Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN PERAN AKTIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DI KELAS IV SD NEGERI WANAREJA 01

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Penelitian Tindakan Kelas
Pada Program S.1 PGSD BI Universitas Terbuka

Oleh
DWI FAJAR WAHYUNIATI
NIM. 857565296

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH PURWOKERTO
KELOMPOK BELAJAR KEDUNGREJA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas ini ini dengan baik.
Proposal ini disajikan dengan Judul Penerapan Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Peran Aktif dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
IPA Indikator menyebutkan bentuk gaya di kelas IV SD Negeri Wanareja 01
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) pada Program S.1 PGSD Universitas Terbuka.
Proposal ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Kepala Sekolah SDN Wanareja 01 Kecamatan Wanareja Kabupaten
Cilacap
2. Bapak/Ibu Guru SDN Wanareja 01 Kecamatan Wanareja Kabupaten
Cilacap
3. Bapak Amir Mahmud, S.Pd.M.Pd selaku Tutor Mata Kuliah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Universitas Terbuka Pokjar Kedungreja
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini mampu
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di SDN Wanareja 01.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal PTK ini masih bnyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca
proposal ini penulis terima dengan senang hati. Semoga penyusunan proposal ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

Wanareja, 15 November 2020


Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………..…………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 1
C. Tujuan ……………………………………………………………
D. Manfaat………………………………………………………..
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Kerangka Teori ……………………………..………..
B. Kerangka Berfikir………………………….
C. Hipotesis …………………
D. Kriteria keberhasilan………….
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN………….
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
B. Desain Prosedur perbaikan Pembelajaran
C. Teknis Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam proses pembelajaran guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu, guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar
mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu
dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat proses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk
mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Berbekal pernyataan tersebut, dan hasil refleksi pembelajaran dalam
mata pelajaran IPA kelas IV SDN Wanareja 01 menunjukan hasil yang belum
maksimal, hasil prestasi dan keaktifan siswa masih di bawah ketuntasan
belajar. Sadar akan hal tersebut, penulis akan mencoba mengadakan suatu
Penulisan dalam konteks yang lebih sempit yakni di kelas tempat penulis
bertugas atau dengan kata lain penulis dalam kelasnya sendiri yang disebut
(PTK).
Dengan mempertimbangkan faktor penyebab diatas, saran supervisor
dan teman sejawat, alternatif pemecahan masalah yang akan ditempuh
melalui Implementasi, Pendekatan problem based learning (pembelajaran
masalah) dengan melibatkan siswa secara aktif dan memaksimalkan
penggunaan alat peraga untuk meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar
siswa dalam Pembelajaran IPA materi menyebutkan bentuk gaya.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Wanareja 01, Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pemuda dan Olahraga (UPT) Kecamatan Wanareja, Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah pada pelajaran IPA kelas IV (empat) dengan
kompetensi dasar menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

iv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas maka masalah yang
menjadi fokus perbaikan ini adalah :
1. Apakah penerapan pendekatan problem based learning dapat
meningkatkan Peran Aktif belajar siswa pada Pembelajaran IPA dalam
materi menyebutkan bentuk gaya?
2. Apakah penerapan pendekatan problem based learning dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada Pembelajaran IPA dalam
materi menyebutkan bentuk gaya?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penyusunan proposal penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran IPA materi
menyebutkan bentuk gaya melalui pendekatan problem problem based
learning.
2. Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA materi
menyebutkan bentuk gaya melalui pendekatan problem based learning.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini terlaksana, hasilnya diharapkan dapat bermanfaat


bagi guru, siswa dan institusi.

1. Manfaat bagi guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah


sebagai salah satu metode yang dapat membantu guru dalam
membelajarkan siswa akan konsep-konsep IPA sehingga dengan mudah
memahami konsep tersebut dengan baik.
2. Manfaat bagi siswa antara lain :
a. Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi
kebosanan dalam belajar.

v
b. Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa belajar
lebih mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan
dengan pelajaran baru.
c. Hasil belajar siswa pembelajaran IPA meningkat.
3. Manfaat bagi sekolah akan memberikan sumbangan tentang variasi
pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan
mutu proses pembelajaran.

vi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori
1. Peran Aktif
Menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), Peran Aktif adalah
sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang
menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan
pada yang lain, atau Peran Aktif sebagai akibat yaitu pengalaman efektif
yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu objek, atau karena
berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Menurut Dewa Ketut Sukardi dan DM Sumiati 9 (1993 : 87)
Peran Aktif adalah mengidentifikasi atau menunjukan apa yang ingin
dilakukan atau dikerjakan individu dan atau memantulkan apa yang telah
dipertimbangkan memuaskan (interest ). Sedangkan Slameto (1995 : 180)
mengemukakan bahwa Peran Aktif adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Peran Aktif adalah
keterkaitan atau dorongan dari dalam diri Individu pada suatu hal atau
aktivitas yang menimbulkan perhatian secara selektif, yang menyebabkan
dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan menyenangkan
ditunjukkan tanpa ada yang menyuruh dan lama kelamaan akan
mendatangkan kepuasan pada dirinya. Di lain pihak jika kepuasan
berkurang maka Peran Aktif seseorangpun akan berkurang.
2. Prestasi belajar siswa
Menurut Nasution (1989 : 29) pengertian belajar adalah
pengumpulan pengetahuan sebagai perubahan kelakuan anak berkat
pengalaman dan latihan, belajar membawa suatu perubahan tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk ucapan,
kebiasaan, penghargaan Peran Aktif serta penyesuaian.

vii
Siswa adalah subjek yang belajar atau pembelajaran, dalam hal ini
yang dimaksud siswa adalah siswa sekolah dasar yang merupakan bagian
terpadu dari siswa pendidikan Nasional (Depdikbud,1993 : 15).
Menurut Winkel (1996 : 162) Prestasi adalah bukti keberhasilan
usaha yang dicapai serta kemajuan, keterampilan dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan tugas.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,
prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam
proses pembelajaran. 
Berdasarkan pendapat ahli diatas,dapat disimpulkan bahwa
pengertian perestasi belajar siswa adalah bukti keberhasilan usaha yang
dicapai serta kemajuan, keterampilan dan sikap siswa sebagai hasil
pengalaman siswa itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan yang
dicapai secara rill melalui kegiatan tertentu yang proses pengukurannya
menggunakan tes.
3. Pendekatan Problem Based Learning
Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak
zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.

viii
Model pemblajaran berdasarkan masalah dilandasi teori
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara
siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah
menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas
tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang
fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
4. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends dalam Trianto, karakteristik pembelajaran
berbasis masalah adalah:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan


masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan
masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki


telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan


mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan
kesimpulan.

4) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa


yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil.

Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan


masalah memiliki tujuan:

ix
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan pemecahan masalah

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik

3) Menjadi pebelajar yang mandiri.

5. Hakikat Pembelajaran IPA di SD


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing..
Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan
proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan
proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan,
mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta
ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan
eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable,
menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan
mensintesis data.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses
dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan
ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk
menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum
dan teori-teori baru.
Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang
dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian,
pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam
di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau
diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu
digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu
siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa
konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan
suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir

x
secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan
sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara
proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan
deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
Tujuan pembelajaran IPA di SD (Depdiknas, 2006) secara
terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

B. Kerangka Berfikir

Dalam pembelajarannya Guru belum


Peranlearning
menggunakan model pembelajaran problem based aktif dan hasil belajar siswa
Kondisi awal rendah

Siklus I
Memanfaatkan model pemelajaran problem based learning
Dalam pembelajarannya Guru sudah menggunakan model pembelajaran problem
kelompokbased learning
besar
Tindakan

Kondisi akhir
Siklus II
Memanfaatkan model pembelajaran problem based learning
secara kelompok kecil
xi
a melalui model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan peran aktif dan hasil belajar siswa dalam menyebutkan be
Gambar, 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Tindakan

C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pendapat para ahli disusun
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan pendekatan problem based learning (Pendekatan Pembelajaran
masalah) dapat meningkatkan Peran Aktif belajar siswa pada
Pembelajaran IPA dalam materi menyebutkan bentuk gaya.
2. Penerapan pendekatan problem based learning (Pendekatan Pembelajaran
masalah) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Pembelajaran
IPA dalam materi menyebutkan bentuk gaya.
D. Kriteria Keberhasilan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan penguasaan adalah
ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai tingkat
penguasaan materi 80% ke atas. Indikator untuk mengukur peningkatan Peran
Aktif belajar siswa adalah unjuk kerja siswa, antusiasme dalam belajar, respon
siswa terhadap pertanyaan peneliti, dan keberanian mencoba.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika 80% dari
jumlah siswa tuntas dalam belajar .
2. Perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika 80% dari
jumlah siswa memiliki Peran Aktif belajar yang tinggi.

xii
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
PTK ini dilaksanakan dikelas IV SD Negeri Wanareja 01 UPT
Disdikpora Kecamatan Wanareja, dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa
anak terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Usia mereka
rata-rata 10 tahun,Walaupun ada 2 anak yang berusia 13 tahun, terdiri dari
2 anak laki-laki. Mayoritas dari siwa berasal dari keluarga petani (25
orang ), 8 orang dari keluarga wiraswasta, dan 2 orang dari keluarga
buruh. Tentang keadaan fisik siswa kelas IV pada umumnya baik. Jarak
dari rumah ke sekolah di bawah 800 meter. Mayoritas siswa berangkat ke
sekolah dengan berjalan kaki.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wanareja 01, UPT Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Wanareja, Kabupaten
Cilacap yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto no.30, Dusun Wanareja,
Desa Wanareja, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
Tengah.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini memakan waktu satu bulan dari Bulan Oktober
sampai dengan Bulan November 2020 dengan rincian per siklusnya
sebagai berikut :
- Silklus I : tanggal 11 Maret 2021 dan tanggal 12 Maret 2021

xiii
- Siklus II : tanggal 25 Maret 2021 dan tanggal 26 Maret 2021

Tabel 1
Alokasi Waktu Penelitian

N Uraian kegiatan BULAN FEBRUARI BULAN MARET


o M M M M M M M M
1 2 3 4 1 2 3 4

Menyusun
1 Instrumen v
Penelitian

Pengumpulan Data
2 V v
Siklus I

Pengumpulan Data
3 v V
Siklus II

4 Analisis Data v V

Pembahasan/Diskus
5 V
i

Meyusun laporan
6 V
Hasil Penelitian

4. Pihak yang membantu


Dalam penelitian dibantu oleh teman sejawat dengan indentitas dan tugas
sebagai berikut :
Nama : Priana Aji, S.Pd.
NIP :
Pekerjaan : Guru Kelas V
Tugas : - Membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran
mulai siklus pertama sampai dengan siklus
terakhir.

xiv
- Memberikan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi selama
proses
pembelajaran.
- Ikut merencanakan perbaikan pembelajaran.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi
perencanaaan, pelaksanaan tindakan, pengamaan (observasi) dan refleksi.
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk
merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil
memecahkan masalah,seperti tampak pada gambar berikut .

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi
SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Kesimpulan

Gambar 3.1. Daur Penelitian Tindakan Kelas ( Rusna Ristasa, 2007:


7)
Apabila satu siklus belum menunjukan tanda-tanda perubahan
kearah perbaikan (Peningkatan Mutu ), kegiatan riset dilanjutkan pada
siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas.

xv
Secara lebih rinci lagi dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Ide Awal

Studi Pendahuluan
1. Proses pembelajaran
2. Tes Diagnostik (data awal)
3. Analisis dokumen kelas
4. Wawancara dengan siswa
5. Diskusi dengan supervisor

Pemantapan
1. Refleksi
2. Studi literature
3. Diskusi dengan supervisor tentang Implementasi Pendekatan problem
based learning dalam pembelajaran.

Persiapan Penelitian
1. Menyusun RPP, Soal Ulangan Harian, Lembar Observasi, dan LKS
2. Mempersiapkan Observer
3. Simulasi

Belum Tindakan Siklus I Berhasil


1. Perencanaan Perbaikan
2. Pelaksanaan Perbaikan
3. Observasi
4. Refleksi Siklus I Simpulan
Revisi

Tindakan Siklus II
1. Perencanaan Perbaikan
2. Pelaksanaan Perbaikan
3. Observasi
4. Refleksi Siklus II

Gambar 3.2. Diagram alur Prosedur Pelaksanaan Perbaikan


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (dimodifikasi dari Rusna Ristasa,
2006: 46)
Prosedur perbaikan pembelajaran, pada gambar 3.2 diatas
selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut :

xvi
1) Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan
masalah dan menyusun hipotesis.
2) Menemukan cara pemecahan masalah atau tindakan perbaikan.
3) Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) .
4) Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman sejawat yang
ditugasi sebagai pengamat (observer).
5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah
dirancang dan diamati oleh teman sejawat.
6) Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer).
7) Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
8) Konsultasi dengan supervisor.
9) Merancang tindak lanjut.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Langkah awal dalam perencanaan, peneliti menyusun rencana
pelaksanaan perbikan Pembelajaran sesuai dengan hipotesis tindakan yang
diajukan dan menyusun skenario tindakan yang meliputi kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh peneliti, siswa dan observer selama proses
perbaikan pembelajaran.
Menurut Mikarsa, dkk (2007. : 4.18) langkah-langkah
pembelajaran berpusat masalah (Problem Based Learning) adalah sebagai
berikut.
1) Guru membuka proses belajar mengajar.
2) Guru mengajukan permasalahan pada siswa untuk dipecahkan
memakai metode Problem Based Learning (PBL).
3) Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-
masing terdiri atas 5 atau 6 anggota kelompok.
4) Memberi waktu kepada siswa untuk saling mendiskusikan
permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut.
5) Mengawasi dan membantu mengarahkan jalannya diskusi.

xvii
6) Pengumpulan tugas secara kelompok.
7) Guru mengacak kelompok untuk presentasi terhadap permasalahan
yang sudah didiskusikan.
8) Guru melakukan klarifikasi atas hasil presentasi siswa.
Peneliti menyiapkan media dan alat pembelajaran yang
dibutuhkan, meliputi lembar kerja, sumber bahan, gambar benda, lembar
ulangan harian dan lembar observasi. Bersama dengan taman sejawat
selaku observer peneliti berdiskusi tentang fokus observasi.
2. Tahap pelaksanaan ( action )
1) Kegiatan Awal
Peneliti mengadakan apersepsi untuk membimbing siswa pada
materi yang akan dipelajari dengan beberapa pertanyaan.
a) Siapa yang membantu Ayah mendorong gerobak ?
b) Bagaimana cara mendorong gerobak yang berisi muatan berat?
c) Apakah yang dilakukan Ayah dan kamu?
2) Kegiatan Inti
Pertemuan 1(11 Maret 2021)
Peneliti memberikan penjelasan tentang jenis gaya yang ada di
kehidupan sehari – hari siswa. Coba kamu amati Ayahmu, misalnya saat
mendorong gerobak. Ayah mendorong dari sisi belakang sedangkan
kakak menarik gerobak itu. Jenis gaya yang dilakukan Ayah dan
kakakmu pasti berbeda, Ayah mendorong dan kakak menarik gerobak
tersebut. Dengan demikian, gaya itu adalah berupa tarikan dan dorongan.
Sekarang coba sebutkan jenis – jenis gaya. Apa saja jenis gaya yang ada
di kehidupan?
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk membagi diri dalam 4
kelompok, masing-masing kelompok diberi lembar kerja siswa (LKS).
Dengan bimbingan guru, siswa medatangi kumpulan masyarakat yang
dekat dengan sekolah,dan mengamati kegitan kerja bakti pada
masyarakat tersebut. Ada yang membawa sampah, memotong ranting
yang menutupi jalan, membetulkan saluran air dan listrik dan
mendorong gerobak.

xviii
Setelah kegiatan pengamatan selesai, masing-masing kelompok
diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil pengamatannya,
kelompok lain menyimak dan diberi kesempatan bertanya.
Selanjutnya di bawah bimbingan guru diadakan sharing secara
klasikal tentang jenis-jenis makanan hewan peliharaan yang ada di dekat
sekolah. Sharing ini sangat hidup, banyak diantara siswa yang
menceritakan tentang jenis makanan hewan peliharaannya yang ada di
rumahnya masing-masing.

Pertemuan II ( 12 Maret 2021)


Peneliti memberikan penjelasan tentang jenis gaya yang ada di
kehidupan sehari – hari siswa. Coba kamu amati Seorang
pemanah,misalnya saat menarik Busur. Sekarang coba sebutkan jenis –
jenis gaya. Apa saja jenis gaya yang ada di kehidupan?
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk membagi Kelompok dalam 4
kelompok, masing-masing kelompok diberi lembar kerja siswa (LKS).
Dengan bimbingan guru, siswa mengamati poster tentang Gotong
royong. Ada yang membawa sampah, memotong ranting yang menutupi
jalan, membetulkan saluran air dan listrik dan mendorong gerobak.
Setelah kegiatan pengamatan selesai, masing-masing kelompok
diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil pengamatannya,
kelompok lain menyimak dan diberi kesempatan bertanya.
Pada kegiatan akhir siswa diminta mengerjakan evalusai pada
buku ulangan harian yang telah tersedia pada siswa. Kemudian hasil
evalusi dikoreksi dan dianalisis untuk bahan tindak lanjut.
3) Tahap Mengamati (Observation)
Observer yang diberi tugas mengamati, melakukan pengambilan
data, baik melalui proses pembelajaran yang berlangsung melalui catatan
rekaman peristiwa, maupun pengamatan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar dan peran aktif belajar siswa. Setelah pembelajaran berakhir
dilanjutkan dengan mengadakan diskusi balikan.
4) Tahap Refleksi (Reflection)

xix
Hasil observasi yang dilaksanakan, kemudian didiskusikan.
Berbagai masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan
diidentifikasi dan di analisis. Hasil identifikasi dan analisisi masalah
dicari dan ditentukan solusinya untuk perbaikan pada siklus berikutnya
Siklus II
1. Tahap Perencanaan ( Planning )
Bersama supervisor dan observer peneliti mendiskusikan dan
mengevaluasi proses kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus
pertama. Peneliti membuat RPP dan menyiapkan skenario tindakan yang
akan dilaksanakan pada proses pembelajaran perbaikan siklus kedua.
Berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan hasil refleksi pada
siklus pertama, maka peneliti mengganti teknik pembelajaran yang
digunakan yakni dengan interaksi kelompok. Selain itu peneliti juga telah
menyiapkan lembar kerja siswa, ulangan harian, dan menyepakati fokus
observasi dan kriteria yang akan digunakan, seperti pada pembelajaran
sebelumnya.
2. Tahap Pelaksanaan ( Action )
1) Kegiatan Awal
Peneliti memotivasi siswa dengan bernyanyi bersama. Beberapa
pertanyaaan diajukan untuk mengantar siswa pada materi.
Peneliti mengadakan apersepsi untuk membimbing siswa pada
materi yang akan dipelajari dengan beberapa pertanyaaan :
a) Apabila kaleng dipukul dengan palu bagaimanakah bentuk kaleng
tersebut ?
b) Pernahkah kalian membuat patung dari tanah liat?
2) Kegiatan Inti
Pertemuan I ( 25 Maret 2021)
Proses kegiatan sama dengan siklus pertama, hanya dalam
penanaman konsep lebih menekankan pada teknik interaksi kelompok.
Siswa diminta saling berbagi dan saling mengisi tidak seperti pada
siklus pertama, yang aktif bekerja dan mencari informasi hanya ketua
kelompok dan sekertaris kelompok saja. Situasi kerja diciptakan

xx
sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok seluruhnya
terlibat secara aktif dalam mencari dan menemukan informasi.
Peneliti memberikan penjelasan mengenai gaya dapat
mempengaruhi bentuk benda. Salah satunya ketika manusia akan
membuat patung. Patung yang dibuat berasal dari bahan tanah liat.
Sebelum membuat patung maka tanah di pukul – pukul supaya tanah
menjadi satu dan tidak mudah pecah. Setelah proses tersebut maka
tinggal pembentukan bentuk dari patung tersebut.
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk membagi diri dalam 7
kelompok, masing-masing kelompok diberi lembar kerja (LKS).
Dengan bimbingan guru, siswa diberikan tugas untuk membuat mainan
dari bahan plastisin.
Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, masing-masing
kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
pengamantnnya, kelompok lain menyimak dan diberi kesempatan
bertanya.
Selanjutnya dibawah bimbingan peneliti diadakan sharing
secara klasikal tentang menyebutkan bentuk gaya.
Sharing ini sangat hidup, banyak diantara siswa menceritakan
gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Plastisin yang belum bisa
mengandung arti sebuah benda setelah terkena gaya akan menjadi
sebuah benda, begitu pula kaleng yang dikenai palu maka bentuknya
akan berubah dari sebelumnya.
Pertemuan II ( 26 maret 2021)
Setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa, peneliti
melakukan apersepsi. Siswa diminta saling berbagi dan saling mengisi
tidak seperti pada siklus pertama, yang aktif bekerja dan mencari
informasi hanya ketua kelompok dan sekertaris kelompok saja. Situasi
kerja diciptakan sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok
seluruhnya terlibat secara aktif dalam mencari dan menemukan
informasi.

xxi
Peneliti memberikan penjelasan mengenai gaya dapat
mempengaruhi bentuk benda. Salah satunya ketika manusia akan
membuat Guci (Porselin). Guci yang dibuat berasal dari bahan tanah
liat. Sebelum membuat guci maka tanah di pukul – pukul dan diputar-
putar supaya tanah menjadi satu dan tidak mudah pecah. Setelah
proses tersebut maka tinggal pembentukan bentuk dari guci tersebut.
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk membagi kelompok dalam
7 kelomok, masing-masing kelompok diberi lembar kerja (LKS).
Dengan bimbingan guru, siswa diberikan tugas untuk membuat mainan
dari bahan plastisin.
Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, masing-masing
kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
pengamatannya, kelompok lain menyimak dan diberi kesempatan
bertanya.
Selanjutnya dibawah bimbingan peneliti diadakan sharing
secara klasikal tentang menyebutkan bentuk gaya.
Sharing ini sangat hidup, banyak diantara siswa menceritakan
gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Plastisin yang belum bisa
mengandung arti sebuah benda setelah terkena gaya akan menjadi
sebuah benda, begitu pula kaleng yang dikenai palu maka bentuknya
akan berubah dari sebelumnya.
Pada akhir kegiatan melalui Tanya jawab siswa dibimbing
untuk merangkum materi yang telah dipelajari, kegiatan dilanjutkan
dengan melakukan kegiatan uji kompetensi (ulangan harian).
Setelah selesai pekerjaan siswa dipertukarkan dengan teman
sebangkunya untuk dikoreksi secara bersama-sama. Selanjutnya
peneliti melakukan umpan balik dan tindak lanjut untuk pelajaran
berikutnya.
3) Tahap Observasi ( Observation )
Teman sejawat selaku observer, melakukan observasi terhadap
penelitian yang sedang melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
kedua dengan menggunakan lembar observasi yang telah disepakati

xxii
dan disiapkan. Observer juga melakukan observasi dengan
mengajukan pertanyaan kepada siswa yang belum tuntas belajar.
Setelah pembelajaran berakhir dilanjutkan dengan mengadakan diskusi
balikan.
4) Tahap Refleksi ( Reflection)
C. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data
Hasil tes ditulis dengan langkah-langkah berikut:
1) Merekap nilai yang diperoleh siswa.
2) Merekap nilai tertinggi.
3) Merekap nilai terendah.
4) Menghitung nilai rata-rata.
Hasil perolehan nilai dari masing-masing siklus maupun kondisi
awal dibandingkan, yaitu antara hasil kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai peningkatan nilai ulangan
harian sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan problem based
learning dengan penelitian tindakan yang dilakukan dengan dua siklus
tersebut.
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif, meliputi tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan terus menerus selama dan
setelah pengumpulan data, atau secara bertahap yaitu pertama menyeleksi
dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan
data dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna.
2. Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif berupa peningkatan peran aktif belajar siswa selama proses
pembelajaran, sementara data kuantitatif berkaitan dengan hasil Ulangan
Harian siswa yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Instumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa :
1) Lembar Soal Ulangan Harian digunakan untuk mengumpulkan data
kuantitatif.

xxiii
2) Lembar Observasi (check list) untuk mengidentifikasi metode
pembelajaran yang digunakan serta peningkatan peran aktif belajar
siswa (terlampir).
3. Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan kualitatif.
Data Kuantitatif berkaitan Data tentang hasil belajar siswa dengan
memberikan ulangan harian kepada siswa. Tes digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi menyebutkan bentuk gaya.
Data Kualitatif berkaitan Data tentang minat belajar siswa dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi digunakan untuk
mengetahui proses/pelaksanaan pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal
yang diharapkan terjadi serta hal-hal yang muncul di luar yang
diharapkan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rancangan
penelitian ini adalah :
1) Observasi
2) Wawancara
3) Analisis Dokumen.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. 2008 . Penelitian Tindakan Kelas .


Jakarta : Universitas Terbuka.

Oemar, Hamalik. 2001.Proes Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Dahar , Ratna Willis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. 2004. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran


Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:


Jakarta. Kencana. Arikunto, Suharsimi. 2010.

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.


Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S Nana.

Ahnan, Maftuh. 1999. Metode Belajar Ilmu Sorof. Surabaya: Terbit Terang

(KTSP). Cilacap: UPT Dinas P dan K Kecamatan Cipari.


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.2007.Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
http://22indramunawar.blogspot.com

Indramunawar yang diakses pada tanggal 2 Maret 2012 dari


Steve. 2009. Model Pembelajaran Explicit Instruction. Diakses pada
tanggal 29

xxv
Februari 2012 dari http://wywld.wordpress.com/2009/11/10/model-
pembelajaran-22-explicit-instructionrosenshina-steve

xxvi

Anda mungkin juga menyukai