Anda di halaman 1dari 3

5.

   -- menurut pengamatan saya seorang pemimpin yang pancasilais dilingkungan saya adalah sorang
ketua RT , khususnya dilingkungan saya , bagaimana bias saya mengatakan seperti itu? , saya
berpendapat bahwa ketua RT dilingkungan saya memiliki standar pancasilais yang cukup tinggi, karena ,
bias dilihat dari prilaku , setiap pekerjaan dan setiap program yang dikerjakan beliau.

Kelurahan dilingkungan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya , beliau tak segan turun dan ikut
bekerja bergotong royong membantu penyelesaian mushola , membuat piket ronda setiap malamnya ,
dan juga membuat sarana olahraga bagi para pemuda di sekitar , setiap malam beliau mengontrol piket
ronda , sesuai atukah masih banyak yang perlu diperbaiki, dari peristiwa yang saya alami , beliau
memiliki sifat keadilan sosial yang tinggi, dan ketuhanan yang cukup baik.

--Warganegara  yang pancasilais dilingkungan saya , saya dapat menyebutkan satu nama , yaitu , bapak
ustad dilingkungan saya , meskipun beliau bukan merupakan orang jambi asli , beliau selalu memberikan
yang terbaik untuk membuat jambi lebih baik , membantu pembangunan nya , salah satunya
membangun mushola , serta mendidik anak anak disekitar untuk belajar mengaji, secara geratis , disini
saya menenmukan sifat  keadilan social yang adil dan bradab pada sosok ustad dilingkungan saya.

--Dan yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasilais , di lingkungan saya yaitu semua guru yang mengajari
saya selama ini, tak mudah memberikan ilmu kepada orang lain, seseorang harus menabahkan hatinya
demi itu, tetapi guru guru saya , mengajari saya dengan tanpa kenal lelah , dan itu tercantum dalam
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan.

3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia yaitu di sisi ilmu
itu sendiri, pancasila sudah mencakup dari semua segi aspek kehidupan , mulai dari  sila pertama yang
mencakup segi ketuhanan dalam menuntut ilmu yaitu dalam menuntut ilmu utamakan lah ilmu yang
bermanfaat dan bisa dibagi dan diberikan kepada orang lain, sampai keadilan sosisal yang mengajarkan
kita menuntut ilmu dengan seadil-adilnya dan saya artikan , dalam menunttut ilmu juga harus adil , yaitu
dalam menuntut ilmu , jangan hanya satu ilmu yang dipelajari , juga harus menguasai ilmu yang lain ,
dalam penguasaan ilmu, jangan hanya ilmu di dunia, tapi kuasai juga ilmu sebagai bekal di akhirat.

Di segi penuntut ilmu, sebagai penuntut akan ilmu, dalam pancasila juga diajarkan harus adanya sifat
kemanusia’an yang terdapat pada sila ke dua , yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab , sebagai
penuntut kita harus mengedepankan sisi kemanusiaan dalam mencari ilmu, maksudnya , jangan
memaksakan suatu ilmu hingga mengorbankan orang lain dalam mencapai tujuan tsb.

1. Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan
bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan
pada  nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan pegangan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena  tujuan pembelajaran ialah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga sikap dan perilaku cinta tanah air yang
bersendikan budaya bangsa. 
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat
antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa
yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling
menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap
individu.

Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi
landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara
tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.

Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada saat ini banyak mengalami kemunduran
persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah adanya ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, belum
stabilnya kondisi politik pemerintahan di Indonesia menjadikan rakyat tumbuh menjadi rakyat yang
apatis terhadap pemerintah. Dampak  buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-kebudayaan baru
menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi lebih kompleks atau rumit. Karena
banyaknya kebudayaan baru yang datang dan diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya
penyimpangan kebudayaan di masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun berdampak
serius seperti perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang semakin memecah belah kesatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat kondisi seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan
patah semangat, Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu
jua, selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi kehidupan bernegara di negeri yang multikultural
ini, karena komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun. Ketimpangan
sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan di antara kita janganlah
dijadikan pembeda. Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru biarkanlah berlalu,
karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu tanah air, Tanah air
Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua.
Indonesia satu!

2.Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawa-rah


untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama,
tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini
hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala
gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah.
Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.

4.Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan benar-benar
menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dimulai dengan menjadikan dasar negara ini kembali sebagai
pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa pancasila masih ada, dan masih dibutuhkan
bagi bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-nilai juga dapat dilakukan dengan cara manifestasi identitas
nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain; spiritual yang berlandaskan etik,
estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah pengembangan profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dilakukan dengan menyiapkan
sumber daya manusia yang profesional dan handal untuk pembangunan nasional yang menumbuhkan
kesadaran nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi dengan perubahan,
mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan mampu mengatasi segala permasalahan sengan
solusiyang baik, serta mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar lebih maju dan
bermartabat.

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang terbentuk dalam sikap inklusif, toleran dan
gotong royong dalam keragaman agama dan budaya

Anda mungkin juga menyukai