Anda di halaman 1dari 13

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DI CEGAH MELALUI IMUNISASI :


CAMPAK

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MOH AGUNG
STAMBUK : P101 18 090

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia Nya penulis diberikan kesehatan dan kesempatan dalam meyelesaikan makalah
Epidemiologi penyakit menular mengenai penyakit yang dapat di cegah melalui imunisasi yaitu
campak .
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini penulis menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar menjadikan makalah ini lebih
baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

30 Juli 2020

Moh. Agung

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1

A. Latar belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………..2
C. Tujuan……………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3

A. Pengertian campak………………………………………………………………………3
B. Riwayat Alamiah Penyakit Campak…………………………………………………….3
C. Etiologi, Epidemiologi, Patofisiologi dan Gejala Klinis Penyakit Campak…………...5
D. Pencegahan penyakit campak…………………………………………………………...7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..9

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………9
B. Saran……………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus.
Pada tahun 2013, di dunia terdapat145.700 orang meninggal akibat campak,sedangkan sekitar
400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita(WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5
penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada
12.943 kasus campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521
kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate(IR) campak pada
tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur
5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.
Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi demam,
batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler
yang menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012), kejadian campak disebabkan oleh
adanya interaksi antara host, agentdan environment. Perubahan salah satu komponen
mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan penelitian
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi, status
imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian, ventilasi,
riwayat kontak,dan pengetahuanibu. Penyakit campak dapat mengakibatkan kematian.
Terjadinya kematian dapat dipicu dengankomplikasi penyakit yaitu bronkhopneumoniayang
timbul akibat penurunan daya tahan anak yang menderita campak.
3 Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi balita
pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6
juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI, 2015).Imunisasi campak
membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak,karena imunisasi dapat memberikan

1
kekebalan terhadap suatu penyakit termasukcampak (Nugrahaeni, 2012). Menurut hasil
penelitian Rahmayanti (2015),tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian campak
(OR= 0,112). Namun,Giarsawan dkk (2012) menyimpulkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan yang diimunisasi.

B. Rumusa masalah
1. apa pengertian campak?
2. bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. bagaimana etiologi, epidemiologi, patofisiologi dan gejala klinis penyakit campak?
4. Bagaimana pencegahan penyakit campak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian campak
2. Untuk mengetahui etiologi, epidemiologi dan patofisiologi dari penyakit campak
3. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit campak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian campak
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu
penyakitinfeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada
umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui
percikan liur(droplet) yang terhirup
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu: a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadium konvalesensi. Campak adalah
suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:
a) Stadium kataral Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring,
demam ringansampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.
b) Stadium erupsi Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher
dan muka, tubuh,lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
c) Stadium konvalesensi Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam,
dan terjadihiperpigmentasi
B. Riwayat Alamiah Penyakit Campak
Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepatogensis.
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka
padadasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
ofsuseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksiantara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar
tubuh,dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para
kumanmengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap ini
belumada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
Namunbegitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih
ganasditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu,
makakeadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya
memasukifase berikutnya, tahap patogenesis

3
b. Tahap Patogenesis.
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini,Tahap Lanjut,
dan Tahap Akhir.
 Tahap Inkubasi Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap ini
individumasih belum merasakan bahwa dirinya sakit.
 Tahap DiniMulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu
berupa:
 Panas badan
 nyeri tenggorokan
 hidung meler ( Coryza )
 batuk ( Cough )
 Bercak Koplik
 nyeri otot
 mata merah ( conjuctivitis )
 Tahap Lanjutmunculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-
kecil danjarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau.
Ruamumumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera
menjalarmenuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam
inimuncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40 derajad
Celsius),ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorok semakin sakit
danbatuk-batuk kering dan juga disertai mata merah

c. Tahap Akhir/ pasca patogenesis.


Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan
keadaan,yaitu:
 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dantubuh menjadipulih, sehat
kembali.
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudahtidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekasgangguan yang permanen
berupa cacat.
 Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masihtetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.

4
 Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
 Berakhir dengan kematian

C. Etiologi, Epidemiologi, Patofisiologi dan Gejala Klinis Penyakit Campak


a) Etiologi
Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus
Morbillivirus.Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak,
virusditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat aktif sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia atau jaringan ginjal kerarhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari,
terdiri dari sel raksasa multinukleusdengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi
dapat dideteksi bila ruam muncul.Penyebaran virus maksimal adalah melalui percikan
ludah (droplet) dari mulut selamamasa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap
penderita rentan sering terjadisebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi
menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan, pada beberapa keadaan dapat
menularkan hari ke 7. Tindakanpencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah
sakit atau institusi lain, harusdipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari
ke 5 sesudah ruam muncul.
b) Epidemiologi
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit
Surveilansdan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak
belummendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100 persen dan mayoritas
adalah balita (>70 persen).
Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi
se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada
periode1998–1999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu
sangatdipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah
dengansistern pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian
cukuptinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap
kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, seperti Jawa Barat,
NTB, Jambi, Bengkulu dan Yogyakarta.

5
Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB
campaksesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang
tidakterlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak
yangdilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun
denganrata-rata kasus setiap KLB selama 1994–1999, yaitu sekitar 15–55 kasus pada
setiapkejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode
itu,rata-rata tidak lebih dari 15 kasus.
Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah dan
mahasiswaFETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat attack-rate pada KLB campak
dominan padakelompok umur balita. Angka proporsi penderita pada KLB campak 1998–
1999 jugamenunjukkan proporsi terbesar pada kelompok umur 1–4 tahun dan 5–9 tahun
biladibandingkan kelompok umur lebih tua (10–14 tahun)
c) Patafisiolgi
Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran
cernadan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa
selpolimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi limfonodi, terutama
padaapendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan
folikelrambut. Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri
darieksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi
kulit.Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.Pada kasus
ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak danmedulla
spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi degenerasi korteks
dan substansia alba.
d) Gejala klinis
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium, yaitu:
 Stadium kataral (prodormal).
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti
demam,malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari
stadiumkataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna
putihkelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di

6
mukosabukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni
danlimfositosis.
 Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum
durumdan palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem
bentukmakulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit
yangnormal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral
tengkuksepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahanringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota
bawah padahari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leherbelakang. Sedikit terdapat
splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.Variasi yang biasa terjadi adalah
Black Measless, yaitu morbili yang disertaidengan perdarahan di kulit, mulut, hidung,
dan traktus digestivus
 Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi(gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
ituditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan
gejalapatognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema
ataueksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampainormal kecuali bila ada komplikasi.

D. Pencegahan penyakit campak


a) Imunisasi aktif
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkindiberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik).
Imunisasi aktifdilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin
tersebutdiberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung
lama.Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 –
15bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentukantibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi

7
dianjurkan pulaagar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak
tuberkulosisdiberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15
bulan. DiIndonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak
berumur 9bulan ke atas.Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang
alergi terhadap telur. Hanyasaja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh.
Vaksin ini jugadapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang
mendapattuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita
hamil, anakdengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang
sedangmendapat pengobatan imunosupresif.
b) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens,globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif
untukpencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakanimunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk
kontak dibangsal rumah sakit anak.
c) Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakitcampak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
d) Pengobatan
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul.Diberikan sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring
dan masukan cairan yangcukup. Penderita harus dilindungi dari kontak dengan cahaya
yang kuat selama masafotofobia. Adanya komplikasi seperti ensefalitis, SSPE,
bronkopneumonia pada setiapkasus harus dinilai secara individual

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi penyebabutama
kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh virusRNA dari
famili paramixoviridae, genus Morbillivirus, yang ditularkan secara droplet.Gejala klinis
campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi.
Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif,pasif dan isolasi penderita.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak
bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehinga saya bisa berorientasi lebih baik pada makalah
kamiselanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.


Anonim, 2008. Measles. http://dermnetnz.org/viral/morbilli.html. 18 januari 2017. 20.30
Imunisasi, vaksinasi. 2008. http://www.sidenreng.com 19 januari 2018. 01.00
Ika. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. http://www.wordpress.com 19 januari 2016. 02.46

10

Anda mungkin juga menyukai