Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“LANDASAN AKSIOLOGI”
Dosen Pengampu : Drs. Elizon Nainggolan, M.Pd/Yusra Nasution, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Benny Hartawan Hutasuhut 1191111047


2. Eli Santia 1192411020
3. Febby Natasya Simatupang 1192411034
4. Septi Ragilia Pratiwi 1192411033

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrabbil ‘aalamiin...
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan
rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“LANDASAN AKSIOLOGI” ini.Dimaksud untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang Filsafat Pendidikan.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Yusra
Nasution, S.Pd,M.Pd.selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan. Dan atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari meskipun penulisan makalah
ini telah kami upayakan seoptimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan
yang tidak sengaja.
Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis serta memperoleh ridho Allah
semata.Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan…....................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan................................................................................... ........... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi................................................................................... ........... 2
B. Aksiologi dalam Pandangan Aliran-Aliran Filsafat..................................... .......... 2
C. Karakteristik dan Jenis Nilai Aksiologi................................................................. 3
D. Implikasi Aksiologi dalam Pendidikan.............................................................. 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................ ...................... 5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. .......... iv


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernyataan di sekitar batas wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan
moral, nilai yang menjadi acuan seorang ilmuwan, dan tanggung jawab sosial
ilmuwan telah menempatkan landasan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting.
Karena itu, salah satu aspek pembahasan integrasi keilmuwan ialah aksiologi ilmu.
Kita telah membahas tentang hakekat apa/objek yang dikaji (ontologis), dan
bagaimana cara mendapatkan (epistemologis) ilmu. Kini sampailah pada tahap
pembahasan aksiologi (nilai kegunaan dari ilmu-ilmu tersebut).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari aksiologi?
2. Apa saja pandangan aliran filsafat mengenai aksiologi?
3. Apa saja karakteristik dan jenis-jenis nilai dari aksiologi?
4. Bagaimana implikasi aksiologi dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian aksiologi.
2. Untuk mengetahui pandangan filsafat mengenai aksiologi.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan jenis nilai dari aksiologi.
4. Untuk mengetahui implikasi dari aksiologi dalam pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Secara etimologis, istilah aksiologi
berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata
dan “logos” yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari nilai. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Menurut Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi dibagi kepada tiga bagian
menurut Sumantri, yaitu : (1) Moral Conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan
disiplin ilmu khusus yaitu ilmu etika atau nilai etika. (2) Esthetic Expression
(Ekspresi Keindahan), bidang ini melhirkan konsep teori keindahan atau nilai estetika.
(3) Sosio Political Live (Kehidupan Sosial Politik), bidang ini melahirkan konsep
sosio politik atau nilai-nilai sosial dan politik.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu :
 Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran
dan kesucian.
 Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai
atau nilai-nilai, seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai.
 Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai,
dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut
secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
Dengan demikian, aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari
tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu. Berbicara mengenai
aksiologi dapat dijumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur
dan tidak jujur. Salah satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika/kesusilaan
dan dalam etika, objek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara
sadar. Sedangkan objek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk,
bermoral atau tidak bermoral dari suatu perbuatan atau perilaku manusia.

B. Aksiologi dalam Pandangan Aliran-Aliran Filsafat


Aksiologi dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan
pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat, yakni :
1. Pandangan Aksiologi Progresivisme
Menurut progresivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai
bahasa. Dengan demikian, adanya pergaulan dalam masyarakat dapat
menimbulkan nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari
dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dari individu. Kecerdasan
adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan antara
manusia dan lingkungannya, baik yang terwujud sebagai lingkungan fisik
maupun kebudayaan atau manusia.
Aliran filsafat progresivisme telah memberikan sumbangan yang besar
terhadap ilmu karena telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan
kebebasan kepada anak didik. Oleh karena itu, filsafat ini tidak menyetujui
pendidikan yang otoriter.
2. Pandangan Aksiologi Essensialisme
Aliran essensialisme berpandangan bahwa ilmu pengetahuan harus
berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban
manusia. Essensialisme memandang bahwa seorang pembelajar memulai
proses pencarian ilmu pengetahuan dengan memahami dirinya sendiri,
kemudian bergerak keluar untuk memahami dunia objektif.
3. Pandangan Aksiologi Perenialisme
Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah zamn yang
membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan
lingkungan sosial dan kultural yang lain.
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan
keburukan yang ada pada dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang
utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan pada asas supernatural
yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia.
Jadi, hakikat manusia itu terletak pada jiwanya. Oleh karena itu, hakikat
manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya.
4. Pandangan Aksiologi Rekonstruksionisme
Aliran rekonstruksionisme dalam memecahkan masalah,
mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan manusia yang
memerlukan kerja sama. Rekonstruksionisme ingin melakukan
pembaharuan kebudayaan lama dengan membangun kebudayaan baru
melalui lembaga dan proses ilmu pengetahuan melalui pendidikan.
Perubahan ini dapat terwujud bila melalui kerja sama semua umat manusia
atau bangsa-bangsa.

C. Karakteristik dan Jenis-Jenis Nilai Aksiologi


1. Karakteristik Nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu :
 Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran
yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya,
dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian,
tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
 Nilai absolute atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi apabila nilai yang berlaku
sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah
sepanjang masa. Serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan
ras maupun kelas sosial. Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa semua
nilai relative sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
2. Jenis-Jenis Nilai
Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu :
 Etika
Istilah etika berasal dari kata “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Etika
merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai,
ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila.
Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia.
Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan
filsafat tentang perilaku manusia. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat
etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah
diperlukan etika yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu.
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
 Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni
dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat
dikelompokkan sebagai rekayasa, pola dan bentuk. Estetika adalah ilmu
yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika
adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang
dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.

D. Implikasi Aksiologi dalam Pendidikan


1. Aksiologi dalam Pendidikan Islam
Implikasi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai
tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian
peserta didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan
jahat bukanlah suatu yang mudah. Apalagi, baik dan dan benar dalam arti
mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas merupakan
tugas utama pendidikan.
Pendidikan harus memberikan pemahaman baik, benar, bagus, buruk dan
sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi
etika, estetika, dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan
saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam keluarga, tetangga, kota, negara adalah
nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus
mendapat perhatian.
Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara
Islami, sesuai dengan tuntutan Allah SWT. Aksiologi pendidikan Islam berkaitan
dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam.
Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah untuk
mewujudkan manusia yang sholeh, taat beribadah dan gemar beramal untuk
tujuan akhirat.
2. Aksiologi Bagi Ilmu dan Teknologi
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan
dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman
tersebut secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan
konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu konsep-
konsep ilmiah pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan
konsep-konsep baru yang secara langsung dan tidak langsung bersumber pada
konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada. Dengan kata lain, pemahaman
terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan secara potensial mempunyai nilai
kegunaan untuk mengembangkan isi dan metode ilmu pendidikan,
mengembangkan mutu profesional teoretikus dan praktisi pendidikan.
3. Aksiologi Kegunaan Bagi Praktik Pendidikan
Pembahasan tenaga kependidikan secara komprehensif dan sistematis turut
serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas
profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan
menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan pendidikan.
Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan memberikan
pencerahan tentang bagaimana melakukan tugas-tugas perofesional pendidikan.
Apabila hail ini terjadi, maka seorang tenaga pendidikan akan dapat bekerja
konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-prinsip pendidikan yang jelas
terbaca dan kokoh. Tindakan-tindakannya akan menunjukkan arah yang lebih
jelas, dan bentuknya pun tidak asal-asalan, tetapi lebih terpola yang dipilih
berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip pendidikan yang diyakini dan
dianutnya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dengan mengetahui dimensi aksiologi dalam pengembangan ilmu
menunjukkan bahwa cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu,
karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja. Sedangkan filsafat
mencakup yang empiris dan yang non empiris. Karena itulah, filsafat disebut sebagai
induk ilmu.
Dengan menganalisis etika dan estetika keilmuan dalam aksiologi
menunjukkan bahwa fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk
yang akan datang atau memberi pemaknaan bahwa etika sebagai prinsip atau standar
perilaku manusia, yang kadang-kadang disebut dengan moral.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2008. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana

http://adikke3ku.wordpress.com/2012/02/110/aksiologi-ilmu

Anda mungkin juga menyukai