Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

Oleh :
Nama        : Feby Nurian Hafidzin
NIM        : A1A017052
Rombongan    : 6
PJ Asisten    : Fahira Mahza

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah

menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan

tanah. Tanah tidak hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi

juga sebagai media pengatur air. Analisis tanah membantu penyelidikan

produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan

karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung pada proses

pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan

atau pedogenesis maupun kegiatan manusia atau metapedogenesis.

Tanah merupakan medium alam untuk berpijak dan memulai kehidupan

bagi mahluk hidup darat dan untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah

menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.

Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi

persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat

berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan

organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda

beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :

1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air

rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi
cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk

bulat dan tidak lekat satu sama lain.

2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya

menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu

mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.

3. Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi

sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan mengkerut

yang besar.

B. Tujuan

Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah

dan membandingkan besarnya derajat kerut antara jenis tanah yang diamati.

C. Manfaat

Praktikan dapat mengetahui besarnya derajat kerut tanaha dari beberapa

jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut tanah anatar jenis tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas,

sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari

segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir

anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih

besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan

bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang

lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga

terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri

lempung (Soegiman, 1982).

Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara tanah

di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan

sifat kimia tanah. Beberapa sifat kimia antara klain tekstur, struktur, dan kadar

lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukan sifat yang dipengaruhi oleh adanya

unsure maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh
sifat kimia yaitu pH, kadar bahan organic dan Kapasitas Tukar Kation (KPK).

Setiap tanah memiliki sifat mengembang dan mengkerut (Aji, 2012).

Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut

(bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi

pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh

kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dan

pengkerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient of Linier

Extensibilty) (Hardjowigeno, 2010).

Tanah secara umum mempunyai dua sifat utama, yaitu sifat fisis dan

mekanis.

1. Sifat fisis tanah

Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan

massa tanah yang ada, misalnya volume, kadar air, dan berat tanah. Dalam

keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian yaitu butiran padat

(solid), bagian air (water), dan bagian udara (air). Keberadaan air dan

udara biasnya menempati ruangan antara butriran/pori pada masa tanah

tersebut.

2. Sifat mekanis tanah

Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah

pada dikenai suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis

mekanis. Parameter kekuatan tanah terdiri dari kohesi, tegangan air pori

negative, bagian kuat geser, bagian butiran, kuat geser undrained (Aburizal

et all, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara 3 ini dilakukan pada hari Senin, 19 Maret 2018 yang

dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian,

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

B. Alat dan Bahan

Dalam praktikum derajat kerut tanah ini menggunakkan alat dan bahan yaitu

contoh tanah halus (<0,5 mm), botol semprot air, petridish, colet, cawan dakhil,

jangka sorong dan serbet/lap pembersih.

C. Prosedur Kerja

1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam petridish, ditambah air

dengan menggunakkan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet

sampai pasta tanah menjadi homogen.

2. Pasta tanah yang sudah homogennya dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang

telah diketahui diameternya dengan menggunakkan jangka sorong (diameter

awal) dan telah diolesi paselin.


3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik

matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam

sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No. Jenis Pengamatan ke :


1 2 3 4 5 6 7
Tanah
1 Entisol ∅1 35,67 34,70 43,76 34,93 34,60 34,46 34,75
∅2 35,42 34,16 34,37 35,15 34,95 34,71 34,70
X 35,55 34,43 34,56 35,04 34,77 34,35 34,73
2 Vertisol ∅1 32,94 28,11 28,02 27,43 27,54 27,36 27,63
∅2 32,96 28,92 27,92 27,48 27,37 27,30 27,77
X 32,95 28,52 27,96 27,71 27,46 27,33 27,7
3 Ultisol ∅1 34,91 32,38 31,41 31,69 31,45 31,30 31,17
∅2 35,28 32,12 30,98 31,44 31,33 31,08 30,83
X 35,10 32,25 31,19 31,57 31,39 31,19 31,00
4 Inceptisol ∅1 34,49 36,65 35,51 36,35 35,78 34,99 35,86
∅2 35,25 31,19 31,57 31,39 31,39 31,19 31,
X 35,87 36,09 35,25 35,84 35,32 35,84 35,32
5 Andisol ∅1 34,41 33,47 34,45 34,16 34,41 34,67 34,56
∅2 34,07 34,39 34,43 34,39 34,21 34,00 34,35
X 34,42 33,93 33,93 34,28 34,31 34,33 34,46

Perhitungan:

diameter awal - diameter akhir


Derajat Kerut = x 100 %
diameter awal

35,30 – 30,30
1. Derajat Kerut Inceptisol = x 100 % = 14,16 %
35,30
35,63 – 27,38
2. Derajat Kerut Vertisol = x 100 % = 23,15 %
35,63

35,53 – 28,37
3. Derajat Kerut Ultisol = x100% = 20,09 %
35,63

35,57 – 32,02
4. Derajat Kerut Andisol = x 100 % = 9,98 %
35,57

35,45 – 31,76
5. Derajat Kerut Entisol = x 100 % = 10,40 %
35,45

B. Pembahasan

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat

yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan

fraksi tanah yaitu

1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya

menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro

lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir

relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama

lain.

2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaitu merupakan pasir mikro. Tanah

keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan

menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang

cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm) yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi

sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan

mengkerut yang besar (Hardjowigeno, 2010).

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Berbagai macam ukuran, tekstur dan struktur sangat mempengaruhi derajat

mengembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral

merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan

organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di

dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah

menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai

dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian

terbesar koloida anorganik, dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman,

1982).

Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga

sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih

seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak


selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan

keabrasifanya (Poerwowidodo, 1991).

Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara

pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I

mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan

massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada

kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung

(Poerwowidodo, 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah menurut Tejoyuwono

(1998) adalah sebagai berikut:

1. Kandungan Liat

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.

2. Bahan Organik

Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan

bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.

3. Cahaya Matahari

Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan

semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.

4. Kandungan Air

Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin

kecil. Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air, Sedangkan tanah

berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi

jelek,lengket dan sulit dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi

mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak

mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah,

mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Selain itu,

derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat

kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.

Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi

kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,

bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

Pengukuran derajat kerut tanah dilakukan 2 jam sekali dengan tujuan bahwa

air pada tanah yang diamati sudah menguap terkena sinar matahari. Sehingga akan

mudah menentukan pengolahan tanah selanjutnya maupun penentuan tanaman

yang sesuai untuk jenis tanah yang sudah diketahui derajat kerutnya itu.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Besar derajat kerut tanah pada msing-masing jenis tanah adalah

a. Ultisol = 58,1%

b. Inceptisol = 9,56%

c. Entisol = 9,56%

d. Andisol = 4,34%

e. Vertisol = 64,5%

2. Tanah yang memiliki derajat kerut terbesar adalah jenis tanah Vertisol dan

tanah yang memiliki derajat kerut terkecil adalah Andisol.

B. Saran

Sebaiknya praktikan membuat jadwal pengamatan terhadap derajat kerut

tanah ini, karena jika waktu pengamatan dan pengukuran tidak teratur akan

berdampak terhadap data pengamatan yang tidak atau sulit konstan.


DAFTAR PUSTAKA

Aburizal, F,dkk. 2012. “Studi Perubahan Karakteristik Fisik, Mekanikk dan

Dinamik Terhadap Siklus Pembahasan Pada Tanah Lereng dengan

Kedalaman 5-20 m di Ngantang-Malang”. Jurnal Teknik Pomits. Volume

1, Nomor 1:1-6.

Aji, Soeharto. 2012. Analisis Derajat Kerut Tanah. Bogor : Fakultas Kehutanan.

Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. 1989. Ilmu

Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta :

Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, Sarwono.2010.Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. CV. Jakarta: Rajawali.

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Soegiman.1982.Ilmu Tanah. PT.Bhrata.Karya Aksara.Jakarta.

Tejoyuwono, Notoh Adi Prawiro. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai