Anda di halaman 1dari 46

BAB I

SAP 2000

1.1. Teori Singkat

Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas
dalam dunia teknik sipil, terutama dalam bidang analisis struktur dan elemen
hingga (finite elemen). Pembuat perangkat lunak SAP yaitu CSi (Computer
and Structure, Inc.) yang berasal dari Berkeley, California USA, telah
mengembangkan program ini sejak tahun 1970-an. Seri program SAP untuk
komputer PC yang dilahirkan pertama kali adalah SAP80, kemudian disusul
dengan SAP90. Namun kedua program tersebut masih menggunakan operasi
DOS, dan untuk perancangan elemen strukturnya masih menggunakan
program tersendiri, sehingga dirasakan cukup merepotkan pengguna.

Seiring dengan kemajuan teknologi komputer yang begitu pesat,


pembuat perangkat lunak SAP tersebut mengeluarkan seri program SAP2000
yang merupakan perangkat lunak untuk analisis dan disain struktur yang
menggunakan operasi Windows. Banyak keistimewaan-keistimewaan yang
terdapat pada seri program SAP2000 yang belum banyak diketahui oleh para
pengguna.

Analisis yang dapat dilakukan dengan SAP2000 ini antara meliputi


analisis statik dan analisis dinamik serta analisis finite elemen. Analisis
model struktur dapat dilakukan secara 2 dimensi dan 3 dimensi. Selain itu,
untuk desain, SAP2000 telah menyediakan beberapa menu design untuk
struktur baja maupun struktur beton, dan tidak tertutup kemungkinan
menggunakan material-material struktur lainnya.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 1
1.2 Sistem Koordinat
Pengetahuan tentang sistem koordinat sangat penting untuk
menentukan model dan mengintepretasikan hasil-hasil keluaran dari
program. Pada SAP2000, semua sistem koordinat model struktur ditentukan
dengan mematuhi satu sistem koordinat global X-Y- Z, dan setiap bagian dari
model misalnya joint, atau frame, mempunyai koordinat lokal 1- 2-3.

Semua sistem koordinat ditunjuk dengan sumbu 3 dimensi yang


menggunakan aturan tangan kanan (right handed) dan menggunakan sistem
Cartesian. SAP2000 selalu mengasumsikan sumbu Z ialah sumbu vertikal,
dengan Z+ mengarah ke atas. Arah ke atas sumbu Z dapat digunakan sebagai
bantuan untuk menentukan sistem koordinat lokal.

1. Sistem Koordinat Global


Sistem koordinat global merupakan koordinat yang terdiri dari tiga
sumbu dengan notasi X, Y, dan Z, dimana ketiga sumbu tersebut saling tegak
lurus sesuai dengan aturan tangan kanan. Arah koordinat ditunjukkan dengan
nilai X±, Y±, dan Z±. Penentuan koordinat global ini dapat dilakukan pada
saat penentuan sistem gridline.

SAP2000 selalu mengasumsikan sumbu Z arahnya vertikal, sehingga


beban berat sendiri atau gravitasi arahnya selalu ke bawah, yaitu pada arah
Z-. Bidang X-Y merupakan bidang horizontal dengan sumbu X+ merupakan
sumbu utama. Sudut pada bidang horizontal diukur dari sumbu positif X,
dengan sudut positif ialah berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam.

2. Sistem Koordinat Lokal


Sistem koordinat lokal berlaku untuk setiap frame dan setiap joint dari
model struktur. Sumbu-sumbu koordinat lokal dinyatakan dengan simbol
1,2, dan 3, serta mengikuti aturan tangan kanan juga. Yang perlu diketahui
pengguna adalah bagaimana menentukan koordinat lokal 1-2-3 dan
hubungannya dengan koordinat gobal X-Y-Z.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 2
Gambar 1: Menu Display Option For Active Window

Untuk melihat bagaimana posisi koordinat lokal SAP2000 telah


menyediakannya dalam menu Set Display Option….(atau tekan Ctrl E). Jika
setting warna belum dirubah maka secara default akan ditampilkan :

• sumbu lokal 1 berwarna merah


• sumbu lokal 2 berwarna putih
• sumbu lokal 3 berwarna biru.

2.1 Sistem koordinat lokal frame.


Penentuan sistem koordinat lokal frame yang umum dapat
menggunakan orientasi default dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumbu lokal 1 arahnya selalu memanjang arah sumbu elemen/frame,


di mana arah positif ialah dari ujung i ke ujung j.
b. Orientasi default sumbu lokal 2 dan 3 ditentukan oleh hubungan
sumbu lokal 1 dan sumbu global Z sebagai berikut:
➢ Jika sumbu lokal 1 arahnya horisontal, maka arah sumbu lokal 2
sejajar dengan sumbu global Z.
➢ Jika sumbu lokal 1 arahnya ke atas (Z+), maka arah sumbu lokal 2
sejajar dengan sumbu global X(-).

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 3
➢ Sumbu lokal 3 arahnya selalu horisontal searah bidang X-Y.
c. Sudut koordinat ang digunakan untuk menentukan orientasi elemen
yang berbeda dengan orientasi default. Sudut ini memutar sumbu lokal
2 dan 3 terhadap 1 dari orientasi default. Rotasi positif ialah arah
berlawanan jarum jam apabila sumbu 1 menuju ke arah pengamat.
2.2 Sistem koordinat lokal joint.
Joint merupakan titik kumpul yang menghubungkan antara frame, dan
merupakan titik pada struktur yang displacement-nya diketahui atau akan
dihitung. Komponen displacement pada joint tersebut macamnya ialah
translasi (U) dan rotasi (R), dan disebut dengan derajat kebebasan atau DOF
(Degree of Freedom).

Pada SAP2000 joint secara otomatis digambarkan pada kedua ujung


frame dan pada sudut-sudut elemen shell. Setiap joint mempunyai sistem
koordinat lokal untuk menentukan derajat kebebasan, restraint, property
joint, beban dan untuk menginterpretasikan hasil-hasil outputnya. Sumbu-
sumbu sistem koordinat lokal diberi notasi 1, 2, dan 3. Pada kondisi default
sumbu lokal ini identik dengan sumbu global X, Y, dan Z, serta mengikuti
aturan tangan kanan. Setiap joint pada model struktur mempunyai enam
komponen displacement, yaitu:

➢ Joint mengalami translasi ke arah tiga sumbu lokal yang diberi notasi
U1, U2, dan U3. (Secara default U1 searah sumbu global X, U2
searah sumbu global Y, U3 searah sumbu global Z)
➢ Joint mengalami rotasi terhadap tiga sumbu lokal yang diberi notasi
R1, R2 dan R3. (R1 berotasi terhadap U1, R2 berotasi terhadap U2, dan
R3 berotasi terhadap U3)

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 4
Gambar 1.2: Enam derajat kebebasan joint pada sistem koordinat lokal

3. Derajat kebebasan

Tiap derajat kebebasan pada model struktur harus mengikuti salah satu
tipe sebagai berikut:

1. Aktif, ialah joint yang displacement-nya dihitung selama analisis


model. Program secara otomatis akan menentukan derajat kebebasan
aktif jika dipenuhi ketentuan sebagai berikut:
➢ Beberapa gaya atau kekakuan diberikan sesuai dengan derajat
kebebasan translasi pada joint, kemudian semua derajat kebebasan
translasi yang ada dibuat aktif kecuali joint tersebut di-constraint
atau di-restraint.
➢ Beberapa gaya atau kekakuan diberikan sesuai dengan derajat
kebebasan rotasi pada joint, kemudian semua derajat kebebasan

rotasi yang ada dibuat aktif kecuali joint tersebut di-constraint atau
di-restraint.

2. Restrained (dikekang), ialah joint yang displacement-nya tertentu atau


diketahui, dan berhubungan dengan reaksi yang dihitung selama
analisis model. Joint ini biasanya berupa reaksi dukungan pada model
struktur. Nilai displacement yang diketahui dapat nol atau tidak nol,
dan mungkin berbeda-beda untuk tiap kondisi pembebanan. Gaya-gaya

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 5
pada arah derajat kebebasan yang dikekang berupa reaksi yang dihitung
pada waktu analisis. Restraint harus diberikan pada joint yang derajat
kebebasannya sama dengan nol, karena jika hal ini tidak dilakukan
maka struktur menjadi tidak stabil dan penyelesaian persamaan statik
akan gagal. Contoh-contoh restraint pada dukungan dijelaskan pada
gambar berikut:

Struktur frame 3D Struktur frame 2D Bidang


X-Y
Gambar 1.3: Contoh restraint pada peletakan.

3. Constrained, ialah joint yang displacement-nya ditentukan dari


displacement derajat kebebasan joint yang lain. Beberapa joint yang
merupakan bagian dari constraint akan mempunyai satu atau lebih
derajat kebebasan yang tidak nol sesuai constraint-nya.
4. Null, ialah joint yang displacement-nya tidak mempengaruhi struktur
dan diabaikan pada analisis.
Unavailable, ialah joint yang displacement-nya ditiadakan dari analisis

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 6
1.3 Langkah -Langkah Analisis SAP 2000

1. Membuka aplikasi SAP2000 dari tampilan desktop.

2. Buka SAP2000 , lalu di pojok kanan bawah, rubah satuan dari default
menjadi “KN, m, C”.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 7
3. Pilih pilihan “New Model” atau klik di keyboard “Ctrl+N” untuk membuka
menu pembuatan model kerja baru.
3.1. Pada pemilihan model, pilih “Grid Only”.

Gambar 1.1. Tampilan New Model

3.2. Pilih “Quick Grid Lines” pilih Cartesian dan gantikan nilai sesuai
kebuthan, lalu OK.

Gambar 1.2. Tampilan Quick Grid Lines

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 8
3.3. Klik kanan pada garis kemudian pilih “Edit grid data”, lalu pilih
“Modify/Show system” kemudian gantikan nilai sesuai kebutuhan.

Gambar 1.3. Tampilan Edit Grid

4. Klik menu “Assign” lalu pilih “Joint” dan pilih “Restrains” lalu pilih
perletakan jepit dan klik OK

Gambar 1.4. Tampilan Perletakan

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 9
5. Menu “Define”
5.1. Klik menu “Define” lalu pilih “Load Patterns”.
5.1.1. Pada Bagian “Load Pattern Name” , tuliskan nama “Live”.
5.1.2. Pada “Type” pilih “Live”.
5.1.3. Bagian “Self Weight Multiplier” tuliskan angka 0
5.1.4. Bagian “Click To” pilih “Add New Load Pattern”
5.1.5. Selanjutnya Pada Bagian “Load Pattern Name”, tuliskan nama
“Gempa”.
5.1.6. Pada “Type” pilih “Quake”.
5.1.7. Bagian “Self Weight Multiplier” tuliskan angka 0
5.1.8. Bagian “Click To” pilih “Add New Load Pattern”
5.1.9. Klik OK.

Gambar 1.5. Tampilan Beban

5.2. Klik menu “Define” lalu pilih “Functions” dan pilih “Response
Spectrum”.
5.2.1. Pada Bagian “Click to” , pilih “Add New Functions” lalu pilih
juga “Convert to User Defined”
5.2.2. Pada “Define Function” pilih “Period dan Acceleration” dan
hapus angka yang sudah dengan pilih “Deelete”

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 10
5.2.3. Tulislah angka “Period dan Acceleration” sesuai lokasi
bangunan..
5.2.4. Klik OK.

Gambar 1.6. Tampilan Response Spectrum

5.3. Klik menu “Define” lalu pilih “Load Cases”.


5.3.1. Pada Bagian “Load Case Name”, pilih “Gempa” lalu pilih juga
“Modify/Show Load Case”
5.3.2. Pada “Load Case Type” pilih “Response Spektrum”
5.3.3. Pada “Load Name” pilih “U1” lalu pilih “Add” dan pilih juga
“U2” lalu pilih “Add”
5.3.4. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 11
Gambar 1.7. Tampilan Load Case

5.4. Klik menu “Define” lalu pilih “Load Combinations”.


5.4.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Combo”.
5.4.2. Pada “Load Combination Name” tuliskan nama beban tetap.
5.4.3. Pada “Load Case Name” pilih “Dead”, dan pada “Scala
Factor” tuliskan angka 1,2. Dan Pada “Load Case Name” pilih
“Live”, dan pada “Scala Factor” tuliskan angka 1,6.
5.4.4. Klik OK.

Gambar 1.8.1. Tampilan Load Kombination

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 12
5.4.5. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Combo”.
5.4.6. Pada “Load Combination Name” tuliskan nama beban
semetara.
5.4.7. Pada “Load Case Name” pilih “Dead”, dan pada “Scala
Factor” tuliskan angka 1,2. Dan Pada “Load Case Name” pilih
“Live”, dan pada “Scala Factor” tuliskan angka 0,5, lalu pada
“Load Case Name” pilih “Gempa”, dan pada “Scala Factor”
tuliskan angka 0,187
5.4.8. Klik OK.

Gambar 1.8.1. Tampilan Load Kombination

5.5. Klik menu “Define” lalu pilih “Material”.


5.5.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Material”.
5.5.2. Pada “Material Name and Display Color”, tuliskan nama Beton
5.5.3. Pada “Material Type” pilih “Concrete”, lalu pada “Unit” ubah
satuan menjadi Kgf, m, C
5.5.4. Pada “Weight per Unit Volume”, ganti angkanya menjadi 2500
kg/m. pilih “Concrete”.
5.5.5. Pada “Unit” ubah satuan menjadi N, mm, C, lalu “Speciffied
Concrete Compressive, f’c”, tuliskan angka 20.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 13
5.5.6. Klik OK.

Gambar 1.9. Tampilan Defenisi Material

5.6. Klik menu “Define” lalu pilih “Material”.


5.6.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Material”.
5.6.2. Pada “Material Name and Display Color”, tuliskan nama Besi
5.6.3. Klik OK.

Gambar 1.9. Tampilan Defenisi Material Besi

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 14
5.7. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections”
5.7.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.7.2. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.7.3. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Rectangular”.
5.7.4. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Balok 47 x 51,
dan pada “Material”, pilih “Beton”
5.7.5. Pada “Depth” ubah angkanya menjadi 0,47 dan “Width” ubah
angkanya menjadi 0,51 lalu pilih “Concrete Reinforcement”.
5.7.6. Pada “Desidn Type” pilih “Beam”.
5.7.7. Pada “Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center”, lalu
ganti ”Top” menjadi 0,04. dan ganti ”Bottom” menjadi 0,04.
5.7.8. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 15
Gambar 1.10.a. Tampilan Defenisi Penampang Balok

5.8. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections”
5.8.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.8.2. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.8.3. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Rectangular”.
5.8.4. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Balok 37 x 31,
dan pada “Material”, pilih “Beton”
5.8.5. Pada “Depth” ubah angkanya menjadi 0,31 dan “Width” ubah
angkanya menjadi 0,37, lalu pilih “Concrete Reinforcement”.
5.8.6. Pada “Desidn Type” pilih “Beam”.
5.8.7. Pada “Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center”, lalu
ganti ”Top” menjadi 0,04. dan ganti ”Bottom” menjadi 0,04.
5.8.8. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 16
Gambar 1.10.b. Tampilan Defenisi Penampang Balok

5.9. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections”
5.9.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.9.2. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.9.3. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Rectangular”.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 17
5.9.4. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Balok 17 x 21,
dan pada “Material”, pilih “Beton”
5.9.5. Pada “Depth” ubah angkanya menjadi 0,21 dan “Width” ubah
angkanya menjadi 0,17, lalu pilih “Concrete Reinforcement”.
5.9.6. Pada “Desidn Type” pilih “Beam”.
5.9.7. Pada “Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center”, lalu
ganti ”Top” menjadi 0,04. dan ganti ”Bottom” menjadi 0,04.
5.9.8. Klik OK.

Gambar 1.10.b. Tampilan Defenisi Penampang Balok

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 18
5.10. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections” lalu “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.10.1. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.10.2. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Rectangular”.
5.10.3. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Kolom 67 x 71,
dan pada “Material”, pilih “Beton”
5.10.4. Pada “Depth” dan “Width” ubah angkanya menjadi 0,67 dan
0,71, lalu pilih “Concrete Reinforcement”.
5.10.5. Pada “Clear Cover for Confinement Bars”, ubah menjadi
0,04, lalu “Number of Longit Bars Along 3-dir Face” ganti
menjadi 4 dan “Number of Longit Bars Along 2-dir Face”
ganti menjadi 4. Dan “Longitudinal Bar Size” pilih #18.
5.10.6. Pada “Confinement Bars Size”, pilih #10. “Longitudinal
Spacing of Confinement Bars” ganti menjadi 0,15.
5.10.7. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 19
Gambar 1.10.c. Tampilan Defenisi Penampang Kolom

5.11. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections”
5.11.1. Pada Bagian “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.11.2. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.11.3. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Circular”.
5.11.4. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Kolom Bulat D
61, dan pada “Material”, pilih “Beton”
5.11.5. Pada “Diameter” ubah angkanya menjadi 0,61, lalu pilih
“Concrete Reinforcement”.
5.11.6. Pada “Desidn Type” pilih “Column”.
5.11.7. Pada “Clear Cover for Confinement Bars”, ubah menjadi
0,04, lalu “Number of Longit Bars” ganti menjadi 14, dan
“Longitudinal Bar Size” pilih #18.
5.11.8. Pada “Confinement Bars Size”, pilih #10. “Longitudinal
Spacing of Confinement Bars” ganti menjadi 0,15.
5.11.9. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 20
Gambar 1.10.d. Tampilan Defenisi Penampang Kolom Bulat

5.12. Klik menu “Define” pilih “Sections Properties”, lalu pilih “Frame
Sections” lalu “Click to”, pilih “Add New Property”.
5.12.1. Pada “Frame Section Property Type”, pilih nama “Concrete”
5.12.2. Pada “Click to Add a Concrete Section” pilih “Rectangular”.
5.12.3. Pada “Section Name”, tulis namanya menjadi Kolom 67 x 61,
dan pada “Material”, pilih “Beton”

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 21
5.12.4. Pada “Depth” dan “Width” ubah angkanya menjadi 0,67 dan
0,61, lalu pilih “Concrete Reinforcement”.
5.12.5. Pada “Clear Cover for Confinement Bars”, ubah menjadi
0,04, lalu “Number of Longit Bars Along 3-dir Face” ganti
menjadi 4 dan “Number of Longit Bars Along 2-dir Face”
ganti menjadi 4. Dan “Longitudinal Bar Size” pilih #18.
5.12.6. Pada “Confinement Bars Size”, pilih #10. “Longitudinal
Spacing of Confinement Bars” ganti menjadi 0,15.
5.12.7. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 22
Gambar 1.10.e. Tampilan Defenisi Penampang Kolom

6. Menu “Assign”
6.1. Blok grid bagian balok sesuai dimensi yang telah dibuat. Pilih menu
“Assign” lalu pilih “Frame” kemudian pilih “Frame Sections”. Pada
Find this Property pilih nama yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 1.11. Tampilan Frame Section

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 23
Tampilan Frame Balok dan Kolom

7. Frame Loads:

A. Beban Mati ( qd )

7.1. Klik pada frames ke 1 lantai 1 ( Balok 47 x 51 ), lalu klik menu “Assign”
lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.1.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.1.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.1.3. Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka 0,
pada kolom ke-2 tuliskan angka 3, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 6, dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.1.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 35, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0 dan
pada kolom ke-4 tuliskan angka 0
7.1.5. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 24
Gambar 1.12.a. Tampilan Input Beban Mati Lantai 1

7.2. Klik pada frames ke 1 lantai 2 ( Balok 31 x 37 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.2.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.2.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.2.3. Bagian Trapezoinadal Loads" pada kolom ke-1 tuliskan angka
0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 1, pada kolom ke-3
(Distance) tuliskan 5, dan pada kolom ke-4 tuliskan 6.
7.2.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 30, pada kolom ke-3 tuliskan angka 30 dan
pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.2.5. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 25
Gambar 1.12.b. Tampilan Input Beban Mati Lantai 2

7.3. Klik pada frames ke 1 lantai 3 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.3.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.3.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.3.3. Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka 0,
pada kolom ke-2 tuliskan angka 3, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 6 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.3.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 26, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0 dan
pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.3.5. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 26
Gambar 1.12.c. Tampilan Input Beban Mati Lantai 3

7.4. Klik pada frames ke 1 lantai ke 4 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.4.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.4.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.4.3. Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka
0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 6, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 4 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.4.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 15, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.4.5. Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 27
Gambar 1.12.d. Tampilan Input Beban Mati Lantai 4

7.5. Klik pada frames ke 2 lantai 1 ( Balok 47 x 51 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.5.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.5.2. Pada Bagian “Uniform Load”, tuliskan angka 122
7.5.3. Klik OK.

Gambar 1.12.e. Tampilan Input Beban Balok Lantai 1

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 28
7.6. Klik pada frames ke 2 lantai 2 ( Balok 31 x 37 ), lalu klik menu
“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.6.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.6.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.6.3. Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka
0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 5, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.6.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 30, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.6.5. Klik OK.

Gambar 1.12.f. Tampilan Input Beban Mati Lantai 2

7.7. Klik pada frames ke 2 lantai ke 3 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.7.1. Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.7.2. Centang “Absolute Distance from End-I”.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 29
7.7.3. Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka
0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 5, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.7.4. Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 26, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 0, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0
dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.7.5. Klik OK.

Gambar 1.12.g. Tampilan Input Beban Mati Lantai 3

7.8 Klik pada frames ke 2 lantai ke 4 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.8.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Dead”.
7.8.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.8.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka 0,
pada kolom ke-2 tuliskan angka 2,5, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 5 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.8.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 15, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0 dan pada
kolom ke-4 tuliskan angka 0.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 30
7.8.5 Klik OK.

Gambar 1.12.h. Tampilan Input Beban Mati Lantai 4

Tampilan Beban Mati

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 31
B. Beban Hidup ( qL )

7.9 Klik pada frames ke 1 lantai ke 1 ( Balok 51 x 47 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.9.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.9.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.9.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka 0,
pada kolom ke-2 tuliskan angka 6, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.9.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 30, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 0, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0 dan pada
kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.9.5 Klik OK.

Gambar 1.12.i. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 1

7.10 Klik pada frames ke 1 lantai 2 ( Balok 31 x 37 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.10.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.10.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 32
7.10.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan angka 0,
pada kolom ke-2 tuliskan angka 3, pada kolom ke-3 tuliskan angka
6 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.10.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada kolom
ke-2 tuliskan angka 27, pada kolom ke-3 tuliskan angka 0 dan pada
kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.10.5 Klik OK.

Gambar 1.12.j. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 2

7.11 Klik pada frames ke 1 lantai 3 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.11.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.11.2 Pada Bagian “Uniform Load”, tuliskan angka 20
7.11.3 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 33
Gambar 1.12.k. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 3

7.12 Klik pada frames ke 1 lantai 4 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.12.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.12.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.12.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 6, pada kolom ke-3
tuliskan angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.12.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 18, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 0, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.12.5 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 34
Gambar 1.12.l. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 4

7.13 Klik pada frames ke 2 lantai 1 ( Balok 51 x 47 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.13.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.13.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.13.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 5, pada kolom ke-3
tuliskan angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.13.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 30, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.13.5 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 35
Gambar 1.12.m. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 1

7.14 Klik pada frames ke 2 lantai 2 ( Balok 31 x 37 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.14.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.14.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.14.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 0 pada kolom ke-2 tuliskan angka 1, pada kolom ke-3
tuliskan 4 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 5.
7.14.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 0, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 27, pada kolom ke-3 tuliskan
angka 27 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.14.5 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 36
Gambar 1.12.n. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 2

7.15 Klik pada frames ke 1 lantai 3 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.15.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.15.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.15.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 5, pada kolom ke-3
tuliskan angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.15.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 20, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 0, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.15.5 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 37
Gambar 1.12.o. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 3

7.16 Klik pada frames ke 2 lantai 1 ( Balok 21 x 17 ), lalu klik menu


“Assign” lalu pilih “Frame Loads” dan pilih “Distributed”.
7.16.1 Pada Bagian “Load Pattern Name”pilih “Live”.
7.16.2 Centang “Absolute Distance from End-I”.
7.16.3 Bagian "Absolute Distance" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 0, pada kolom ke-2 tuliskan angka 5, pada kolom ke-3
tuliskan angka 0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.16.4 Bagian “Loads” pada kolom ke-1 tuliskan angka 18, pada
kolom ke-2 tuliskan angka 0, pada kolom ke-3 tuliskan angka
0 dan pada kolom ke-4 tuliskan angka 0.
7.16.5 Klik OK.

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 38
Gambar 1.12.p. Tampilan Input Beban Hidup Lantai 4

Tampilan Beban Hidup

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 39
C. Beban Gempa
7.17 Klik titik grid point pada frames ke 1 dari lantai 1 sampai 4, lalu klik
menu “Assign” lalu pilih “Joint Loads” dan pilih “Forces”.
7.17.1 Pada Bagian “Load Pattern Name” pilih “Gempa”.
7.17.2 Pada bagian “Forces Global X" pada kolom ke-1 tuliskan
angka 6.
7.17.3 Klik OK.

Gambar 1.13. Tampilan Input Beban Gempa

Tampilan Beban Gempa

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 40
8. Pilih “Analyze” lalu pilih “Set Analysis Options”
8.1.1. Pada Bagian “Plane Frame” pilih “XZ Plane”.
8.1.2. Klik OK.

Gambar 1.14. Tampilan Analyze

9. Pilih “Analyze” lalu pilih “Run Analysis”

10. Menu “Display”


10.1. Pada menu “Display” pilih “Show Forces/Stresses”, lalu pilih
“Frame/Cables”
10.2. Pada “Case/Combo Name”, pilih Nama Beban Tetap ( yang dibuat
sebelumnya yang ingi ditampilkan ).
10.3. Pada “Component” pilih “Momen 3-3” ( untuk menampilkan
gambar bidang momen ).
10.4. Pada “Component” pilih “Shear 2-2” ( untuk menampilkan gambar
gaya lintang).

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 41
10.5. Pada “Component” pilih “Axial Forces” ( untuk menampilkan
gambar gaya normal ).
10.6. Pada “Options” pilih “Show Value on Diagram”
10.7. Klik OK.

Gambar 1.15. Tampilan Diagram Force

Gambar 1.16. Tampilan Diagram Momen (Kom. Beban Tetap)

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 42
Gambar 1.17. Tampilan Diagram Momen (Kom. Beban Sementara)

Gambar 1.18. Tampilan Gaya Lintang (Kom. Beban Tetap)

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 43
Gambar 1.19. Tampilan Gaya Lintang (Kom. Beban Sementara)

Gambar 1.20. Tampilan Gaya Normal (Kom. Beban Tetap)

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 44
Gambar 1.21. Tampilan Gaya Normal (Kom. Beban Sementara)

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 45
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM

KOMPUTASI

NAMA : Agung Faisal

NIM : 4517041067

KELOMPOK : I (Satu)

ASISTEN : Atkal Gunawan

JENIS PRAKTIKUM : Penggunaan Aplikasi SAP 2000

NO. TANGGAL KETERANGAN PARAF

Laboratorium Komputasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar 46

Anda mungkin juga menyukai