Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S
DENGAN RHEUMATOID ATHRITIS

OLEH:

ANAK AGUNG ISTRI INGGITA ANGGARI


17C10012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
A. Konsep Teori Kebutuhan
1. Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan
ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam yaitu
monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus
perjalananya kronik kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia,2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang
berarti sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid
Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi,
kecacatan dan banyak mengenai penduduk pada usia produktif
sehingga memberi dampak sosial dan ekonomi yang besar.
Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena pada masa dini
sering belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan
berkembang sejalan dengan waktu dimana sering sudah terlambat
untuk memulai pengobatan yang adekuat (Febriana,2015).
2. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4
tipe, yaitu:
a. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
e. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada
jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
f. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
g. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara
progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.
3. Faktor Pedisposisi dan Presipitasi

Factor predisposisi Reumatoid arthritis adalah mekanisme


imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena
nya artritis reumatoid adalah;
a. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
b. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-
anak (artritis reumatoid juvenil)
c. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko
terjadinya penyakit ini lebih tinggi.
d. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
4. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui,
tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh
faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc
dan faktor Reumatoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial)
5. Patofisiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana
merupakan penyakit autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi,
cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis kelamin, keturunan, dan
psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri sebagai
pencetus awal RA. Sering faktor cuaca yang lembab dan daerah
dingin diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus.
Patogenesis terjadinya proses autoimun, yang melalui
reaksi imun komplek dan reaksi imunitas selular. Tidak jelas
antigen apa sebagai pencetus awal, mungkin infeksi virus. Terjadi
pembentukan faktor rematoid, suatu antibodi terhadap antibodi
abnormal, sehingga terjadi reaksi imun komplek (autoimun).
Proses autoimun dalam patogenesis RA masih belum tuntas
diketahui, dan teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadi
berbagai peran yang saling terkait, antara lain peran genetik,
infeksi, autoantibodi serta peran imunitas selular, humoral, peran
sitokin, dan berbagai mediator keradangan. Semua peran ini, satu
sam lainnya saling terkait dan pada akhirmya menyebabkan
keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi disekitarnya atau
mungkin organ lainnya. Sitokin merupakan local protein mediator
yang dapat menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi dan aktivitas
sel, dalam proses keradangan. Berbagai sitokin berperan dalam
proses keradangan yaitu TNF α, IL-1, yang terutama dihasilkan
oleh monosit atau makrofag menyebabkan stimulasi dari sel
mesenzim seperti sel fibroblast sinovium, osteoklas, kondrosit serta
merangsang pengeluaran enzim penghancur jaringan, enzim matrix
metalloproteases (MMPs) (Putra dkk,2013).

Gambar 1. Peranan Imun Adaptif dan Innate dalam Patogenesis


RA
Proses keradangan karena proses autoimun pada RA,
ditunjukkan dari pemeriksaan laboratorium dengan adanya RF
(Rheumatoid Factor) dan anti-CCP dalam darah. RF adalah
antibodi terhadap komponen Fc dari IgG. Jadi terdapat
pembentukan antibodi terhadap antibodi dirinya sendiri, akibat
paparan antigen luar, kemungkinan virus atau bakteri. RF
didapatkan pada 75 sampai 80% penderita RA, yang dikatakan
sebagai seropositive. Anti-CCP didapatkan pada hampir 2/3 kasus
dengan spesifisitasnya yang tinggi (95%) dan terutama terdapat
pada stadium awal penyakit. Pada saat ini RF dan anti-CCP
merupakan sarana diagnostik penting RA dan mencerminkan
progresifitas penyakit (Putra dkk,2013).
Sel B, sel T, dan sitokin pro inflamasi berperan penting
dalam patofisiologi RA. Hal ini terjadi karena hasil diferensiasi
dari sel T merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin yang
merangsang terjadinya sinovitis. Sinovitis adalah peradangan pada
membran sinovial, jaringan yang melapisi dan melindungi sendi.
Sedangkan sel B berperan melalui pembentukan antibodi, mengikat
patogen, kemudian menghancurkannya. Kerusakan sendi diawali
dengan reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru
pada membran sinovial.
Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu
jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Pannus
tersebut dapat mendestruksi tulang, melalui enzim yang dibentuk
oleh sinoviosit dan kondrosit yang menyerang kartilago. Di
samping proses lokal tersebut, dapat juga terjadi proses sistemik.
Salah satu reaksi sistemik yang terjadi ialah pembentukan protein
fase akut (CRP), anemia akibat penyakit kronis, penyakit jantung,
osteoporosis serta mampu mempengaruhi hypothalamic-pituitary-
adrenalaxis, sehingga menyebabkan kelelahan dan depresi (Choy,
2012).
Gambar 2. Patofisiologi Rheumatoid Arthritis
Pada keadaan awal terjadi kerusakan mikrovaskular, edema
pada jaringan di bawah sinovium, poliferasi ringan dari sinovial,
infiltrasi PMN, dan penyumbatan pembuluh darah oleh sel radang
dan trombus. Pada RA yang secara klinis sudah jelas, secara
makros akan terlihat sinovium sangat edema dan menonjol ke
ruang sendi dengan pembentukan vili. Secara mikros terlihat
hiperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat kumpulan
residual bodies. Terlihat perubahan pembuluh darah fokal atau
segmental berupa distensi vena, penyumbatan kapiler, daerah
trombosis dan pendarahan perivaskuler. Pada RA kronis terjadi
kerusakan menyeluruh dari tulang rawan, ligamen, tendon dan
tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan
sendi yang mengandung zat penghancur dan akibat jaringan
granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra dkk,2013).
6. Manifestasi Klinis

Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam


beberapa minggu atau bulan. Sering pada keadan awal tidak
menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat
berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan
diluar sendi (Putra dkk,2013).
a. Keluhan umum

Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah,


nafsu makan menurun, peningkatan panas badan yang
ringan atau penurunan berat badan.
b. Kelainan sendi

Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi


pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis).
Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku,
bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki.
Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan
sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan
dan nyeri sendi.
c. Kelainan diluar sendi

o Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)

o Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang


didapatkan, namun 40% pada autopsi RA
didapatkan kelainan perikard
o Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa
paru obstruktif dan kelainan pleura (efusi pleura,
nodul subpleura)
o Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat
vaskulitis yang sering terjadi berupa keluhan
kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop
o Mata : terjadi sindrom sjogren
(keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan
mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase
perforans

o Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan


spleenomegali, limpadenopati, anemia,
trombositopeni, dan neutropeni

Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium


pada RA yaitu (Nasution, 2011):
a. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh
sinovitis, yaitu inflamasi pada membran sinovial yang
membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya
simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris.
Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi
sehingga terjadi deformitas dan kehilangan fungsi
(Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan hampir
selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal
dan metakarpofalangeal (Suarjana, 2009).
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi
kerusakan pada jaringan sinovial (Nasution, 2011).
c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara


progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan
fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti
adanya prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut
subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi
jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh
darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
e. Terjadi splenomegali.
f. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.
8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

 Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan


C-Reactive Protein (CRP) meningkat
 Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki
RF positif namun RF negatif tidak menyingkirkan
diagnosis
 Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) :
Biasanya digunakan dalam diagnosis dini dan
penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti
CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
b. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Pencegahan
Etiologi untuk penyakit RA ini belum diketahui secara
pasti, namun berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan faktor
risiko:
1) Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi
untuk mengurangi risiko peradangan oleh RA. Oleh
penelitian Nurses Health Study AS yang menggunakan
1.314 wanita penderita RA didapatkan mengalami
perbaikan klinis setelah rutin berjemur di bawah sinar UV-
B.
2) Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot
sendi. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan antara lain,
jongkok-bangun, menarik kaki ke belakang pantat,
ataupun gerakan untuk melatih otot lainnya. Bila mungkin,
aerobik juga dapat dilakukan atau senam taichi.
3) Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut
akan bekerja lebih berat untuk menyangga tubuh.
Mengontrol berat badan dengan diet makanan dan
olahraga dapat mengurang risiko terjadinya radang pada
sendi.
4) Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond,
kacang polong, jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan
susu skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai
antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat
radikal bebas.
5) Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau
cairan pelumas pada sendi juga terdiri dari air. Dengan
demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah
yang cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi
 yang melumasi antar sendi, sehingga gesekan bisa
terhindarkan. Konsumsi air yang disrankan adalah 8 gelas
setiap hari. (Candra, 2013)
1) Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan
bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA.
Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa
dilakukan masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif
maupun pasif. (Febriana, 2015).
b. Penanganan
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi,
rehabilitasi dan pembedahan bila diperlukan, serta edukasi
kepada pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan adalah
menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
lebih lanjut (Kapita Selekta,2014).
1) NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi
akibat inflamasi. NSAID yang dapat diberikan atara lain:
aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan
tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.
2) DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan
kartilago) dari proses destruksi oleh Rheumatoid Arthritis.
Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin,
metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan
asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal maupun
kombinasi (Putra dkk,2013).
3) Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara
prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk
mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek
DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.
4) Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi
yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan bidai,
latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat
mulai dilakukan fisioterapi.
5) Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan
hasil yang diharapkan, maka dapat dipertimbangkan
pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya
sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement, dan
sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)

Tabel 1. DMARD untuk terapi RA

OBAT ONSET DOSIS Keterangan


Sulfasalazin 1-2 bulan 1x500mg/hari/io Digunakan sebagai lini
ditingkatkan setiap pertama
minggu hingga
4x500mg/hari
Metotreksat 1-2 bulan Dosis awal 7,5-10 Diberikan pada kasus
mg/ minggu/IV lanjut dan berat. Efek
atau peroral 12,5- samping: rentan infeksi,
17,5mg/minggu intoleransi GIT,
dalam 8-12 minggu gangguan fungsi hati dan
hematologik
Hidroksiklorokuin 2-4 bulan 400 mg/hari Efek samping: penurunan
tajam penglihatan, mual,
diare, anemia hemolitik
Asatioprin 2-3 bulan 50-150 mg/hari Efek samping: gangguan
hati, gejala GIT,
peningkatan TFH
D-penisilamin 3-6 bulan 250-750mg/hari Efek samping: stomatitis,

proteinuria, rash
Tinjauan Teori
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
a. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
a. Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
a. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan
membran mukosa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan deformitas sendi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawata
n
Nyeri Akut a. Tujuan a. Kaji keluhan nyeri, a. Membantu
Dalam waktu …. kualitas, lokasi, menentukan
setelah diberikan intensitas dan waktu. kebutuhan
tindakan keperawatan Catat faktor yang manajemen nyeri
skala nyeri berkurang mempercepat dan dan keefektifan
b. Kriteria Hasil tanda rasa sakit program.
1) Skala nyeri berkurang nonverbal. b. Mengetahui kondisi
2) Pasien dapat b. Pantau TTV pasien umum pasien
beristirahat c. Berikan posisi c. Penyakit
3) Ekspresi meringis (-) nyaman waktu berat/eksaserbasi,
4) TTV dalam batas tidur/duduk di kursi. tirah baring
normal (TD : 120- Tingkatkan istirahat diperlukan untuk
140/60-80 mmHg, N : di tempat tidur membatasi nyeri atau
60-100, RR : 16-24 sesuai indikasi. cedera sendi
x/menit, T : 36,5- d. Anjurkan mandi air d. Panas meningkatkan
37,5°C) hangat/pancuran relaksasi otot dan
pada waktu bangun. mobilitas,
Sediakan waslap menurunkan rasa
hangat untuk sakit dan kekakuan
mengompres sendi di pagi hari.
yang sakit beberapa Sensitivitas pada
kali sehari. panas dapat hilang
e. Kalaborasi dalam dan luka dermal
pemberian obat dapat sembuh.
analgetik. e. Obat analgetik
berfungsi untuk
menurunkan rasa
nyeri pasien.
Gangguan 1. Tujuan a. Evaluasi a. Tingkat aktivitas
mobilitas Dalam waktu 1 x 24 pemantauan atau latihan
jam setelah diberikan tingkat tergantung dari
tindakan keperawatan inflamasi/rasa perkembangan
kekuatan otot pasien sakit pada sendi. proses inflamasi
meningkat b. Pertahankan tirah b. Istirahant sistemik
2. Kriteria Hasil baring/duduk. dianjurkan selama
a. Mempertahankan Jadwal aktivitas eksaserbasi akut
fungsi posisi dengan untuk memberikan dan seluruh fase
pembatasan periode istirahat penyakit untuk
kontraktur. terus-menerus dan mencegah
b. Mempertahankan atau tidur malam hari. kelelahan,
meningkatkan c. Bantu rentang mempertahankan
kekuatan dan fungsi gerak aktif/pasif, kekuatan.
dari dan/atau latihan resistif dan c. Meningkatkan
kompensasi bagian isometrik. fungsi sendi,
tubuh. d. Konsul dengan kekuatan otot dan
c. Mendemostrasikan ahli terapi fisik stamina.
teknik/perilaku yang atau okupasi dan d. Memformulasi
memungkinkan spesialis program latihan
melakukan aktivitas. vokasional berdasarkan
kebutuhan
individual dan
mengidentifikasi
bantuan mobilitas.
e.
Gangguan 1. Tujuan a. Dorong a. Berikan kesempatan
Citra Tubuh Setelah diberikan pengungkapan mengidentifiaksi
asuhan keperawatan mengenai proses rasa takut/kesalahan
selama …. pasien penyakit dan konsep dan
menerima perubahan harapan masa menhadapi secara
tubuh. depan. langsung
2. Kriteria Hasil b. Bantu dengan b. Mempertahankan
a. Mengungkapkan kebutuhan penampilan yang
peningkatan rasa perawatan yang meningkatkan citra
percaya diri dalam diperlukan. diri
kemampuan untuk c. Rujuk pada c. Pasien/keluarga
menghadapi penyakit, konseling psikiatri membutuhkan
perubahan gaya hidup (misal perawat dukungan selama
dan kemungkinan spesialis psikiatri, berhadapan dnegan
keterbatasan. psikologi, pekerja proses jangka
b. Menerima perubahan sosial) panjang.
tubuh dan c.
mengintegrasikan ke
dalam konsep diri.
c. Mengembangkan
keterampilan
perawatan diri agar
dapat berfungsi dalam
masyarakat.

Defisit 1. Tujuan a. Kaji respons a. Perubahan


perawatan Setelah diberikan asuhan emosional pasien kemampuan
diri keperawatan selama …. terhadap merawat diri dapat
pasien dapat kemampuan membangkitkan
melaksanakan aktivitas merawat diri yang perasaan cemas dan
perawatan diri menurun dan diberi frustasi, dimana
2. Kriteria Hasil dukungan dapat mengganggu
a. Melaksanakan emosional. kemampuan lebih
aktivitas perawatan b. Beri dorongan agar lanjut.
diri pada tingkat yang berpartisipasi dalam b. Partisipasi pasien
konsisten dengan merawat diri. dalam merawat diri
kemampuan Aktivitas yang meningkatkan
individual. terjadwal harga diri dan
b. Mendemonstrasikan memungkinkan menurunkan
perubahan teknik atau waktu untuk perasaan
gaya hidup untuk merawat diri. ketergantungan.
memenuhi kebutuhan c. Pertahankan c. Mendukung
perawatan diri. mobilitas, kontrol kemandirian fisik
c. Mengidentifikasikan terhadap nyeri dan dan emosional.
sumber pribadi atau program latihan. d. Menentukan alat
komunitas yang dapat d. Konsultasi dengan bantu memenuhi
memenuhi kebutuhan ahli terapi okulasi kebutuhan individu.
perawatan diri.

1. Tujuan a. Hindarkan klien a. perubahan posisi


Setelah diberikan dari satu posisi berguna untuk
asuhan keperawatan yang menetap, ubah mencegah
selama …. pasien posisi klien dengan terjadinya
tidak menderita hati-hati. penekanan
cidera b. Bantu klien punggung dan
1. Kriteria Hasil memenuhi memperlancar
a. Pantau faktor resiko kebutuhan sehari- aliran darah serta
perilaku pribadi dan hari selama terjadi mencegah
lingkungan kelemahan fisik. terjadinya
b. Mengembangkan dan c. Ajarkan cara dekubitus.
mengikuti strategi melindungi diri dari b. kelemahan yang
pengendalian resiko trauma fisik seperti dialami oleh pasien
c. Mempersiapkan cara mengubah hiperparatiroid
lingkungan yang posisi tubuh, dan dapat mengganggu
aman cara berjalan serta proses pemenuhan
d. Mengidentifikasikan menghindari ADL pasien.
yang dapat perubahan posisi c. mencegah
meningkatkan reiko yang tiba-tiba. terjadinya cedera
cedera pada pasien
e. Menghindari cedera
fisik
Kurang 1. Tujuan a. Tinjau proses a. Memberikan
Pengetahuan Setelah diberikan asuhan penyakit, pengetahuan
keperawatan selama …. prognosis, dan dimana pasien
pasien dan keluarga harapan masa dapat membuat
menunjukkan depan. pilihan berdasarkna
pemahaman tentang b. Diskusikan informasi.
kondisi dan perawatan. kebiasaan pasien b. Tujuan kontrol
1. Kriteria Hasil dalam penyakit adalah
a. Menunjukkan penatalaksanaan untuk menekan
pemahaman tentang proses sakit inflamasi atau
kondisi dan melalui diet, obat, jaringan lain untuk
perawatan. latihan dan mempertahankan
b. Mengembangkan istirahat. fungsi sendi dan
rencana untuk c. Berikan informasi mencegah
perawatan diri, mengenai alat deformitas.
termasuk modifikasi bantu, misal : c. Mengurangi
gaya hidup yang tongkat atau paksaan untuk
konsisten dengan palang keamanan menggunakan
mobilitas atau d. Tekankan sendi dan
pembatasan aktivitas. pentingnya memungkinkan
melanjutkan pasien ikut serta
manajemen secara lebih
farmakoterapeutik nyaman dalam
. aktivitas yang
dibutuhkan.
d. Keuntungan dari
terpai obat
tergantung pada
ketepatan dosis,
misal : aspirin
diberikan secara
reguler untuk
mendukung kadar
terapeutik darah 18
- 25 mg.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahapan ke empat dalam
proses pemberian asuhan keperawatan. Pada tahapan ini dilakukan
implementasi berdasarkan rencana keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan ke lima dalam proses
pemberian asuhan keperawatan. Pada tahapan ini dilakukan evaluasi
berdasarkan implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan sehingga
dapat ditentukan perencanaan lanjut terhadap klien..
Daftar Pustaka

Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-


berbagai- penyakit- degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses
tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.30
Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle.
blogspot. Com /2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html,
diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.40
Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.
kapukonline.com/2012/01/askep-asuhan keperawatan rheumatoid
arthri. html, diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.50
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba
Medika : Jakarta.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:
Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th
ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-
32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi
7. Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku
Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit bag 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta:
EGC.
WOC

Antigen penyebab RA berada pada membran sinovial

Monosit & makrofag mengeluarkan IL-1

Aktivasi sel CD4+ Merangsang pembentukan


IL-3 dan IL 4
Sekresi IL-2

Terjadi mitosis & proliferasi sel >>

Aktivasi sel B

Terbentuk antibodi

Reaksi antibodi terhadap penyebab RA

Terbentuk kompleks imun di ruang sendi

Pengendapan kompleks imun

Reumatoid Artritis (RA)

Pelepasan mediator kimia bradikinin Inflamasi membran sinovial Kurangnya pemajanan/mengingat


Stimulus ujung saraf nyeri
Kurang pengetahuan
Penebalan membran sinovial Fagositosis kompleks imun
oleh sel radang
Menyentuh serabut C
Terbentuk tannus
Nyeri Akut Pembentukan radikal oksigen bebas
Menghambat nutrisi pada Terbentuk nodul Depolimerasi hialorunat
kartilago
Kartilago nekrosis Deformitas sendi Veskositas cairan sendi ↓
Pembentukan tulang terganggu
Kerusakan kartilago Gangguan Citra Tubuh
Erosi kartilago
& tulang Pemendekan tulang
Tendon & ligamen
melemah Adhesi permukaan sendi
Kontraktur
Ankylosis fibrosa
Kekuatan otot ↓ Risiko cedera
Kekakuan pada sendi

Gangguan Mobilitas fisik Keterbatasan gerak

Defisit perawatan diri


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN RHEUMATOID ATHRITIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal……………pukul…………di Ruang…………
RSU……………….dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
(rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(hubungan dg penanggung)
Nama : Ny. S ……………………
Umur : ………………………..... ……………………
Jenis Kelamin : Perempuan ……………………
Status Perkawinan: ………………………..... ……………………
Suku /Bangsa : ………………………..... ……………………
Agama : ………………………..... ……………………
Pendidikan : ………………………..... ……………………
Pekerjaan : ………………………..... ……………………
Alamat : ………………………..... ……………………
Alamat Terdekat : ………………………..... ……………………
Nomor Telepon : ………………………..... ……………………
Nomor Register : ………………………..... ……………………
Tanggal MRS : ………………………..... ……………………

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengatakan nyeri pada bagian sendi kakiknya dan jari-jari tangannya

2) Keluhan utama saat pengkajian


Pasien mengatakan nyeri pada bagian sendi kaki dan jari-jari tangannya.

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.S memiliki riwayat kesehatan sekarang yaitu Klien mengatakan sudah
merasakan nyeri pada sendi kakinya dan jari-jari tangannya,kekakuan sendi
sejak 1 tahun yang lalu,namun klien hanya membeli obat warung saja untuk
mengurangi rasa nyerinya, kadang klien hanya memakai GPU,namun obat
warung itu hanya menyembuhkan sesaat saja, karena tak kunjung sembuh,
keluarga klien membawa klien pergi ke Puskesmas Bangsal,saat dilakukan
pengkajian keadaan klien seperti menahan rasa sakit/nyeri, klien tampak
memegangi kakinya,klien mengatakan nyerinya sudah lama dirasakan, nyeri
kambuh jika klien makan-makanan berlemak dan bakso,klien juga mengatakan
nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,jika nyerikambuh kaki bengkak dan
seperti kemerahan, klien mengalami gangguan untuk aktivitas dan klien
mengalami gangguan.Riwayat kesehatan dahulu Ny.S sudah menderita RA 1
tahun yang lalu dan melakukan pengobatan rutin di Puskesmas Bangsal.

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Riwayat kesehatan dahulu Ny.S sudah menderita RA 1 tahun yang lalu dan
melakukan pengobatan rutin di Puskesmas Bangsal.

5) Riwayat penyakit keluarga

6) Genogram

c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2) Makan dan minum
Sebelum Pengkajian: Ny.S mengatakan selera untuk makan, suka makan
jerohan, bakso, dan makanan berlemak,BB : 80
Kg,Makan 3 x perhari, minum 1500 cc, tidak memeliki
alergi makanan

Saat Pengkajian : frekuensi makan (3x/hari), jenis makanan (makanan


berlemak ), alergi makanan (tidak adajumlah minum
sehari (1500 cc/hari)

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

4) Gerak dan aktivitas


Sebelum Pengkajian: klien mengatakan mengalami gangguan untuk aktivitas
Saat Pengkajian :klien mengatakan mengalami keterbatasan dalam
bergerak dan beraktivitas dan kakinya terasa nyeri saat
berpindah- pindah.
Masalah Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian :
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian: Klien mengatakan sudah merasakan nyeri pada sendi
kakinya dan jari-jari tangannya,kekakuan sendi sejak 1
tahun yang lalu, klien mengatakan nyerinya sudah lama
dirasakan, nyeri kambuh jika klien makan- makanan
berlemak dan bakso.
Saat Pengkajian : Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri( 6 ), intensitas
nyeri (kadang-kadang), kualitas nyeri( nyeri seperti
ditusuk-tusuk di kaki dan jari jari tanganya),
Lokasi nyeri (sendi kaki dan jari- jari tangan), waktu
(saat aktivitas pagi hari, atau malam hari saat tidur),
penyebab nyeri( makan- makanan berlemak dan bakso)
Masalah Keperawatan: Nyeri kronis

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

10) Data sosial


Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

13) Belajar
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

14) Ibadah
Sebelum Pengkajian:
Saat Pengkajian :

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : □ composmentis/sadar penuh

b) Bangun Tubuh : □ gemuk

c) Postur Tubuh : □ tegak

d) Cara Berjalan : □ terganggu,

e) Gerak Motorik : □ tergangu,

f) Keadaan Kulit
Warna :
Turgor :
Kebersihan:
Luka : tidak ada,
g) Gejala Kardinal : TD :130/90 mmhg

Ukuran lain : BB :110 kg

2) Kepala
a) Kulit kepala :
b) Rambut :
c) Nyeri tekan
d) Luka :

3) Mata
a) Konjungtiva :
b) Sklera :
c) Kelopak mata :
d) Pupil :

4) Hidung
a) Keadaan :
b) Penciuman :
c) Nyeri :
d) Luka: Tidak ada,

5) Telinga
a) Keadaan :
b) Nyeri :
c) Pendengaran,
d) Pemeriksaan □ test rinne

□ test webber
□ test swabach
6) Mulut
a) Mukosa bibir :
b) Gusi :
c) Gigi :
d) Lidah :
e) Tonsil :

7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan :
b) Palpasi :

8) Thorax
a) Inspeksi
- Bentuk :
- Gerakan dada:
- Payudara :
b) Palpasi
- Pengembangan dada :
- Vibrasi tactile premitus :
- Nyeri tekan
c) Perkusi
- Suara paru :
d) Auskultasi
- Suara paru :
- Suara jantung:

9) Abdomen
a) Inspeksi
- Pemeriksaan :
- Luka
- Auskultasi
- Peristaltic usus
b) Palpasi :
c) Perkusi :

10) Genetalia
a) Keadaan :
b) Letak Uretra :
c) Prosedur invasife :

11) Anus
Keadaan :

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
klien mengalami keterbatasan gerak karena nyeri yang dirasakan pada jari-
jari tangannya.

b) Ektremitas Bawah
klien mengalami keterbatasan rentang gerak karena nyeri, terdapat odema
di pergelangan kaki kanan dan kiri klien, ada kemerahan sendi dan kaki
klien nyeri saat ambulasi.

e. Pemeriksaan Penunjang

1. pemeriksaan darah lengkap


2. pemeriksaan radiologi (X-ray, USG, MRI)
3. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


Klien mengatakan mengalami Klien tampak mengalami
keterbatasan dalam bergerak dan keterbatasan rentang gerak,
beraktivitas dan kakinya terasa nyeri imobilisasi
saat berpindah- pindah.

Klien mengatakan sudah merasakan Saat dilakukan pengkajian


nyeri pada sendi kakinya dan jari- keadaan klien seperti menahan
jari tangannya,kekakuan sendi sejak 1 rasa sakit/nyeri, klien tampak
tahun yang lalu. memegangi kakinya.
P : jika makan- makanan yang
Berlemak
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: sendi kaki dan jari- jari tangan
S: 6
T: saat aktivitas pagi hari, atau
malam hari saat tidur
2. ANALISA DATA

Analisa Data Pasien Ny.S dengan Rheumatoid Athritis

Data Subyektif Data Obyektif Masalah

Klien mengatakan sudah Saat dilakukan pengkajian Nyeri kronis


merasakan nyeri pada sendi keadaan klien seperti
kakinya dan jari-jari menahan rasa sakit/nyeri,
tangannya,kekakuan sendi klien tampak memegangi
sejak 1 tahun yang lalu. kakinya.
P: jika makan- makanan
yang berlemak
Q:nyeri seperti ditusuk
tusuk
R: sendi kaki dan jari- jari
tangan
S: 6
T: saat aktivitas pagi hari,
atau malam hari saat
tidur

Klien mengatakan Klien tampak mengalami Gangguan mobilitas


mengalami keterbatasan keterbatasan rentang gerak, fisik
dalam bergerak dan imobilisasi, Klien
beraktivitas , kakinya mengalami malaise
terasa nyeri saat berpindah-
pindah.
3. Rumusan Masalah Keperawatan
a. nyeri kronis b/d perubahan patofisilogi oleh rheumatoid arthritis
b. Gangguan mobilitas fisik b/d keterbatasan rentang gerak , kekakuan pada sendi
4. Analisa Masalah
P : nyeri kronis
E : Rheumatoid Arthritis
S : kaki bengkak dan kemerahan

Proses Terjadinya :
Terjadinya inflamasi kronis pada tendon, dan ligamen juga terjadi destruksi jaringan
menyebabkan terjadinya fagositosis ekstensi sehingga terjadi peradangan dari jaringan
synovium yang berlebihan akan membengkak, kartilago akan rusak dan terjadi
nekrosis sel yang mengakibatkan terjadinya erosi pada sendi dan tulang yang akan
menimbulkan nyeri

P : gangguan mobilitas fisik


E : Rheumatoid Arthritis
S : keterbatasan rentang gerak, kaki nyeri saat ambulasi.

Proses Terjadinya :
Inflamasi pada membrane synovial menyebabkan Penebalan membrane synovial
sehingga terbentuk tannus yang menghambat nutrisi pada kartilago, kemudian
kartilago nekrosi dan terjadi erosi pada kartilago yang menyebabkan adhesi
permukaan sendi dan terjadi ankylosis fibrosa dan bisa menyabkan kekakuan pada
sendi
Rencana Keperawatan Pada Pasien Ny S Dengan rheumatoid arthritis

Nyeri kronis

No Hari/ Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf


Tgl/J Keperawatan
am
c. Tujuan Dalam waktu …. setelah f. Kaji keluhan nyeri, f. Membantu
Dalam waktu …. setelah diberikan tindakan kualitas, lokasi, intensitas menentukan
diberikan tindakan keperawatan skala nyeri dan waktu. Catat faktor kebutuhan
keperawatan skala nyeri berkurang yang mempercepat dan manajemen nyeri
berkurang berhubungan tanda rasa sakit nonverbal. dan keefektifan
dengan perubahan dengan kriteria hasil : g. Pantau TTV pasien program.
patofisilogi oleh 5) Skala nyeri berkurang h. Berikan posisi nyaman g. Mengetahui kondisi
rheumatoid arthritis yang 6) Pasien dapat beristirahat waktu tidur/duduk di umum pasien
ditandai dengan: 7) Ekspresi meringis (-) kursi. Tingkatkan istirahat h. Penyakit
DS : di tempat tidur sesuai berat/eksaserbasi,
- Klien mengatakan indikasi. tirah baring
sudah merasakan nyeri i. Anjurkan mandi air diperlukan untuk
pada sendi kakinya dan hangat/pancuran pada membatasi nyeri
jari-jari tangannya waktu bangun. Sediakan atau cedera sendi
kekakuan sendi sejak 1 waslap hangat untuk i. Panas
tahun lalu. mengompres sendi yang meningkatkan
P: jika makan- makanan sakit beberapa kali sehari. relaksasi otot dan
yang berlemak j. Kalaborasi dalam mobilitas,
Q:nyeri seperti ditusuk tusuk pemberian obat analgetik. menurunkan rasa
R: sendi kaki dan jari- jari sakit dan kekakuan
tangan di pagi hari.
S: 6 Sensitivitas pada
T: saat aktivitas pagi hari, panas dapat hilang
atau malam hari saat tidur dan luka dermal
dapat sembuh.
DO : j. Obat analgetik
Saat dilakukan pengkajian berfungsi untuk
keadaan klien seperti menurunkan rasa
menahan rasa sakit/nyeri, nyeri pasien.
klien tampak memegangi
kakinya.

Gangguan mobilitas fisik


No Hari/ Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
Tgl/J Keperawatan
am
3. Tujuan 4. Tujuan e. Evaluasi pemantauan a. Tingkat aktivitas
Dalam waktu 1 x 24 jam Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat inflamasi/rasa atau latihan
setelah diberikan tindakan setelah diberikan tindakan sakit pada sendi. tergantung dari
keperawatan kekuatan otot keperawatan kekuatan otot f. Pertahankan tirah perkembangan
pasien meningkat pasien meningkat baring/duduk. Jadwal proses inflamasi
Berhubungan dengan ke 5. Kriteria Hasil aktivitas untuk b. Istirahant sistemik
kakuan sendi d. Mempertahankan fungsi memberikan periode dianjurkan selama
Yang ditandai dengan : posisi dengan pembatasan istirahat terus-menerus eksaserbasi akut
kontraktur. dan tidur malam hari. dan seluruh fase
DS : e. Mempertahankan atau g. Bantu rentang gerak penyakit untuk
- Klien mengatakan meningkatkan kekuatan aktif/pasif, latihan mencegah
mengalami keterbatasan dan fungsi dari dan/atau resistif dan isometrik. kelelahan,
rentang gerak kompensasi bagian tubuh. h. Konsul dengan ahli mempertahankan
DO : f. Mendemostrasikan terapi fisik atau okupasi kekuatan.
- Klien mengalami malaise teknik/perilaku yang dan spesialis vokasional c. Meningkatkan
- Terjadi keterbatasan rentang memungkinkan melakukan fungsi sendi,
gerak imobilisasi aktivitas. kekuatan otot dan
- TD : 130/80 mmHG stamina.
BB : 110 kg d. Memformulasi
- Ada odem pada pergelangan program latihan
berdasarkan
kaki kebutuhan
individual dan
mengidentifikasi
bantuan mobilitas.

Anda mungkin juga menyukai