Bronsted acidity

 Ditemukan oleh Johannes Bronsted di Denmark dan Thomas Lowry di Inggris

mengatakan bahwa reaksi asam basa dengan transfer ion hydrogen, H+ (proton),
dari 1 spesies ke spesies lain.
 Asam = donor proton
 Basa = akseptor proton
 Amphiprotic bisa menjadi asam dan juga basa contohnya air
4.1 kesetimbangan transfer proton dalam air
a. asam basa konjugasi
 Saat mendonor proton menjadi basa konjugasi
 Saat menerima proton menjai asam konjugasi
 Dimana as dan bs tsb setimbang dalam pelarut
b. kekuatan dari Bronsted acids
 Mengetahui kekuatan ini berasal dari konstanta keasaman atau konstanta ionisasi
asam (Ka)

 Bisa juga dengan konstanta kebasaan (Kb)

 Karena air amphiprotic, proton transfernya disebut autoprotolysis (autoionisasi)

dengan konstanta


c. asam dan basa kuat dan lemah
 Asam kuat pKa<0 ( Ka>1)
 Asam lemah pKa>0 (Ka<1)
 Basa kuat akan berekasi dengan air menjadi hampir semua protonasi
 Basa lemah hanya sebgian yang protonasi dalam air
d. Asam Poliprotik
 Asam poliprotik adalah asam yang bisa memberikan lebih dari 1 proton
 Biasanya konstanta keasaman Ka2<Ka1 karena model elektrostatistik sehingga saat
kedua kalinya deprotonasi harus muatan lebih negative dibandingkan yang pertama
 Untuk melihat transfer proton ini dengan diagram distribusi
 
e. Faktor-faktor yang mengatur kekuatan asam dan basa
 Efektifitas affinitas proton
 Entalpi transfer proton dalam solvent
o Asam: keadaan gas jika proton afinitasnya kurang dari air
o Basa: tangkapan proton dr pelarut jika eksotermis dan hanya basa yg memiliki
proton afinitas diatas 1634 kJ/mol
4.2 Solvent levelling
 Pelarut dengan konstanta autoprotolisis bisa dgunakan untuk membedakan asam
basa dengan range besar


4.3 Definisi system pelarut asam dan basa

 System ini untuk mengetahui spesies yang tidak berpartisipasi dalma transfer proton
 Asam: zat terlarut yang meningkatkan konsentrasi kation
 Basa: zat terlarut yang meningkatkan konsentrasi anion
 Ini sangat berguna saat membahas reaksi dengan pelarut tak berair
Karakteristik bronsted
 Ada tiga kelas asam yang perlu dipertimbangkan:
 o Asam aqua, di mana proton asam berada pada molekul air yang
dikoordinasikan dengan ion logam pusat.
o Hidroksoasid, di mana proton asam berada pada gugus hidroksil tanpa gugus
okso tetangga (O).
o Oksoid, di mana proton asam berada pada gugus hidroksil dengan gugus okso
melekat pada atom yang sama.
 3 kelas asam tersebut jika di deprotonasi seperti ini:

4.4 Tren berkala dalam kekuatan asam aqua

 Kekuatan asam aqua biasanya meningkat dengan meningkatnya muatan positif
ion logam pusat dan dengan penurunan jari-jari ionik; pengecualian umumnya
karena efek ikatan kovalen.
4.5 simple oxoacids
 Oksoidida yang paling sederhana adalah asam mononuklear, yang mengandung
satu atom unsur induk. Mereka termasuk H2CO3, HNO3, H3PO4, dan H2SO4.
a. Substituted oxoacids
Oksoasid tersubstitusi memiliki kekuatan yang dapat dirasionalisasi dalam hal
daya tarik elektron pengganti; dalam beberapa kasus, atom H nonacidic melekat
langsung ke atom pusat oksoacid.
b. Pauling’s rules
Mengukur kekuatan asam okso yang mengandung atom pusat spesifik dengan
variable okso dan gugus karbonil
c. Structural anomalies
Dalam kasus-kasus tertentu, terutama H2CO3 dan H2SO3, formula molekul
sederhana salah mengartikan komposisi larutan berair oksida bukan logam.
4.6 anhydrous osides
a. asam dan basa oxides
Unsur logam biasanya membentuk oksida dasar; Unsur bukan logam biasanya
membentuk oksida asam.
b. Amphoterism
Perbatasan antara logam dan bukan logam dalam tabel periodik ditandai
dengan pembentukan oksida amfoter; amfoter juga bervariasi dengan keadaan
oksidasi elemen.
4.7 pembentukan senyawa polyoxo
 Asam yang mengandung gugus OH mengembun untuk membentuk
polioksoanion
 pembentukan polikulasi dari aqua kation sederhana terjadi dengan hilangnya
H2O.
 Oksionan membentuk polimer ketika pH diturunkan sedangkan ion air
membentuk polimer ketika pH dinaikkan.
4.8 nonaqueous solvents
 liquid ammonia
 HF
 Anhydrous sulfuric acid
 Dinitrogen tetroxide