
Ciri Identitas kota-kota di Indonesia
Sumber : PJM.Nas (1970)
LANJUTAN
Menurut sejarah kota Surabaya adalah salah satu kota tertua di Indonesia.
Hal tersebut dengan adanya nama Surabaya tercantum dalam prasasti
Trowulan I dan dalam buku pujasastra “ Negara Kertagama” yang ditulis
oleh Prapanca pada tahun 1365 (Handinoto,1992).
LANJUTAN
Gambar 2
Gambaran Kota Surabaya pada jaman pra Kolonial (Hipotesis Ir.Johan Silas)
Sumber : Handinoto, 1992, hal 13
LANJUTAN
Gambar 3
Periodesasi Sejarah Kota Surabaya
Sumber: Handinoto,1992, hal 31.
LANJUTAN
Dari perjalanan sejarah terlihat bahwa pola struktur kota berkembang dan
berubah. Berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
ekonomi, dan berubah struktur kotanya disebabkan oleh strategi dan
kebijaksanaan penguasa.
Kota Surabaya pada tahun 1830 sampai tahun 1850 berbentuk sebagai kota
benteng (benteng Prins Hendrik) yang terletak di muara Kalimas. Bagian
selatan benteng berdiri permukiman orang Eropa.
Permukiman orang asing lainnya terletak disebelah timur Kalimas, seperti
kampung Cina, kampung Arab, dan kampung Melayu (Handinoto,1992).
Sejak masa itu Surabaya berstatus sebagai kota pelabuhan yang penting dan
strategis yang merupakan penghubung antara daerah pesisir dengan daerah
pedalaman.
Secara fisik peninggalan sejarah tersebut sulit untuk di temukan, namun
secara sosial budaya serta perilaku masyarakat masih dapat di temukan
terutama pada kawasan Kota Lama.
Tabel Perkembangan Kota Surabaya.
1400 - 1600 Kerajaan Majapahit (prasasti Letak diantara muara sungai dan pesisir dan subur.
Trowulan) Kota Kerajaan
( kota tradisional Jawa) Dan kemudian berkembang
sebagai desa penambangan kecil di tepi muara sungai
Brantas
1625 - 1734 Masuknya VOC Masuk budaya Belanda dan membangun loji dan
benteng yang terletak disebelah utara Kota Lama.
1743 - 1808 Kekuasaan VOC (Gubernur Surabaya terpilih sebagai tempat penguasa Jawa
Jendral Van Imhoff) bagian timur. Permukiman Belanda terletak diselatan
benteng Retrachement dan berkembang kearah utara
(Jembatan Merah)
1808 - 1870 Kebangkrutan VOC, dan Perubahan kota dari kota kecil menjadi kota gaya
diserahkan kepada Eropa kecil (di daerah Jembatan Merah – kota lama)
pemerintah Belanda dikelilingi oleh benteng
1870 – 1940 Pemerintah Hindia Belanda Titik awal perkembangan kota Surabaya. Keputusan
mulai dibongkarnya benteng .Memberi peluang bagi
perluasan kota Surabaya kearah selatan. Membongkar
benteng dan berubah menjadi kota modern
Sistem
kerajaan, raja Kekuasaan VOC yg Dikuasai Pem. Jepang, Berdasar pd UU no. Berdasar pd UU no. Pemerintah orde baru dengan
Peme berkuasa dilanjutkan oleh Pem. dg kewenangan peme 22/1948 dan UU 18/65, kepala daerah trilogi pemb. Ditekankan pada
rintahan penuh Belanda, dg sistem rintah dan ekonomi 16/1960, titik berat berstatus sbg aparat sistem otonomi dan
desentralisasi terpusat satu tangan pada dekonsentrasi darah dan pusat desentralisasi
Masa
Masa Pra Masa Pemerintah Masa Pemerintah Masa Pemerintah
Masa Kolonial Penjajahan
ASPEK Kolonial Rep. Indonesia Rep. Indonesia Rep. Indonesia
( 1700 – 1942 ) Jepang
(1300 – 1700) ( 1945 – 1965 ) ( 1965 – 1980 ) ( 1980 – 2000 )
( 1942 – 1945 )
Sebagian besar adalah Tidak ada perubahan dan Korelasi sangat kuat antara
Perkem pemukiman rencana perubahan fungsi jalan dg
bangan Daerah perdagangan dan jasa
perubahan peruntukan lahan
Rencana Dg adany a UU gula dan UU Konsep y ang digunakan
ada dipusat kota, sepan
agraria, tumbuh area adalah kalung manik-
Penggu perkebunan ditepi kota,
jang jalur jalan utama
manik dg memajukan
berkembang sbg pertokoan,
naan pusat kota tumbuh kuat sbg
permukiman melingkari pusat
sub pusat kegiatan sbg
pusat perdagangan w ilayah pengembangan
kota
Lahan
Tidak ada
Indikasi
Pertumbuh
Sektor perdagangan kuat, Perdagangan terkonsentrasi Pertumbuhan sektor per
an Kegiatan pertanian dan
terjadi tumpang tindih dipusat dan, permukiman
Arus inv estasi tinggi pd sektor
dagangan, sektor
perdagangan regional, industri, jasa, perdagangan,
penggunaan lahan tumbuh pesat kesegala arah transpor tasi, dan jasa
fungsi sungai dominan properti. Perubahan fungsi jalan
pengaruh kota industri mengikuti jalur lalu lintas properti mulai dominan
LANJUTAN
Ekono Pertanian,
perdaga ngan
Perdagangan dan
industri dari hasil
Ekonomi dan
perdaga ngan
Pribumi berperan pd
pemerintahan, non
Tingkat pertumbuhan
ekonomi
Kemerosotan ekonomi
mi dg potensi pertanian untuk kepen diarahkan untuk pri akibat pergolakan tinggi, masuknya investasi dr
geografi/sung tingan Belanda kepentingan Jepang menguasai politik luar. Fungsi perdagangan
ai perdagangan dan bangkit kembali dominan, mulai tumbuh
dengan adanya repelita sektor
(masa orde tersier
baru).Timbul
masalah lapangan
pekerjaan akibat
urbanisasi
Perke Konsentrasi Tidak banyak Perkembangan fisik Meluasnya pusat jasa Lahan Permukiman 39,37%
pada 2 sisi berubah utara selatan, dan perdagangan dari total lahan, menyebar
m sungai dg mengikuti akibat kesegala arah. Pertumbuhan
banga istana sbg Peran transportasi air
sangat kuat, lahan
jaringan jalan berubah nya fungsi real estate ke arah barat dan
pusat, permu utama jalan, menggeser timur
n kiman dan sepanjang sungai Keberadaan
area pertanian sebagai daerah industri, permukiman/ kampung
Peng pusat kota sbg
gunaa perdagangan
n
Lahan
Stadia dan Arah perkembangan kota Surabaya
Sumber: Master Plan Surabaya 2000, Evaluasi ke 2,1995.