Anda di halaman 1dari 3

Iman dan Kebudayaan

Oleh Maria Regina Tumilaar, 1706978111

Judul : Iman, Budaya, dan IPTEKS


Pengarang : Junius Tamuntuan, M.Th.
Drs. Henoch B.I. Setiawan, M.Psi.
Dra. Poppy Mary Elia, M.Th., B.Sc.
Data Publikasi :
Tamuntuan, J., Setiawan, H. B., & Elia, P. M. (2017). MEMBANGUN PRIBADI
BERKARAKTER MULIA (Modul MPK Agama Kristen Universitas
Indonesia). Depok: Universitas Indonesia.

A. MANUSIA: GAMBAR ALLAH


1. Manusia Mempunyai Tugas dan Tanggung Jawab
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling dianggap baik
diantara semuanya, manusia diberikan kepercayaan sepenuh daripada
Allah. Kepercayaan sebagai tugas dan tanggung jawab pertama berupa
tugas untuk memelihara dan mengusahakan bumi dan isinya. Dalam
menjalankan tugasnya, manusia membangun relasi dengan sesamanya dan
terlebih relasi kuat dengan Allah Sang Pencipta (Kejadian 1: 26-28). Pada
waktu sekarang, tugas manusia yang tetap harus dipertanggungjawabkan
yaitu memelihara relasi tersebut dan mencerminkan keberadaan Allah di
dalam dunia ini dengan cara menjadi pribadi yang sesuai dengan rupa dan
gambar Allah.
2. Manusia Mempunyai Potensi
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya yang sangat
sempurna. Pada kesempurnaan itu manusia diberikan kemampuan dan
potensi untuk dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal. Potensi
yang Allah berikan berupa potensi fisik, mental, dan spiritual. Manusia
dapat menggunakan potensi tersebut untuk menjadi potensial besar dalam
perkembangan ilmu yang diperuntukkan demi kemuliaan nama Tuhan.
3. Manusia Mempunyai Otoritas
Pemberian mandat atau tugas yang Allah berikan kepada manusia
mencakup otoritas yang dipercayakan Allah agar manusia dapat
mengusahakan bumi serta isinya. Perwujudan melakukan tugas dan
otoritas tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan kepada Allah dan
tidak digunakan dengan sembarangan. Contoh kasus yang manusia
lakukan dengan penyalahgunaan otoritas yang Allah percayakan yaitu
jatuhnya manusia dalam dosa karena memakan buah dari pohon tentang
pengetahuan yang baik dan jahat.

B. MANUSIA: INSAN BERBUDAYA


1. Panggilan Untuk Berbudaya
Bersamaan dengan potensi dan tanggung jawab yang diberikan Allah
kepada manusia, manusia bertanggung jawab untuk mengelola segala hal.
Pengelolaan tersebut membutuhkan kesatuan kebudayaan yang diperoleh
melalui panggilan kebudayaan. Pada saat itulah setiap individu akan
bersama-sama dengan sesamanya untuk mengelola hal yang Tuhan
percayakan dan mencapai tujuan bersama.
2. Manusia dan Kebudayaan
a. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hal mengenai nilai, adat, norma, agama,
dan hal lainnya yang berkaitan dengan kebiasaan masyarakat.
Kebudayaan ini dikatakan memiliki tiga aspek penting. Aspek pertama
berupa hal ideal yang mampu memberi arah dan pengawasan terhadap
masyarakat untuk membentuk kebiasaan. Aspek kedua yaitu
pengaturan perilaku manusia oleh sistem yang sesuai dengan anggota
masyarakat. Aspek ketiga sebagai aspek terakhir berupa hasil dari
karya manusia itu sendiri, seperti halnya seni (Sitompoel, 2000:99).
Kebudayaan yang berkembang di masyarakat dapat terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
b. Tujuan Kebudayaan
Kebudayaan yang Allah kehendaki dimaksudkan untuk
memuliakan Tuhan yang dapat berupa pujian, tarian, musik, dan
sebagainya. Hal lain yang Allah kehendaki lewat kebudayaan, yaitu
memancarkan kasih Allah dan menyatakannya kepada sesama
manusia. Pancaran kasih dalam kebudayaan tersebut mampu
mencerminkan ketaatan manusia kepada Allah dan memperhitungkan
kedaulatan Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Hal terutama dari
tujuan kebudayaan ini adalah untuk memuliakan Allah, menjadi berkat
bagi sesama manusia, dan tetap menjaga alam.
3. Tanggung Jawab Terhadap Kebudayaan
a. Kebudayaan yang Tercemar oleh Dosa
Kebebasan dalam berbudaya yang didukung oleh potensi
dan otoritas yang Allah percayakan justru kerap kali
disalahgunakan manusia untuk melakukan hal yang tidak
memuliakan Allah. Contoh sederhana yang ada, yaitu manusia
cenderung menjadi sombong, licik, serakah, kejam, jahat,
dengki, serta menjadikan hal lain sebagai ‘tuan’ menyisihkan
posisi Allah.
b. Pemulihan Kebudayaan
Tuhan Allah berusaha memulihkan kebudayaan yang
dicemarkan manusia oleh dosa dengan jalan penebusan dan
pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Pengorbanan
Allah sanggup merubah manusia untuk mengalami
pembaharuan dalma segala aspek kehidupannya dan mulai
berperilaku sesuai kehendak Tuhan. Perbuatan baik sebagai
bukti pertobatan manusia menciptakan suasana baru yang
saling menghormati dan menghargai sehingga tercipta
kesejahteraan dalam masyarakat. Lewat perilaku tersebut
Tuhan juga berkehendak agar manusia dapat menjadi garam
dan terang dunia bagi orang di sekitarnya (Matius 5 : 13-16).
Dengan cara demikian, kebudayaan tidak hanya dipulihkan
tetapi juga dikuduskan untuk Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai