APLIKASI PADA PIPA Arus Tanding
APLIKASI PADA PIPA Arus Tanding
Standar perancangan
Desain sistem proteksi katodik arus paksa mengikuti standar :
a) ISO 15589-1:2003 Petroleum and Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of
Pipeline Transporatation Systems. Part 1 : On-land Pipelines.
b) NACE Standards :
- NACE Standard RP-0169-2002 Control Of External Corrosion Of Underground or Submerged
Metallic Piping System,
- NACE Standard RP-0572-2001 Design, Installation, Operation, and Maintanance of Impressed
Current Deep Groundbeds,
- NACE Standard RP-0286-97 Electrical Isolation Of Cathodically Protected Pipelines
- A.W. Peabody, Control of Pipeline Corrosion, NACE International The Corrosion Society
c) BS 7361 Part 1 Cathodic Protection. Part 1 : Code Of Practice For Marine and Land Application.
1
Data Lapis Lindung
Material lapis lindung : Densopol 60 HT, Densoclad 50,
coaltar enamel
Coating spesification : Hot-Applied Coating of Coaltar
Enamel
Temperatur kerja : 25˚C
Tingkat kerusakan : 5 % per tahun
Metode utama untuk mengurangi korosi pada pipa bawah tanah adalah penggunaan lapis
lindung (coating) dan instalasi sistem proteksi katodik. Kombinasi terbaik antara lapis lindung
berkualitas dan proteksi katodik mengurangi biaya perlindungan pipa.Coaltar enamel merupakan salah
satu jenis lapis lindung anorganik yang digunakan sebagai sarana proteksi terhadap korosi pada bagian
luar pipa bawah tanah serta macam-macam struktur baja dan beton. Lapis lindung ini dihasilkan dari
proses pemasakan batu bara. Pada proses pemanasan hingga temperatur 1100˚C, batu bara akan terurai
menjadi kokas dan gas. Hasil kondensasi dari gas itulah disebut coaltar, yang memiliki kandungan
karbon rendah.
Coaltar memiliki sifat yang keras, tangguh, dan tahan terhadap abrasi sehingga mampu
digunakan selama lebih dari delapan puluh tahun. Selain tahan terhadap cathodic disbondment dan
lingkungan asam juga memiliki adhesi yang baik terhadap baja. Kali pertama diaplikasikan,
perlindungan terbesar diberikan oleh coaltar enamel sedangkan arus proteksi katodik menyediakan
perlindungan terhadap cacat atau kerusakan yang ada pada lapis lindung. Sejalan dengan perkembangan
waktu, coaltar enamel akan mengalami penurunan kualitas secara kimia dan mekanis. Oleh sebab itu
terjadi peningkatan baik jumlah cacat maupun arus yang diperlukan untuk melindungi luasan kecil dari
pipa baja yang terekspos. Tingkat kerusakan tergantung kualitas lapis lindung dan kondisi lingkungan,
yang dinyatakan dalam per sen per tahun. Pipa ini memiliki tingkat kerusakan lapis lindung sebesar lima
per sen per tahun, maka jangka waktu proteksi yang mampu diberikan oleh coaltar enamel paling lama
bertahan selama dua puluh tahun. Setelah melewati ambang waktu tersebut, permukaan pipa merupakan
struktur yang telanjang tanpa lapis lindung. Artinya, sistem proteksi yang terpasang harus memiliki
cadangan cukup untuk meyediakan arus ekstra. Sistem proteksi katodik arus paksa mampu
mengakomodasi kebutuhan ini. Tegangan keluaran dari transformer rectifier dapat dinaikkan untuk
menyediakan arus yang diperlukan.
Kelemahan coaltar enamel adalah rentan terhadap sinar ultraviolet sehingga tidak cocok dijadikan
pelindung korosi untuk lingkungan terbuka. Pada pipa ini pengunaannya dikombinasikan dengan
protective wrappers Densopol 60 HT dan Densoclad 50. Disamping itu, proses produksi coaltar enamel
menghasilkan asap dengan berat jenis tinggi yang mengancam kesehatan lingkungan. Oleh karena itu
penggunaannya di masa depan diharapkan tidak meningkat, seiring dengan semakin diterimanya Fusion-
Bonded Epoxy (FBE), extruded polyolefin dan jenis lapis lindung yang lain.
Pada gambar di atas ditunjukkan proses pelapisan coaltar dengan pemanasan awal mencapai
temperatur 175 – 245˚C sehingga coaltar bersifat viskos.
4.1.5 Data tanah
Survei tahanan jenis tanah merupakan langkah awal sebelum memasuki tahap rancang bangun
sistem proteksi katodik. Pengukuran yang konvensional dijalankan menggunakan suatu sumber arus,
misalnya baterai, instrumen DC ammeter, dan voltmeter. Akan tetapi, sejak tahun 1981 tersedia
instrumen khusus untuk mempersingkat waktu pengukuran dengan cara yang lebih nyaman. Pada
pelaksanaan di lapangan digunakan soil resistance meter seperti yang ditunjukkan gambar 3.1. Nilai
tahanan yang terukur dalam satuan Ohm, dapat langsung dibaca pada jarum penunjuk di layar.
Instrumen ini dapat mengukur nilai tahanan antara 0.01 Ohm sampai 11 x 10 5 Ohm tergantung skala
pengali yang dipilih. Prinsip kerja alat ini adalah memberikan suplai arus AC pada pin-pin terluar dan
secara simultan mengukur penurunan tegangan di antara pin-pin bagian dalam akibat timbulnya tahanan
pada elektrolit. Arus bolak-balik (AC) digunakan untuk mengurangi pengaruh arus liar (stray current)
serta mengatasi masalah polarisasi yang timbul pada pin-pin baja (apabila pengukuran menggunakan
arus searah).
Survei tahanan jenis tanah dilaksanakan sesuai standar ASTM G 57-78 atau IEEE Standard 81
yang dikenal sebagai Wenner Four-Pins Method pada akhir Desember 2006 di dua lokasi yaitu Unit
Booster Pump, Lamongan (untuk SR 01 dan SR 02) dan lingkungan pabrik PT. Petrokimia Gresik
(untuk SR 03). Dibanding metode Two-Terminals, metode Wenner mampu mengukur sejumlah besar
sample tanah dengan tingkat lapisan tanah makin dalam.
Adapun tujuan pelaksanaan survei resistivitas tanah ini adalah :
a. Menentukan nilai tahanan jenis tanah pada lokasi pemasangan anoda groundbed sehingga dapat
diperoleh total hambatan serendah mungkin,
b. Menentukan besar densitas arus yang diperlukan pada perhitungan total arus proteksi.
Proses pengukuran mensyaratkan lokasi survei berupa tanah datar yang cukup lapang. Pada tiap
lokasi dilakukan tiga kali pengukuran dengan variasi jarak antar pin 5 feet (≈ 1.5 meter); 10 feet (≈
3meter); 20 feet (≈ 6 meter). Jarak lokasi pengukuran satu dengan yang lain minimal terpisah sejauh 50
feet (15.24 meter).
dengan:
ρ = tahanan jenis tanah (Ohm-cm)
a = jarak antar pin (cm)
R = hambatan yang terukur (Ohm)
ρ = 3.14159
Kemudian pada tiap lokasi pengukuran, dihitung harga rata-rata tahanan jenis tanah menggunakan rumus
:
dengan :
ρrata-rata = tahanan jenis tanah rata-rata (Ohm-cm)
a = faktor empiris pengukuran pertama
b = faktor empiris pengukuran
kedua c = faktor empiris pengukuran
ketiga
SRa = tahanan jenis tanah pengukuran pertama (Ohm-
cm) SRb = tahanan jenis tanah pengukuran kedua (Ohm-cm)
SRc = tahanan jenis tanah pengukuran ketiga (Ohm-cm)
Hasil survei di atas mengindikasikan terjadinya penurunan tahanan jenis tanah di area
Lamongan dan Gresik terhadap pertambahan jarak antar pin. Dengan demikian, pada lapisan tanah yang
semakin dalam aktifitas korosi semakin meningkat. Korosi merupakan suatu fenomena elektrokimia,
maka tahanan
jenis tanah yang rendah menghasilkan tahanan sirkuit yang rendah pula sehingga sel korosi mampu
menghantarkan aliran arus korosi lebih mudah, akibatnya laju korosi dipercepat.
Akan tetapi, tahanan jenis tanah merupakan faktor kunci dalam menentukan lokasi instalasi
anoda groundbed. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai tahanan total serendah mungkin agar
arus keluaran dari anoda memerlukan sedikit daya. Semakin besar tahanan jenis tanah menunjukkan
bahwa tahanan total yang dihasilkan juga bertambah tinggi, dengan demikian nilai tegangan dorong
untuk mengatasi sel korosi semakin bertambah besar. Meningkatnya kapasitas tegangan dari
transformer rectifier bermakna meningkatnya biaya operasional.
Di seluruh dunia, tahanan jenis tanah bervariasi terhadap perubahan musim tak terkecuali di
Lamongan dan Gresik. Tahanan jenis tanah banyak ditentukan oleh kandungan elektrolitnya, yang
terdiri atas kelembaban, mineral dan garam-garam terlarut, serta temperatur. Oleh karena tahanan jenis
tanah terkait secara langsung dengan kandungan uap air dan temperatur, masuk akal untuk
mengasumsikan terjadinya variasi hambatan sistem pentanahan (grounding) terhadap perubahan musim
dalam satu tahunnya. Agar sistem pentanahan berjalan efektif sepanjang waktu, sebaiknya konstruksi
anoda groundbed dilakukan hingga kedalaman tertentu di bawah permukan tanah, sebab kandungan uap
dan temperatur menjadi lebih stabil pada tanah yang lebih dalam.
Dari data tahanan jenis tanah yang diperoleh pada lokasi pemasangan groundbed, juga dapat
ditentukan nilai densitas arus yang diperlukan untuk melindungi pipa yang terpendam dalam tanah.
Secara umum, range tahanan jenis tanah yang dapat diterima berkisar pada nilai minimal 10 Ohm-cm
dan maksimal 500.000 Ohm-cm.
ρ rata-rata Lamongan = 997.842
+994.952
= 996.397 Ohm-cm
2
ρ rata-rata Gresik =
501.388 Ohm-
cm
Menurut tabel 2.4 yang bersumber dari British Standard 7361, kedua nilai tahanan jenis tanah di
atas mengindikasikan tipe tanah sangat korosif dengan densitas arus yang diperlukan untuk melindungi
pipa sebesar 20 mA/m2
Pada bab-bab berikutnya dapat diketahui densitas arus merupakan parameter perancangan yang
fundamental terhadap perhitungan selanjutnya, terutama berpengaruh pada jumlah anoda yang
dibutuhkan, panjang dan diameter kolom backfill.
SA = π x OD x L…..........................(3.1)
I = SA x1000
CD x CB x (1 + SF1)
…………………...(3.2)
Dalam sistem proteksi katodik arus paksa, densitas arus merupakan fungsi dari nilai tahanan
jenis tanah rata-rata hasil pengukuran. Nilai tersebut disesuaikan dengan tingkat kekorosifan tanah yang
dilalui pipa. Tipe tanah ini selanjutnya menentukan densitas arus yang dibutuhkan untuk
mempolarisasikan pipa pada suatu nilai potensial perlindungan. Nilai ini dapat dilihat pada tabel 2.4
Hubungan Tahanan Jenis Tanah dengan Korosifitas.
Faktor keamanan turut dilibatkan dalam perhitungan untuk memberikan penyesuaian terhadap
penambahan luas permukaan karena adanya suaian (fitting), lengkungan (bending) dan lain sebagainya.
Dalam perencanaan, lapis lindung diasumsikan mengalami penurunan kualitas selama masa
pakainya. Pada kasus ini, tingkat kerusakannya lima per sen per tahun. Dihitung dua tahun setelah
instalasi sistem proteksi katodik terdahulu, maka nilai kerusakan atau kemunduran kualitas dari lapis
lindung diasumsikan sebesar sepuluh per sen.
RL = 2.2 x 10-7
= 1.57 x 10-5 Ohms/m
π x 0.00635 x (0.7112-
0.00635)
∆Ed = Ed – ENAT...................................................................(3.7)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, arus perlindungan akan mencapai kedua ujung pipa baik
yang ada di Babat maupun Gresik sejauh 29,634.66 meter tanpa menyebabkan terjadinya potensial
berlebih pada drainage point yang dapat menyebabkan kerusakan pada lapis lindung.
Selain anoda MMO, anoda grafit dan anoda besi silikon tinggi (14-18% Si) dapat digunakan
pada proteksi katodik metode arus paksa untuk struktur yang terpendam dalam tanah. Dalam
kesempatan ini anoda yang digunakan berupa pipa (tube) titanium yang diberi lapisan mixed metal
oxide. Mixed metal oxide merupakan pelapis dari kristalin yang mampu menghantarkan listrik secara
sempurna dan berperan sebagai penggerak titanium agar menjalankan fungsinya sebagai anoda.
Mixed metal oxide memiliki laju konsumsi yang sangat rendah, yang terukur dalam satuan
milligram per ampere-tahun. Dengan laju konsumsi yang sangat rendah, dimensinya hampir tetap
konstan selama masa pakainya. Bahkan apabila tidak melebihi kapasitas keluaran arus maksimalnya,
dapat digolongkan sebagai anoda inert. Selain itu secara konsisten mampu menyediakan tahanan yang
rendah.
Baik saat beroperasi di tanah, air tawar, lumpur maupun air laut, lapisan mixed metal oxide
menunjukkan kestabilan yang sangat tinggi terhadap zat kimia bahkan tahan pada lingkungan dengan
pH sangat rendah. Tidak seperti anoda impressed current lainnya, lapisan mixed metal oxide tidak rusak
akibat terbentuknya klorin.
Pada metode arus paksa, anoda tidak dipilih dari logam dengan potensial elektrode (emf) lebih
negatif dari logam yang dilindungi, tetapi justru dipilih dari logam mulia. Meskipun potensial elektrode
titanium lebih besar daripada pipa baja, elektron tetap mengalir dari anoda menuju pipa karena dipaksa
oleh arus searah (DC) yang diperoleh dari transformer rectifier. Dengan demikian suatu struktur yang
memiliki luasan besar dapat dilindungi oleh sebuah anoda tunggal dan karena tegangan dorong yang
dimiliki tinggi, anoda dapat ditempatkan jauh dari struktur.
Io = SA x ID.........................................................................(3.10)
= (0.314 x 0.0254 x 1) x 99.763
= 7.961 A
Jumlah minimal anoda yang diperlukan (Qmin) dihitung dengan mempertimbangkan arus keluaran
maksimal anoda dengan umur perencanaan selama dua puluh tahun.
It
Qmin = Io......................................................................(3.11)
Dengan :
It = total arus yang diperlukan untuk melindungi pipa
(A) Io = arus keluaran dari masing-masing anoda (A)
Qmin = 165.763
= 20.823 ≈ 21 buah
7.961
Dengan tingkat kerusakan lapis lindung sebesar lima per sen per tahun, maka jumlah anoda yang
digunakan adalah :
Q = Qmin x (1 + SF2)..............................................................(3.12)
= 10.411 x (1+ 0.15) = 23.946 ≈ 24 buah
SF2 = 15 % umumnya digunakan pada perhitungan jumlah anoda untuk mengantisipasi terjadinya
perubahan tahanan karena tahanan jenis tanah pada lokasi anoda groundbed juga mengalami perubahan
karena pergantian musim.
Anoda-anoda tersebut akan ditanam secara vertikal dalam tiga deep well groundbed dengan
jumlah yang sama. Jadi, pada Unit Booster Pump di Lamongan terdapat dua buah deep well groundbed
dimana masing-masing mengandung delapan buah anoda di dalamnya. Sedangkan, sebuah anoda
groundbed lagi diusulkan untuk diletakkan di area Gresik pada lingkungan pabrik.
Adanya tiga lokasi penanaman anoda groundbed menyebabkan arus perlindungan yang
dibutuhkan dibagi pada masing-masing lokasi penanaman anoda. Dengan demikian harga arus
perlindungan dari masing-masing transformer rectifier (TR) adalah :
Pada lokasi TR 01 (di
Lamongan) I1 = ⅔ x 165.763 A =
110.509 A
Sedangkan pemilihan penempatan groundbed di area Gresik, didasarkan pada faktor-faktor berikut ini :
a. Sebagian besar panjang pipa yang terpendam dalam tanah berada di sebelah timur Lamongan atau
kawasan yang padat penduduk. Dengan demikian tahanan jenis tanah di kawasan tersebut dapat
dipastikan sangat korosif, bahkan melebihi tanah yang berada di kawasan unit booster pump. Oleh
sebab itu untuk lebih menjamin distribusi arus proteksi, perlu ditempatkan sebuah anoda groundbed
sekaligus transformer rectifier di lingkungan pabrik.
b. Ketersediaan pasokan energi listrik dan pengawasan keamanan di lingkungan pabrik terhadap
komponen anoda groundbed dan transformer rectifier tidak perlu diragukan.
It
J= 165.763 = 6.922 A/anoda
Q = 24
Pengecekan dilakukan dengan cara membandingkan luas aktif permukaan anoda yang menyentuh tanah
dengan luasan anoda minimal yang diperbolehkan pada jangka waktu proteksi.
SAmin = J
ID…...............................................................(3.14)
SAmin = 6.922
= 0.069 m²
99.763
Hasil perbandingan menunjukkan luas permukaan anoda yang diperbolehkan lebih kecil terhadap luasan
aktif anoda yang menyentuh tanah. Dapat disimpulkan tipe dan ukuran anoda MMO tubular dari
pabrikan SAP memadai dalam menyuplai arus yang dibutuhkan untuk memproteksi pipa dari ancaman
korosi.
Active length merupakan bagian dari panjang groundbed yang diisi dengan backfill dimana juga terdapat
delapan buah anoda pada masing-masing groundbed dengan jarak tertentu antar anoda yang seragam.
Rumus Dwight digunakan untuk memperkirakan nilai hambatan dari sebuah anoda tubular relatif
terhadap backfill.
ρb
Ra = 8La
-1
ln d
2 π La ……….(3.15)
a
Karena pada groundbed terdapat lebih dari satu anoda yang terhubung secara paralel maka faktor
interferensi (koefisien interaksi antar anoda) dapat dihitung dengan rumus berikut :
2 La
a ln (0.656 Na)
fa = 1 + S
…………(3.16)
8La
ln -1
da
2x
1 ln (0.656 x 8)
fa = 2.74 = 1.210
1+
8x1 -1
ln 0.0254
Pada sistem proteksi katodik ini, backfill yang ditempatkan di sekitar anoda adalah coal coke breeze.
Sebagaimana fungsi yang melekat pada backfill, terjadi perpindahan arus dari anode melalui tanah.
Adapun spesifikasi dari backfill adalah sebagai berikut :
b 9.964
R = 2 π x 28 ln 8 x 28 = 0.394 Ω
-
1
Untuk area Gresik 0.219
12
PROF. DR. IR. SULISTIJONO, DEA T. Material & Metalurgi FTI‐ITS
ssulistijono@mat-eng.its.ac.id
b 5 8 x 28
R = 2 π x 28 ln - = 0.197 Ω
1
0.219
13
PROF. DR. IR. SULISTIJONO, DEA T. Material & Metalurgi FTI‐ITS
ssulistijono@mat-eng.its.ac.id
Faktor interferensi yang timbul antara dua groundbed yang terhubung secara paralel dihitung dengan cara
berikut :
2 Lb
ln (0.656 Ngb)
Sgb................
fgb = 1 + (3.19)
ln 8Lb db -1
13
Dengan demikian tahanan tunggal dari deep well groundbed relatif terhadap tanah adalah :
0.092
Rgb = X 1.210 + 0.394 = 0.408 Ohm
8
2x
ln (0.656 x
28 2)
fgb = = 1.017
126.67
1+
8 x 28 -1
ln 0.219
Maka total tahanan kolom backfill relatif terhadap tanah dari dua buah deep well groundbed yang ada di
Lamongan adalah :
0.408
Rgbt = x 1.017 = 0.207 ohm
2
Sedangkan untuk area Gresik yang hanya terdiri atas sebuah deep well groundbed, tahanan total
groundbed terhadap tanah tidak terpengaruh oleh faktor interferensi
0.092
Rgb = X 1.210 + 0.197 = 0.211 Ohm
8
Rgbt = 0.211
= 0.211 ohm
1
Lc x Re
Rc N x c...................................................................(3.21)
=
Tahanan dari sirkuit kabel positif merupakan jumlah dari tahanan kabel anoda dan tahanan kabel dari
PJB menuju TR. Karena terdapat dua unit PJB yang terpasang secara paralel, maka tahanan total dari
kabel positif pada area Lamongan adalah :
Rt = Rpos + Rneg..................................................................(3.24)
Sambungan kabel negatif menuju pipa menggunakan las thermit (cadweld) yang diletakkan
dalam ruangan unit booster pump di Lamongan, dekat dengan lokasi rectifier. Panjang kabel negatif dari
TR menuju pipa dapat diabaikan apabila dibandingkan terhadap panjang kabel positif.
Oleh karena itu, tahanan total sirkuit DC adalah :
IDC x VDC
IAC = VAC x eff x √3....................................................(3.26)
Pada perancangan ulang diperlukan dua buah transformer rectifier yang ditempatkan pada
lokasi booster pump, Lamongan dan area pabrik di Gresik. Rectifier ini menggunakan elemen penyearah
dari silikon (silicon controlled rectifier) berpendingin minyak (oil cooled) yang dipasang di atas alas
beton.
Transformer rectifier dilengkapi dengan sensor over temperature device yang akan memutus
masukan arus AC dalam kabinet rectifier apabila temperaturnya mencapai nilai yang tidak aman.
Kabinet rectifier terbuat dari baja galvanis yang dicat bubuk epoxy.
4.8 Positive junction box
Positive junction box atau anode distribution box akan ditempatkan di luar ruangan pada daerah
yang tidak berisiko di sekitar lubang beton deepwell groundbed. Penutup positive junction box terbuat
dari GRP – Composite dengan tebal enam milimeter. Dimensi panjang, lebar, dan tinggi dari positive
junction box kurang lebih 350 mm x 350 mm x 200 mm dan dilengkapi sebuah bus bar tembaga.
Peralatan ini digunakan untuk mengakhiri masing-masing ujung kabel anoda agar dapat
disatukan menjadi satu kabel sebelum dihubungkan dengan kutub positif transformer rectifier. Pada
gambar di atas terdapat enam terminal kabel dari masing-masing anoda dengan luas penampang kabel
50 mm2. Tujuan penggunaan dari kotak ini adalah menyediakan fasilitas untuk memeriksa arus keluaran
dari masing- masing anoda menggunakan ammeter clamp, sehingga dapat dideteksi apabila ada salah
satu anoda yang tidak bekerja.
Positive
junction Positive
box Junction
Box
Anoda
Ground
bed