Anda di halaman 1dari 18

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DIKSI ATAU PILIHAN KATA

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan
selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh
efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa
pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti
secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh
pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif,
melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca. Dengan demikian, agar dapat berbahasa
dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan
kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku bagi semua bahasa, termasuk
di dalamnya bahasa Indonesia.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat
dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan
pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2.1.1 Syarat Diksi

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu,
ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca
sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis.

2.1.1.1 Ketepatan Pilihan Kata


2

Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan


atau ide pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar
atau pembaca akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara
atau penulis apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat.
Pilihan kata yang tidak tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan
gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh
pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan hal-hal
berikut: kata bermakna denotatif, kata bersinonim, kata umum dan kata khusus,
dan kata yang mengalami perubahan makna.

1. Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Konotatif


Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya
hubungan konsep dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang
lugas, makna apa adanya. Makna ini bukan makna kiasan atau
perumpamaan. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :   
-        Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
-        Besi : logam yang sangat keras

2.    Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil


observasi panca indra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi
disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :   
-        Ibu kota : pusat pemerintahan
-        Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
-        Jamban : kamar kecil

2. Kata Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama.
Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda.
3

Akibatnya, kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak


sepenuhnya dapat saling menggantikan.
Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan
berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari
raga, makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara kepada orang yang
sangat Saudara hormati dan Saudara cintai mengatakan Dia telah mampus
kemarin, sebaliknya kepada binatang Saudara mengatakan Kambing itu
telah wafat kemarin. Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa kata dapat
memiliki kekhususan dalam pemakaiannya walaupun kata yang digunakan
memiliki makna denotasi yang sama.

3. Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus


Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca
kata yang bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata
seperti itu sering mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena
itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, kita harus dengan cermat
menggunakan kata yang bermakna umun dan bermakna khusus secara
tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin
muncul.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata
bermakna umum dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata
bermakna umum digunakan dalam mengungkapkan gagasan yang bersifat
umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan untuk menyatakan
gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.
1. Dia memiliki kendaraan
2. Dia memiliki mobil
3. Dia memiliki sedan
Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil
lebih khusus daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata
beruntun ini binatang, binatang peliharaan, kucing.
4

4. Kata yang Mengalami Perubahan Makna

Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas


1.    Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan Mengarungi lautan dengan
memakai kapal layar alat apa saja
Putera- Dipakai untuk sebutan anak- Sebutan untuk semua anak
puteri anak raja laki-laki dan perempuan

2.    Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna


dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sekarang Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang
cendikiawan sudah lulus dari
perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang
mempelajari ilmu agama
Islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :


1.    Ameliorasi  adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya
barudirasakan lebih baik dari arti sebelumnya. 
Contoh:
-        Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
-        Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2.    Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru
dirasakan lebih rendah nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
-        Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
-        Kata bini sekarang dirasakan kasar
2.1.1.1.2 Kesesuaian Pilihan Kata
5

Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan


gagasan atau ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau
pembaca. Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus
menggunakan kata-kata baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau
santai, kita tidak dituntut berbicara atau menulis dengan menggunakan kata-kata
baku untuk menjaga keakraban.
1. Kata Baku dan Takbaku
Kata baku adalah kata yang tidak beercirikan bahasa daerah atau
bahasa asing. Baik dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus
bercirikan bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata
yang sesuai kaidah mengenai kata dalam bahasa Indonesia. Kita perhatikan
beberapa contoh berikut.

Kata Baku Kata Takbaku


pikir, paham fikir, faham
Nasihat Nasihat
Ijazah Ijasah
Jadwal Jadual
Karier Karir
Pasien Pasen
Imbau Himbau
utang, isap hutang, hisap
Beri Kasih
Dulu Dulunya
Hakikat Hakekat
Lewat Liwat
Mengapa Kenapa
Senang Seneng
Asas Azas
Energi Enerji

2. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan
dunia pendidikan umumnya. Kata populer adalah kata yang biasaa digunakan di
kalangan masyarakat umum. Kita lihat beberapa contoh berikut.

Kata Ilmiah Kata Populer


6

dampak akibat
kendala hambatan
formasi susunan
frustasi kecewa
pasien orang sakit
volume isi
koma sekarat

2.1.2 Pembentukkan Kata


Terdapat dua cara dalam pembentukkan kata, yaitu dari luar dan dari
dalam bahasa Indonesia. Pembentukkan dari dalam yaitu terbetuknya kata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar melalui proses serapan.

1. Kesalahan Pembentukkan dan Pemilihan Kata


Pada subbab ini akan disebutkan kesalahan dalam pembentukkan kata,
yang sering ditemukkan dalam bahasa lisan maupun tulis.

1. Penanggalan awalan meng-


2. Penanggalan awalan ber-
3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan
terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia

2. Definisi
7

Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian


suatu hal atau konsep istilah tertentu. Dalam hal membuat definisi hal
yang tidak boleh dilakukan adalah mengulang kata yang kita definisikan

Contoh definisi:

Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang,


tumbuhan dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah
punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi
terdiri dari:

3. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yang
sesuai dari EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa
Indonesia. Kosa kata bahasa Indonesia banyak yang menyerap dari bahasa
asing. Bahasa-bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia antara
lain bahasa Sansekerta, Arab, Belanda, Inggris dan Tionghoa. Penyerapan
kata kedalam bahasa Indonesia meliputi dua unsur.

4. Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, baik dalam bentuk fonologi,
sistem ejaan, atau struktur bahasa. Beberapa kata yang sudah sesuai
dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian maupun tidak,
misalnya:

Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya


aksi action(inggris)
bait bait(arab)
boling bowling(inggris)
dansa dance(inggris)
derajat darrajat(arab)
ekologi ecology(inggris)
fajar fajr(arab)
insane insane(arab)
8

5. Anomali
Perhatikan kata-kata berikut ini :

Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya


bank bank(inggris)
intern intern(inggris)
qur’an qur’an(arab)
jum’at jum’at(arab)

Beberapa kata diatas merupakan kata yang mengandung unsur anomali. Bila
diamati lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu bank=(nk), jum’at=(’).

2.2 PEMBENTUKAN ISTILAH DAN PENULISAN UNSUR SERAPAN

Definisi istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat


mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.

Khusus dalam bidang peristilahan yang menyangkut 39 bidang ilmu,


Majelis Bhs Ind-Malaysia tengah berusaha membakukan berbagai istilah bidang
ilmu bagi kepentingan dua negara. Majelis BI-M didirikan pada tanggal 23 Mei
1972 dan mengadakan sidang secara bergantian di dua negara. Di setiap bidang
ilmu ada kurang lebih 500-1000 istilah. Penciptaan istilah itu dilakukan oleh ahli
ilmu pengetahuan masing-masing, kemudian oleh para ahli bahasa yang tergabung
dalam koalisi istilah itu disesuaikan dengan pedoman pembentukan istilah.

Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah :

1. Bahasa Indonesia/Melayu
1.1. Kata yang paling tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan
keadaan.
A. Bea : Pajak barang masuk dan barang keluar.
9

B. Cukai : pajak hasil perusahaan atau industri


C. Pajak : iuran wajib dari rakyat sebagai sumbangan kepada negara.
Pajak kekayaan, tontonan, PBB, dll
1.2. Kata yang paling singkat daripada kata lain yang berujukan sama
A. Gulma : tumbuhan pengganggu
B. Suaka : perlindungan
C. Kosa : perbendaharaan
1.3. Kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar
A. Pramuniaga : pelayan toko besar
B. Pembantu : babu/jongos
C. Karyawan : pekerja/buruh
D. Pemandu/pramuwisata : penunjuk jalan

2. Bahasa-bahasa daerah serumpun


Bahasa Indonesia masih kekurangan kata-kata yang bernilai rasa
atau kata-kata efektif yang melambangkan curahan hati masyarakat. Di
antara kata-kata rasa yang sudah sering digunakan dalam pemakaian
bahasa Indonesia sekarang.

A. Sempoyongan : terhuyung-huyung seperti hendak jatuh


B. Bertele-tele : berbicara tidak jelas ujung pangkalnya
C. Bobrok : rusak sama sekali (bangunan/akhlak)
D. Nyeri : sakit pada salah satu bagian tubuh
E. Langka : susah didapat
F. Lugas : apa adanya (zakelijk)
G. Tuntas : selesai sepenuhnya
H. Pesangon : uang untuk karyawan yang diberhentikan

3. Bahasa asing
Pemakaian istilah asing dapat dilakukan apabila memenuhi syarat sbb:
10

3.1 Istilah asing yang dipilih lebih cocok karena konotasinya atau lebih
bermakna tepat jika dibandingkan dengan persediaan kata yang ada
A. Konfirmasi : penegasan atau pengesahan
B. Amatir : tanpa bayaran
C. Logis : masuk akal
D. Insentif : pendorong/perangsang
E. Spontan : tanpa diminta-minta/dengan sendirinya

3.2 Istilah asing yang dipilih lebih singkat bila dibandingkan dengan
terjemahanya

- dokumen => surat-surat penting yang menjadi bukti

- akulturasi => perpaduan unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain

- etiket => cara kesopanan yang dilazimkan

Kadang – kadang terdapat istilah yang diizinkan dipakai dalam bahasa


asing dan bahasa Indonesia.

i. Manajer=pengelola
ii. Manajemen=pengelolaan
iii. Relative=nisbi
iv. Temperature=suhu
v. Klasifikasi=penggolongan

Cara pemasukan istilah asing dapat dilakukan sebagai berikut

1. Melalui penerimaan secara utuh


Diterima sebagaimana adanya dalam bahasa asalnya. Cara ini ditempuh
jika istilah atau ucapan itu dianggap bersifat internasional atau jika orang
belum menemukan padananya dalam bahasa Indonesia, antara lain
vi. De jure => menurut hokum
vii. De fakto=> menurut kenyataan
viii. Doctor honoris causa=>doktor kehormatan
11

ix. Cum laude=>dengan pujian


2. Melalui terjemahan
Dalam menerjemahkan istilah asing yang penting ialah kesamaan makna
konteks, bukan makna harfiahnya. Karena itu tidak menghasilkan bentuk
berimbang satu lawan satu. Namun kategori gramatikalnya diperhatikan
juga kata benda=katabenda pula.
x. Barin storming=>sumbang saran
xi. Up date=>mutakhir
xii. Over lap=>tumpang tindih
xiii. Bilateral=>dua pihak
xiv. Feedback=>umpan balik
3. Melalui adaptasi: penyesuaian ejaan/system bunyi bahasa Indonesia
- Integration=>integrasi
- Research=>riset
- University=>universitas

2.3 Makna Kata


Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna
dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak
bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
Mansoer Pateda (2001) berpendapat jika istilah makna kata merupakan
kata kata dan istilah yang membingungkan. Untuk mengkaji tentang makna kata,
terdapat kajian khusus dalam linguistik, yakni kajian semantik. Kajian makna kata
menurut penggolongan semantik merupakan cabang linguistik yang secara khusus
meneliti dan mengkaji makna kata, asal usul kata tersebut, perkembangan
penggunaan kata, serta penyebab terjadinya perubahan makna kata. 
12

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata,


yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal, makna
asosiatif, makna konseptual, makna referensial, makna istilah, makna idiom, dan
makna peribahasa.

2.3.1 Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau
menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang
mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu
dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar
gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus
menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna
denotative.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral
tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka
wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai
dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu
diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana,
1993:40).Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa
makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya,
tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang
mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah
tangannya yang sebelah kanan sakit.

2.3.2 Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu


mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak
13

hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga


mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang
dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya
menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif
disamping makna denotatif.Makna konotatif adalah makna yang berupa
kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap
pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan
suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi
diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna
denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang
diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

Contoh :

 Lagu ‘Gugur Bunga’ diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa


para bunga bangsa yang gugur di medan (Artinya: Lagu ‘Gugur Bunga’
diciptakan untuk menghormati dan mengenang jasa para pahlawan yang
gugur di medan perang.)
 Dia merupakan tangan kanan pimpinan organisasi tersebut, sehingga
kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. (Artinya: Dia merupakan orang
kepercayaan pimpinan organisasi tersebut, sehingga kemampuannya tidak
perlu diragukan lagi.)
 SMA 3 Jayakarsa menyapu bersih semua medali emas di ajang Olimpiade
Sains Nasional (OSN) tahun ini (Artinya: SMA 3
Jayakarsa memenangkan semua medali emas di ajang Olimpiade Sains
Nasional (OSN) tahun ini.)

2.3.3 Makna Leksikal


14

Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam


kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna
kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal.
Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Contoh makna laksikal :

 Makan : (dalam KBBI) – memasukkan makanan pokok ke dalam mulut


serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya – memakai, memerlukan,
atau menghabiskan (waktu, biaya, dan lain sebagainya).
 Lari : (dalam KBBI) – melangkah dengan kecepatan tinggi; arti lainnya –
hilang atau senyap; arti lainnya – pergi (keluar) tidak dengan cara baik
(tidak sah), kabur.
 Tidur : (dalam KBBI) – dalam keadaan berhenti (mengaso) badan dan
kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata).

2.3.4 Makna Gramatikal 

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil


perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata
bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering
disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah
alat.proses aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi
‘berbaju’, melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai
baju’. Lalu pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai
kuda. Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’,
menjadi kata ‘sate lontong,’ menimbulkan makna gramatikal ‘sate
bercampur lontong’

2.3.5 Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan


nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa,
15

pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat


pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa.
Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif,
makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

1. Makna Kolokatif 
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna
dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada
kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan
oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif
memiliki makna sebenarnya.

2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna
konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada
sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau
haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau
pengalaman sejarah.

3. Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan


keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu.
Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda
utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak
langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam
bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.

4. Makna Afektif
16

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan


yang digunakan dalam berbahasa.

5. Makna interpretatif 

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan


penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau
berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72)

2.3.6 Makna Referensial

Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang


memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata. Misalnya kata ‘saya’,
pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Ani”, Kata Anwar pada Budi)
makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada kalimat (“Saya
ingin berjumpa dengan dia”, kata Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada
Budi.

2.3.7 Makna Konseptual

Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah


kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain
makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang
berdiri sendiri. Misal kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau tempat
untuk bercocok tanam padi.

2.3.8 Makna Istilah

Makna istilah merupakan kebalikan dari makna kata. Makna istilah


bersifat jelas, tidak meragukan, serta hanya digunakan pada suatu bidang
keilmuan ataupun kegiatan tertentu saja. Misal kata ‘lengan’ dan ‘tangan’
pada ilmu kedokteran, keduanya merupakan bagian anatomi tubuh tang
berbeda. Istilah ‘lengan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari bagian
17

siku sampai ke pangkal bahu, sedangkan istilah ‘tangan’ mengacu pada


bagian tubuh mulai dari jari jari tangan hingga ke siku.

2.3.9 Makna Idiom

Makna idiom atau makna idiomatic merupakan makna kata yang


terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna yang terbentuk
berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul kemunculan
makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak diketahui. Pengertian makna
idiom hampir mirip dengan makna konotasi. Sebagai contoh pada frasa
‘ringan tangan’ bukan berarti tangan tersebut harus memiliki bobot yang
ringan, melainkan penggunaan frasa tersebut mengacu pada sifat ‘yang
suka menolong’.

2.3.10 Makna Peribahasa

Makna peribahasa memiliki pengertian yang mirip dengan makna


idiom, yakni makna yang timbul karena pembentukan frasa atau kumpulan
kata tertenu. Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa  memiliki
asal usul yang masih dapat ditelusuri. Contoh makna peribahasa terdapat
pada kalimat ‘dua orang tersebut bagai anjing dan kucing’, ‘frasa anjing
dan kucing’ memiliki makna ‘tidak pernah akur’, makna ini masih
berasosiasi bahwa hewan kucing dan anjing pada kenyataannya memang
selalu berkelahi ketika bertemu. Contoh lain pada frasa ‘selebar daun
kelor’, frasa tersebut bermakna sempit atau kecil, makna ini berasosiasi
pada kenyataan jika daun kelor merupakan daun yang kecil
18

Anda mungkin juga menyukai