Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kerja sekarang ini, banyak sekali industri menggunakan
motor untuk pengoperasiannya. Kebanyakan motor yang digunakan adalah motor
induksi. Salah satu aplikasi motor induksi di industri adalah untuk
menggerakkan conveyor. Kelancaran akan sistem produksi di industri sangat
ditentukan oleh kinerja dari motor induksi.
Motor induksi yang sering digunakan adalah motor induksi 3 fasa. Motor
ini memiliki kelebihan dari segi teknis dan segi ekonomis. Segi teknis, motor ini
memiliki daya yang besar, konstruksi yang sederhana, kokoh dan perawatannya
yang mudah, sedangkan dari segi ekonomis, motor ini memiliki harga yang
murah sehingga motor induksi mulai menggeser penggunaan motor dc dalam
dunia industri. Namun dalam kenyataannya, motor induksi paling banyak
menimbulkan goncangan tegangan (flicker) dan arus awal (starting) yang besar
(5–7 kali Inominal).
Hal ini akan menyebabkan drop tegangan yang besar pada pasokan
tegangan PLN. Untuk motor dengan daya kecil, arus starting tidak terlalu
berpengaruh terhadap drop tegangan, sedangkan untuk motor dengan daya
yang lebih besar akan menyebabkan drop tegangan yang besar pula dan
menurunkan kualitas listrik yang berpengaruh pada penerangan yang berkedip
serta hentakan motor yang mengakibatkan motor cepat rusak. Selain itu, untuk
motor berdaya besar, waktu berhenti putaran motor relatif lama. Hal ini
menyebabkan proses produksi di industri mengalami penurunan.
Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan motor induksi adalah
menggunakan metode pengasutan. Sistem pengasutan sekarang ini telah banyak
digunakan secara luas karena memiliki kelebihan antara lain menurunkan
arus starting yang besar. Dengan arus starting yang lebih rendah, maka drop
tegangan PLN tidak terlalu besar dan kualitas listrik menjadi lebih baik serta
motor tidak akan cepat rusak. Selain itu, dengan menggunakan metode
pengereman, untuk motor berdaya besar waktu berhenti putaran motor lebih
cepat sehingga proses produksi di industri dapat berproduksi sesuai dengan target.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini
adalah bagaimana perbandingan arus starting motor induksi 3 fasa rangkaian
(DOL) dan rangkaian Star-Delta pada saat melakukan simulasi di bengkel Listrik
balai katihan kerja NTB.

1.3 Batasan Masalah


Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, memiliki batasan
masalah yaitu mengenai besar arus yang dihasilkan motor induksi 3 Fasa
Rangkaian Direct On Line (DOL) dan rangkaian Star-Delta di Bengkel Listrik
Balai Latihan Kerja NTB.

1.4 Manfaat PKL (Praktek Kerja Lapangan)


Dengan adanya pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa. Adapun manfaat-manfaat tersebut
adalah sebagai berikut :
 Menambah wawasan, dan pengalaman baru yang ada di lapangan dan dapat
membandingkan ilmu teori pada kelas perkuliahan dengan kondisi lapangan.
 Menambah keterampilan praktik, beradaptasi, berkomunikasi, dan
bersosialisasi di dunia kerja.
 Ilmu yang didapatkan pada dunia kerja, menjadi bekal dan motivasi agar
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan Tugas Akhir/Skripsi.

1.5 Tujuan PKL (Praktek Kerja Lapangan)


1.5.1. Umum
1. Menciptakan suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara
dunia perguruan tinggi dan lembaga terkait sebagai pengguna outputnya.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia penelitian dalam
memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri dengan didampingi oleh
pembimbing di lapangan dan sekaligus melatih mahasiswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan praktik.
4. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi Mahasiswa.

1.5.2. Khusus
1. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
(FT) – UNRAM..
2. Melakukan perancangan instalasi untuk pengasutan motor induksi 3 fasa
metode Direct On Line (DOL) dan metode Start-Delta.
3. Menganalisa besar arus masukan (starting) dengan metode pengasutan
langsung (direct on line starting) pada motor induksi 3 fasa.
4. Menganalisa besar arus masukan (starting) dengan metode pengasutan
start-delta pada motor induksi 3 fasa.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang berisikan uraian singkat tentang objek praktek kerja
lapangan meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah,
manfaat kegiatan, tujuan kegiatan, sistematika penulisan dan lokasi PKL.
BAB II TINJAUAN INSTANSI
Merupakan bagian-bagian yang berisikan tentang profil dari balai latihan
kerja NTB yang berfokus pada pelatihan dan penempatan.
BAB III LANDASAN TEORI
Merupakan bagian-bagian yang berisikan teori-teori dasar sebagai
penunjang pembahasan mengenai Instalasi kelistrikan rangkaian DOL dan
rangkaian star-delta serta segala terkait permasalahan yang diambil.
BAB IV PEMBAHASAN
Merupakan bagian yang berisikan uraian proses secara umum langkah-
langkah dalam membuat instalasi motor induksi 3 fasa dengan rangkian DOL dan
rangkaian star-delta.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran yang didapat
dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

1.7 Lokasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Balai Latihan Kerja
NTB Sandubaya, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Waktu pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) terhitung dimulai 4 April sampai dengan 3 Juli 2019.
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Pendahuluan
Balai Latihan Kerja (BLK) NTB merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam penyusunan kebijakan Teknis Latihan Kerja,
pengkajian dan analisis latihan kerja , pemantauan dan pengendalian latihan Kerja
sesuai Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 53 Tahun 2016 tanggal
27 Desember Tahun 2016. Balai Latihan Kerja adalah sarana dan prasarana
tempat pelatihan kerja untuk mendapatkan keterampilan atau yang ingin
mendalami keahlian dibidangnya masing masing.
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan yang
dilaksanakan di BLK NTB adalah Pelatihan Berbasis Kompetensi ( PBK )
merupakan pelatihan kerja yang berkedudukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan di bawah binaan UPTP BLK Lombok Timur Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan Produktivitas (Ditjen Binalatas) Kementerian Ketenagakerjaan RI
dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara
Barat No. 53 Tahun 2016 tanggal 27 Desember tahun 2016.
Gambar 2.1 KEMNAKER Gambar 2.2 Provinsi NTB

2.2. Profil Balai Latihan Kerja NTB


Balai Latihan Kerja Nusa Tenggara Barat memiliki profil dengan data
sebagai berikut:
Nama : Balai Latihan Kerja Nusa Tenggara Barat (BLK NTB)
Alamat kantor : Jln. TGH Saleh Hambali No. 2 Dasan Cermen Mataram
No. Tlp/Fax. : (0370) 637907
Bisnis inti : Pelatihan dan Penempatan Kerja
Jumlah pegawai : 43 karyawan/wati. ( Data per Januari 2019)

2.3. Visi dan Misi Balai Latihan Kerja NTB


2.3.1 Visi
Terwujudnya Tenaga Kerja di NTB yang Produktif dan Sejahtera

2.3.2 Misi
a) Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Calon Tenaga Kerja
Melalui Pelatihan Berbagai Jenis Keterampilan dan Keahlian dengan
Memanfaatkan Sarana dan Prasarana yang Tersedia
b) Membangun Kemitraan dengan Industri ( Dunia Kerja ) dalam Rangka
Mendekatkan dan Mengaplikasikan Kompetensi yang Dimiliki Peserta
Pelatihan
c) Memberikan Pelayanan Informasi Pasar Kerja Melalui Kios 3 in 1 dalam
Rangka Penenpatan Kerja
d) Memberikan Pelayanan Tempat Uji Kompetensi Bagi Pencari Kerja

2.4 Sejarah Singkat Balai Latihan Kerja NTB


Balai Latihan Kerja Mataram didirikan tanggal 26 Juli 1984,diatas tanah
seluas 20.157 M2 berdasarkan SK Menaker RI No.KEP.181/MEN/1984
tertanggal 26 Juli 1984 dan diperbaruhi dengan Sk Menaker RI
No.KEP.88/MEN/1997, disempurnakan Perda Provinsi NTB No.13 Tahun 2001
tanggal 23 Desember 2001 dan PERGUB NTB No. 23 Tahun 2008 tanggal 26
Agustus 2008 tentang Balai Latihan Kerja Mataram dibawah naungan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beralamat di
TGH Saleh Hambali No.2 Mataram Kelurahan Dasan Cermen Kecamatan
Sandubaya Kota Mataram Provinsi NTB, lokasi strategis berada di wilayah
lingkar selatan yang berbatasan antara Kabupaten Lombok Barat dengan Kota
Mataram sekaligus pintu masuk ke Kota Mataram dari Bandara Internasional
Lombok (BIL) dan dari Pelabuhan Laut/Fery Lembar - Padang Bai Bali.
Balai Latihan Kerja Mataram merupakan UPTD di bidang pengembangan
dan perluasan kerja yang berkedudukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
dibawah binaan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
(Ditjen Binalatas) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Balai Latihan Kerja Mataram ini mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam penyusunan
kebijakan Teknis Latihan Kerja, Pengkajian dan Analisis Latihan Kerja,
Pemantauan dan Pengendalian Latihan Kerja.
Berdiri Tgl 26 Juli 1984 (No. Kep. 181/MEN/1984 ),23 Desember 2001
BLKKP Mataram menjadi BLK Mataram,26 Agustus 2008 BLK Mataram
dialihkan menjadi otonomi daerah PERGUB.NTB No. 23 tahun 2008,27
Desember 2016 PERGUB Nomor 53 TH 2016 BLK Mataram Menjadi BLK
NTB.
2.5 Struktur Organisasi Balai Latihan Kerja NTB

KEPALA
HJ. SRI
WILUJENG,S.Sos.,MM

H. Edi Ruswan,ST KA.SUB.BAG. TATA


INSTRUKTUR
Nengah Sulatra USAHA
I Komang Lanus HJ. SRI UTAMI,S.Pd
Zuhriah,S.Pd
Niniek
Rahayu,S.Pd
Nanang
Kurniajaya,A.Md
Zarkasi, A.Md
Mawi Ratnasari,
SE
Hadi
Sulistiawan,SE
Gusti Ayu Komang
I
Rahmat,A.Md
Jaya
Kusuma,A.Md
KASIPENYELENGGARALATIHAN KASIPEMANTAUANEVALUASI
KERJA LATIHANKERJA
HUSNUSABRI,SE.,MM SUHAIMI,S.Sos
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Balai Latihan Kerja NTB
Keterangan :
Pejabat Struktural : 4 orang 
Pejabat Fungsional : 12 orang 
Staf : 15 orang 
Honor Kontrak 11 orang terdiri dari :
Cleaning service 8 orang
Penjaga malam 1 orang
Satpan 2 orang
2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Latihan Kerja NTB
2.6.1 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala UPTD
1. Menyusun kebijakan teknis, koordinasi, fasilitasi program pelatihan kerja.
2. Menyusun rencana dan pelaksanaan kegiatan pelatihan ,serta kerjasama
pelatihan.
3. Menyusun dan menyebarluaskan informasi pelatihan kerja.
4. Melakukan pelatihan dan uji keterampilan/ujikompetensi dan sertifikasi
tenaga kerja.
5. Melakukan TNA (Training Need Analysis) dalam rangka mendekatkan
kurikulum silabus dengan dunia kerja.
6. Mendayagunakan fasilitas pelatihan dan pelayanan kepada masyarakat.
7. Memantau dan mengendalikan latihan kerja.
8. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

2.6.2 Sub Bagian Tata Usaha


1. Menyusun rencana program langkah-langkah operasional kegiatan
ketatausahaan.
2. Memproses surat masuk dan keluar dan mendokumentasikan.
3. Menyiapkan bahan konsep program dan koordinasi pelatihan kerja.
4. Menyiapkan bahan pengelolaan urusan tata usaha.
5. Menyiapkan bahan dan proses urusan kepegawaian.
6. Menyiapkan bahan dan proses perlengkapan kantor.
7. Menyiapkan bahan dan konsep inventarisasi dan pemeliharaan barang.
8. Menyiapkan bahan dan konsep administrasi keuangan DPA.
9. Memeriksa dan meneliti SPJ serta kelengkapannya.
10. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas.
11. Menyusun laporan tentang pelaksanaan kegiatan BLK.

2.6.3 Seksi Penyelenggara Pelatihan Kerja


1. Menyiapkan rencana program kegiatan pelatihan kerja.
2. Merencanakan uji kompetensi melalui sertifikasi.
3. Menyelenggarakan pengembangan program pelatihan kerja.
4. Menyusun kurikulum, silabus dan modul pelatihan kerja.
5. Melaksanakan rekruitmen dan seleksi peserta pelatihan kerja.
6. Menyusun jadwal kegiatan pelatihan kerja.
7. Menyelenggarakan pelatihan kerja .
8. Menyusun laporan penyelenggaraan pelatihan kerja sesuai aturan yang
telah ditetapkan.

2.6.4 Seksi Pemantauan dan Evaluasi Pelatihan Kerja


1. Menyusunrencana/program pemantauan hasil pelatihan kerja.
2. Menyiapkan konsep koordinasi dengan dunia kerja dalam rangka OJT (On
The Job Training).
3. Mengidentifikasi tempat-tempat OJT (On The Job Training).
4. Menyusun bahan konsep evaluasi penyelenggaraan program pelatihan
kerja.
5. Mengidentifikasi permasalahan hasil pelaksanan evaluasi pelatihan kerja.
6. Menyusun data penempatan lulusan pelatihan kerja.
7. Menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan program pelatihan kerja.
2.7. Diagram Alir Pelatihan Berbasis Kompetensi
Pers Pelaksanaa
iapa n
Pelatihan
n di
Lembaga
Pelatihan
HASIL (Off The
Penyebarluas Mandiri
an Informasi
IDENTIFIKA Job
SI Terstruktur
Training
KEBUTUHA
N
PELATIHAN
Kem Pendaftara PROGRAM Ase
bali KURIKULUM
n/Registra sm
ke DAN
Mas si SILABUS
en
yara
kat
Pelatihan di
Tes Menentuk Tempat
Tertulis an Kerja (On
Wawan Metode The Job
cara Seleksi Training)
RCC

Ases
Pen Registrasi men
ent Ulang di
uan Temp
Penerbi
Has tan at
il Surat Kerja
Test Keteran
gan Penerima
an
Sertifikat
Pelatihan Uji
Komp
etensi

Pelapo Sertifikat
ran Kompeten
si
Gambar 2.4 Alur Penerimaan Pelatihan Balai Latihan Kerja NTB

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Pengertian Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem kelistrikan terpadu yang
memiliki hubungan antara komponen satu dengan komponen lainnya sehingga
sampai kepada konsumen yang membutuhkan energi listrik. Pada umumnya
sistem tenaga listrik terdiri dari 3 sub sistem, yaitu:
1. Bagian Pembangkitan (Generator).
2. Bagian Penyaluran atau Transmisi tenaga listrik.
3. Bagian distribusi tenaga listrik.
Tenaga listrik yang telah dihasilkan pada pusat listrik akan ditransmisikan
kebeban melalui saluran transmisi. Sebelum ditransmisikan, tegangan dinaikkan
menggunakan transformator penaik tegangan (step-up) pada pusat listrik.
Tegangan tersebut dinaikkan kelevel tegangan tinggi (antara tegangan 70 kV
sampai 150 kV) atau tegangan ekstra tinggi (diatas 150 kV). Saluran transmisi
yang digunakan bisa berupa saluran udara maupun kabel tanah (Supriyatna,2018).

Gambar 3.1. Sistem Tenaga Listrik (Supriyatna,2018).

3.2 Motor Induksi Tiga Fasa


3.2.1 Pengertian Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran
rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor
dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.
Motor induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang baik, harganya
lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban
dan mempunyai efisiensi tinggi. Mesin induksi adalah mesin ac yang paling
banyak digunakan dalam industri dengan skala besar maupun kecil, dan dalam
rumah tangga. Alasannya adalah bahwa karakteristiknya hampir sesusai dengan
kebutuhan dunia industri, pada umumnya dalam kaitannya dengan harga,
kesempurnaan, pemeliharaan, dan kestabilan kecepatan. Mesin induksi (asinkron)
ini pada umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan
stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik,
melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari perubahan medan magnetik yang
disebabkan oleh arus pada belitan stator.
Hampir semua motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama
motor induksi tiga fasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor
induksi tiga fasa sangat banyak dipakai sebagai penggerak di perindustrian karena
banyak memiliki keuntungan, tetapi ada juga kelemahannya (Fery Citarsa,2018).

Gambar (a) Gambar (b)


Gambar 3.2. Konstruksi Motor Induksi 3 Phasa
(a) rotor (b) stator (Fery Citarsa,2018).

Motor bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran
medan stator,antara putaran rotor dengan putaran medan pada stator terdapat
selisih putaran yang disebut slip Saat pengasutan motor induksi ada lonjakan arus
besar berkisar lima hingga tujuh kali dari arus nominal yang terjadi dalam waktu
yang sangat singkat, dan mengakibatkan jatuh tegangan sesaat (voltage dip).
Fenomena seperti ini akan menyebabkan efek seperti :
1. Torsi yang transient akan menyebabkan stress (tekanan) pada sistem
mekanisnya.
2. Menghambat percepatan putaran motor menuju putaran nominal.
3. Kegagalan kerja pada peralatan lain seperti Relai, Kontaktor dan efek
lainnya (Fery Citarsa,2018).

3.2.2 Prinsip Kerja Motor Induksi tiga phasa


Pada saat terminal tiga fasa stator motor induksi diberi suplai tegangan tiga
fasa seimbang, maka akan mengalir arus pada konduktor di tiap belitan fasa stator
dan akan menghasilkan fluksi bolak-balik . Amplitudo fluksi per fasa yang
dihasilkan berubah secara sinusoidal dan menghasilkan fluks resultan (medan
putar) dengan magnitud yang nilainya konstan yang berputar dengan kecepatan
sinkron. Medan putar akan terinduksi melalui celah udara menghasilkan ggl
induksi (ggl lawan) pada belitan fasa stator.
Medan putar tersebut juga akan memotong konduktor-konduktor belitan
rotor yang diam. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan relatif antara kecepatan
fluksi yang berputar dengan konduktor rotor yang diam, yang disebut juga dengan
slip (s). Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin
ujung (end ring) ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktor-
konduktor rotor. Karena konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus
ditempatkan di dalam daerah medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan
terbentuklah gaya mekanik (gaya lorentz) pada konduktor-konduktor rotor.
Hal ini sesuai dengan hukum gaya lorentz yaitu bila suatu konduktor yang
dialiri arus berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut
akan mendapat gaya elektromagnetik.
Prinsip kerja motor induksi tiga fasa dapat diurutkan sebagai beikut:
1. Apabila sumber tegangan 3 fase dipasang pada kumparan stator, akan
timbul medan putar dengan kecepatan ns = 120 f/P
2. Medan stator tersebut akan mmemotong batang konduktor pada motor
3. Akibatnya pada batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi
4. Karena batang konduktor merupakan rangkaian yang tertutup maka GGL
akan menghasilkan arus (I)
5. Adanya arus (I) didalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada
rotor
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar
untuk memikul kopel pada beban, rotor akan berputar searah dengan
medan putar stator
7. GGL induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh
medan stator. GGL induksi timbul, karena adanya perbedaan relatif antara
kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan medan putar rotor (nr)
(Fery Citarsa,2018).

3.2.3 Karakteristik Motor Induksi tiga phasa


Secara umum motor induksi yang baik mempunyai standar bentuk
karakteristik tertentu. Tiap - tiap motor mempunyai karakteristik
sendiri - sendiri. Dibawah ini disebutkan beberapa karakteristik yang
menggambarkan hubungan antara suatu parameter dan mesin yang
lain, yaitu :
a. Karakteristik Beban Nol
Karakteristik beban nol adalah karakteristik yang
menggambarkan hubunga antara tegangan ke motor dengan arus
daya cos φ motor pada keadaan tanpa beban, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.3, jadi putaran mendekati sinkron
atau sama.

Gambar 3.3 Karakteristik Beban Nol (Zuhal,1991).


b. Karakteristik Rotor yang diblok
Karakteristik motor yang diblok adalah karakteristik yang
menggambarkan hubungan antara tegangan masuk dan arus yang
masuk, cos φ, daya masuk. Seperti yang ditampilkan pada gambar
3.4 dibawah ini :

Gambar 3.4 Karateristik Rotor yang diblok (Zuhal,1991).

c. Karakteristik Start
Karakteristik start ini dipakai untuk menggambarkan
hubungan antara waktu dan arus. Putaran untuk macam – macam
beban pada tegangan masuk konstan. Dari gambar dibawah berikut
(Gambar 2.9) dapat dijelaskan bahwa :
1. Jika waktu start dari motor induksi makin lama, maka pemanas pada
belitan akan lebih besar pula pada elemen pengaman. Hal ini akan
berpengaruh terhadap lifetime dari motor.
2. Arus akhir ke motor lebih tinggi.
3. Putaran akhir motor akan lebih rendah.
Gambar 3.5 Karakteristik Start (Zuhal,1991).
d. Karakteristik Torsi dan Putaran
Daerah kerja motor terletak pada daerah perputaran mendekati ns.
Kopel lawan beban 1 dan 2 pada waktu start < Ts maka motor dapat distart,
masing-masing dengan titik kerja 1 (kopel kerja = T1 dan putaran kerja n1)
dan titik kerja 2. Bila kopel lawan beban pada saat start > Ts maka motor
tidak dapat distart. Selama motor belum berputar, arus motor tinggi. Seperti
yang terlihat pada gambar 2.10 berikut ini :

Gambar 3.6 Karakteristik Torsi dan Putaran (Zuhal,1991).

3.2.4 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa


Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga fasa
pertama - tama perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara
yang berputar serempak membangkitkan ggl lawan tiga phasa yang seimbang di
dalam phasa-phasa stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl
lawan sebesar jatuh tegangan pada impedansi bocor stator, sehingga dapat
dinyatakan dengan persamaan.
V1 = E1 + I1 ( jX1  R1 ) ...(3.1)
Di mana :
V1 = tegangan terminal stator (Volt)
E1 = ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt)
I1 = arus stator (Ampere)
R1 = resistansi efektif stator (Ohm)
X1 = reaktansi bocor stator (Ohm)
Seperti halnya transformator, arus stator dapat dipecah menjadi dua
komponen, komponen beban dan komponen arus penguat. Komponen beban I2
menghasilkan suatu fluks yang akan melawan fluks yang diakibatkan arus rotor.
Komponen arus penguat I , merupakan arus stator tambahan yang diperlukan
untuk menghasilkan fluks celah udara resultan. Arus penguat dapat dipecah
menjadi komponen rugi – rugi inti Ic yang sefasa dengan E1 dan komponen
magnetisasi Im yang tertinggal dari E1 sebesar 90 . Sehingga dapat dibuat
rangkaian ekivalen pada stator, seperti Gambar 3.7 berikut ini

Gambar 3.7 Rangkaian ekivalen stator (Fery Citarsa,2018).

Misalkan pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya dengan
jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator
banyaknya a kali jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan
yang terdapat pada rotor ekivalen magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang
sama seperti stator. Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara
tegangan Erotor yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan E2S
yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah
E2S = a Erotor ...(3.2)
Bila rotor – rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing
masing harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2s
pada rotor ekivalen haruslah :

I2S = ...(3.3)

Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor
ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor yang sebenarnya
haruslah sebagai berikut.

Z2S = = = ...(3.4)

Karena rotor terhubung singkat, hubungan antara ggl frekuensi slip E2s yang
dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I2s pada phasa
tersebut adalah

= = + jSX2 ...(3.5)

Dimana :
Z2s= impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap phasa berpatokan pada stator (Ohm)
R2= tahanan rotor (Ohm)
SX2= reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip (Ohm)
Reaktansi yang didapat pada persamaan dinyatakan dalam cara demikian
karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi X 2 didefinisikan sebagai
harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada
frekuensi stator.
Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.
Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi
slip sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan,
tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik
dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor
adalah S kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator
dan rotor adalah
E2s = S E1 ...(3.6)
Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang
dihasilkan komponen beban I2 dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif
I2s = I2 ...(3.7)
Dengan membagi persamaan (3.6) dengan persamaan (3.7) didapatkan

...(3.8)
Didapat hubungan

= + jSX2 ...(3.9)

Dengan membagi persamaan (3.9) dengan S, maka didapat :

= + jX2 ...(3.10)

Dari persamaan di atas maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor
sebagai berikut.

Gambar 3.8 Rangkaian ekivalen rotor


Dimana:

= + - ...(3.11)

= + ( – 1) ...(3.12)

Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka
dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing – masing
fasanya. Perhatikan gambar di bawah ini :
Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen motor induksi
Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar 3.9
diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan
dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.10 Rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator atau seperti
gambar berikut.

Gambar 3.11 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
Dimana:
X’2 = a2X2 ...(3.13)
R’2 = a2R2 ...(3.14)
Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering
disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan
pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan
demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan
normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus
peneralan yang sangat besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh) dan karena
reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen Rc
dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian ekivalen menjadi gambar berikut.

Gambar 3.12 Rangkaian ekivalen motor induksi dengan mengabaikan tahanan


(Fery Citarsa,2018).

3.2.5 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi


Saat motor induksi dijalankan maka akan membutuhkan arus mula yang
besar, hal ini dikarenakan frekuensi dan reaktansi yang tinggi dalam kondisi
start yaitu dengan slip seratus persen. Jadi dalam rangkaian rotor yang sangat
reaktif, arus rotor tertinggal terhadap ggl rotor dengan sudut yang besar. Hal ini
berarti bahwa aliran arus maksimum terjadi dalam konduktor rotor pada suatu
waktu setelah kerapatan fluksi maksimum stator melewati konduktor tersebut.
Sehingga kondisi ini menghasilkan arus mula yang besar dengan factor daya
yang rendah dan menghasilkan torsi mula yang rendah.
Jika rotor melakukan percepatan,frekuensi rotor menjadi berkurang
dikarenakan nilai slip yang berkurang,hal ini berarti nilai reaktansi rotornya
berkurang sehingga menyebabkan nilai torsinya naik ke harga maksimumnya.
Jika motor mempercepat lebih lanjut,torsi akan turun sesuai dengan harga yang
diperlukan untuk memutar beban dengan kecepatan konstan.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menetukan besar daya yang
diperlukan untuk start motor :
Pstart = Srated x letter code factor
Keterangan:
Pstart = Daya yang diperlukan untuk start motor (kVA)
Srated = Daya nominal motor (Hp)
Letter code factor = Faktor pengali (kVA/Hp)
Berdasarkan jenis motor induksi yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Berdasarkan NEMA Letter Code
Tabel 3.1 Factor Pengali daya start terhadap daya nominal motor induksi
berdasarkan nameplate letter code
Huruf Code Faktor Pengali (kVA/Hp)
A 0 – 3,15
B 3,15 – 3,55
C 3,55 – 4,00
D 4,00 – 4,50
E 4,50 – 5,00
F 5,00 – 5,60

Ist =

Keterangan :
Istart = Arus starting motor (Ampere)
Vnominal= Tegangan nominal motor (Volt)

3.3 Pengasutan Metode Direct On Line (DOL)


3.3.1 Pengertian Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa Direct On Line (DOL)
Pengasutan secara langsung (DOL) adalah metode pemberian tegangan
langsung dari sumber tegangan ke motor listrik melalui perangkat sakelar listrik
(magnetic contactor). Pengasutan ini biasanya hanya digunakan untuk motor –
motor yang berdaya (P) rendah  yaitu di bawah 22 kW,  bila ingin diterapkan pada
motor di atas 22 kW maka harus memastikan arus awalnya tidak mengganggu
kestabilan jaringan penyuplai daya karena saat sakelar listrik diaktifkan maka
motor induksi akan menyerap arus awal (inrush current) antara 5 sampai 6 kali
arus nominal motor. 

3.3.2 Rangkaian Daya dan Kendali Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa Direct
on Line (DOL)
 Rangkaian Daya Motor Induksi System Direct On Line (DOL)
Rangkaian daya ialah suatu rangkaian yang merupakan jalur tegangan
utama motor, biasanya 220 V, 380 V, 660 V bahkan 6,6 kV. Dalam hal ini
komponen utama akan mengalirkan daya dari sumber ke beban (motor).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan gambar:

L1 = Fasa U

L2 = Fasa V

L3 = Fasa W

N = Netral

Pe = Pentanahan

F9 = MCB

K1 = Kontaktor

A1 = Koil input kontaktor

A2 = Koil output kontaktor

M1 = Motor 3 phase

Gambar 3.4 Rangkaian Daya Motor Induksi System DOL

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa fasa R-S-T masuk dalam
rangkaian dengan beberapa komponen, diantaranya thermal overload relay
(TOR) dan 1 buah kontaktor.
Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :
a. Penghantar fasa R-S-T dari sumber masing-masing dihubungkan dengan
Mini Circuit Breaker(CB)
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) memasuki kontaktor.
c. Keluaran fasa dari kontaktor terhubung dengan Thermal Overload Relay
(TOR)
d. Keluaran fasa dari Thermal Overload Relay (TOR) dihubungkan dengan
terminal yang akan dihubungkan dengan motor (Modul, Pelatihan,2015)

 Rangkaian Kontrol Motor Induksi System Direct On Line (DOL)


Mengalirnya atau tidaknya daya untuk motor ini diatur oleh rangkaian
kontrolnya yang melalui kontaktor dengan prinsip memutuskan atau
mengalirkan daya dari sumber ke motor melalui anak kontaknya.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan gambar :

L = fasa R

OL = Emergency stop

S0 = Push button off

S1 = Push button on

K1 = Kontaktor 1

L1 = Lampu indikator

Gambar 3.5 Rangkaian Kontrol Motor Induksi System DOL

Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :


a. Penghantar fasa dari sumber dihubungkan melalui Mini Circuit Breaker
(CB).
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) masuk ke inputan tombol
Emergency Stop
c. Keluaran fasa dari Emergency Stop masuk ke inputan Thermal Overload
Relay (TOR) pada posisi Normally Close (NC)
d. Keluaran fasa dari Thermal Overload Relay (TOR) masuk ke inputan
Push Button Stop atau tombol warna merah (di tengah) pada posisi
Normally Close (NC)
e. Keluaran fasa dari Push Button Stop masuk ke inputan dari beberapa
komponen diantaranya :
1) Push Button On atau tombol warna hijau 1 pada posisi Normally
Open (NO)
2) Anak kontaktor 1 dengan posisi Normally Open (NO)
e. Keluaran fasa dari Push Button On masuk ke koil A1 kontaktor ,
kemudian keluaran koil A2 terhubung ke netral sumber (Modul,
Pelatihan,2015)

3.4 Pengasutan Metode Star – Delta


3.4.1 Pengertian Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa Metode Star-Delta
Star awal dilakukan dalam hubungan bintang dan kemudian motor
beroperasi normal dalam hubungan delta. Pengendalian bintang ke delta dapat
dilakukan dengan sakelar mekanik Y /Δ atau dengan relay / kontaktor magnit.
Metoda starting Y /Δ banyak digunakan untuk menjalankan motor induksi
rotor sangkar yang mempunyai daya di atas 5 kW (atau sekitar 7 HP). Untuk
menjalankan motor dapat dipilih starter yang umum dipakai antara lain : saklar
rotari Y /Δ, saklar khusus Y /Δ atau dapat juga menggunakan beberapa kontaktor
magnit beserta kelengkapannya yang dirancang khusus untul rangkaian starter
Y /Δ.
Perlu diingat jika pada name plat motor tertulis 220/380 V, sedangkan
tegangan jala-jala yang tersedia sumber 3 fasa 380 V, maka motor tersebut hanya
boleh dihubungkan bintang (Y) artinya motor berjalan normal pada hubungan
bintang pada tegangan 380 V. Motor tersebut dapat dilakukan starting Y /Δ.
Apabila dihubungkan pada tegangan jala 3 fasa 220 V. (Modul, Pelatihan,2015)
3.4.2 Rangkaian Daya dan Kendali Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa
 Rangkaian Daya Star-Delta Motor Induksi
Rangkaian daya ialah suatu rangkaian yang merupakan jalur tegangan
utama motor, biasanya 220 V, 380 V, 660 V bahkan 6,6 kV. Dalam hal ini
komponen utama akan mengalirkan daya dari sumber ke beban (motor). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.6 Rangkaian Daya Star-Delta Motor Induksi

Dari gambar diatas dapat dijelaskan menunjukkan bahwa fasa R-S-T


masuk dalam rangkaian dengan beberapa komponen, diantaranya thermal
overload relay (TOR) dan buah kontaktor KI, K2 & K3.
Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :
a. Penghantar fasa R-S-T dari sumber masing-masing dihubungkan dengan
Mini Circuit Breaker (CB)
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) memasuki kontaktor 1,
kontaktor 2, kontaktor 3
c. Keluaran fasa dari kontaktor terhubung dengan Thermal Overload Relay
(TOR)
f. Keluaran fasa dari Thermal Overload Relay (TOR) dihubungkan dengan
terminal yang akan dihubungkan dengan motor. (Modul, Pelatihan,2015)
 Rangkaian Kontrol Star-Delta Motor Induksi

Gambar 3.7 Rangkaian Kontrol Star-Delta Motor Induksi

Keterangan gambar :

L = fasa R

OL = Emergency stop

S0 = Push button off

S1 = Push button on

K1 = Kontaktor 1

K2 = Kontaktor 2

K3 = Kontaktor 3

L1 = Lampu indikator

T1 = Timer

N = Netral
Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :
a. Penghantar fasa dari sumber dihubungkan melalui Mini Circuit Breaker
(CB).
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) masuk ke inputan tombol
Emergency Stop
c. Keluaran fasa dari Emergency Stop masuk ke inputan Push Button Stop atau
tombol warna merah pada posisi Normally Close (NC)
d. Keluaran fasa dari Push Button Stop masuk ke inputan dari beberapa
komponen diantaranya :
- Push Button On atau tombol warna hijau 1 pada posisi Normally Open
(NO)
- Anak kontaktor 1 dengan posisi Normally Open (NO)
e. Keluaran fasa dari Push Button On masuk ke inputan dari beberapa
komponen diantarannya:
- Anak kontaktor 1 dengan posisi Normally Open (NO)
- Anak kontaktor 2 dengan posisi Normally Open (NO)
- Koil kimer dengan posisi Normally Close (NC) pada saat hubung Star
sedangkan posisi Normally Open (NO) pada saat terhubung Delta
f. Keluaran fasa dari anak kontaktor K1 masuk inputan Timer
g. Keluaran fasa dari anak kontaktor K2 terhubung dengan inputan koil K1
(A1)
h. Keluaran fasa dari koil timer dengan posisi Normally Close (NC) terhubung
dengan inputan anak kontaktor K3 dengan posisi Normally Close (NC)
i. Keluaran fasa dari anak kontaktor K3 terhubung dengan inputan koil
kontaktor K2 (A1)
j. Keluaran fasa dari koil timer dengan posisi Normally Open (NO) terhubung
dengan inputan anak kontaktor K2 dengan posisi Normally Close (NC)
k. Keluaran fasa dari anak kontaktor K2 terhubung dengan inputan koil
kontaktor K3 (A1)
l. Keluaran fasa dari timer, kontaktor K1 (A2), , kontaktor K2 (A2), ,
kontaktor K3 (A2) semuanya akan terhubung dengan netral dari sumber
3.5 Kekurangan dan Kelebihan Metode Direct On Line (DOL) dan Metode
Star-Delta
3.5.1 Kekurangan dan Kelebihan Metode Star-Delta
Kelebihan Metode Star-Delta
1. Arus starting lebih efisien dibanding system DOL.
2. Biaya pemeliharaan murah dan realiable dibanding softstater & VSD.
3. Dapat memperpanjang usia motor.
Kelemahan Metode Star-Delta
1. Menggunakan tiga kontaktor sehingga system agak sedikit rumit.
2. Menggunakan banyak komponen dimana potensi kerusakan lebih besar
terutama pada relay timer.
3. Cost lebih tinggi disbanding system DOL.

3.5.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode Direct On Line (DOL)


Kelebihan Metode Direct On Line (DOL)
1. Rangkaian lebih praktis & sederhana.
2. Biaya pembuatan murah karena tidak memerlukan banyak komponen
tambahan.
3. Mudah untuk perbaikan dan pemeliharaan
Kekurangan Metode Direct On Line (DOL)
1. Arus starting bisa 7-8 kali arus nominal pada nameplate motor sehingga
menyebabkan motor panas jika terlalu sering start/stop dalam waktu
singkat (bisa memperpendek usia motor).
2. Jika settingan proteksi tidak pas, akan menyebabkan breaker sering trip
dikarenakan Inrush current yang terlau tinggi (Modul, Pelatihan,2015)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Motor Induki Tiga Fasa

Gambar 4.1 Plat Nama Motor Induksi Tiga Fasa

Berdasarkan dari gambar 4.1 pelat nama motor, nilai tegangan motor dari
spesifikasi motor di atas adalah nilai tegangan yang lebih kecil, yaitu 380 V.
Berarti kumparan-kumparan pada motor harus mendapatkan tegangan sebesar
380V. Karena jaringan dari PLN adalah sebesar 220/380 V, maka hubungan yang
digunakan adalah hubungan segitiga. Jika dipergunakan hubungan bintang, maka
kumparan motor hanya akan mendapatkan tegangan sebesar 380x√3 = 220 V.
Motor ini cocok untuk diasut dengan pengasutan bintang segitiga dimana saat
start dalam hubungan bintang, belitan bertegangan 220 V, dan beberapa detik
kemudian menjadi hubungan segitiga, belitan bertegangan 380 V, arus 2,75/1.59
A artinya arus nominal saat arus nominal saat kumparan motor dihubungkan Δ =
2,75 A dan arus saat kumparan motor dihubungkan Y = 1,59 A. 0,55 kW / 0,75
HP ini merupakan daya pada motor. Frekuensi = 50 Hz artinya motor dapat
dihubungkan dengan 50 Hz. Frekuensi berhubungan langsung dengan jumlah
putaran yang dihasilkan oleh motor tersebut. 1405 rpm artinya ini merupakan
kecepatan putar motor jika motor dihubungkan dengan 50 Hz menghasilkan
putaran 1405 Rpm. Putaran motor ditentukan oleh jumlah kutub dan frekuensi
jaringan listrik yang ada. Motor induksi ini menggunakan rotor jenis sangkar
bajing dengan jumlah kutub 4.

Tabel 4.1 Data Spesifikasi Motor Induksi Tiga Fasa


Tegangan Arus Frekuensi Kecpatan Jumlah Daya Tahanan
(Volt) (Ampere) (Hz) (rpm) Kutub (kW) (ohm)
220 Δ 2,75
50 1405 4 0,55 23,43
380 Y 1,59

4.2 Analisis Perbandingan Pengukuran Starting Direct On Line DOL dan


Star-Delta
Hasil percobaan starting motor induksi tiga fasa dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil percobaan starting star-delta dan DOL
Metode Sumber Arus Arus
pengasutan tegangan starting Nominal
AC (V) (A) (A)

Star-delta 380 6,34 1,59

DOL 380 11,02 1,59

Berdasarkan hasil percobaan ketika motor dioperasikan dengan tegangan


nominalnya yaitu 380 V (VLL) menarik arus starting sekitar 3-5 kali arus
nominalnya yaitu 6,34 A dan arus nominalnya 1,59 A. Sedangkan untuk hasil
pengukuran secara Direct On Line dengan koneksi motor delta yang diopersikan
dengan tegangan nominalnya maka menarik arus starting 7 kali arus nominalnya
sebesar 11,02 A dan arus nominalnya sebesar 1,59 A. Grafik 4.1 dan 4.2
Menunjukkan diagram perbandingan besarnya arus starting dan arus nominal
motor induksi dengan metode Direct On Line dan star-delta.
Grafik 4.1 Perbandingan Arus Starting Metode DOL dan Star-delta

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai arus start pada metode
start-delta sebesar 6,34 A sedangkan arus start pada metode direct on line (DOL)
sebesar 19,25 A. Direct On Line merupakan sistem pengasutan secara langsung.
Jadi tegangan yang masuk adalah tegangan yang benar – benar 100% dari sumber
yaitu PLN, sehingga arus start yang dihasilkan lebih besar perbedaannya
dibandingkan dengan metode star-delta. Hal ini dapat dilihat pada grafik diatas.
Pada pengasutan star-delta tegangan stator itu dipengaruhi oleh rangkaian kontrol
yang berfungsi untuk merubah posisi hubungan motor dari bentuk star ke delta
dimana metode pengasutan ini memanfaatkan penurunan tegangan yang di suplay
ke motor saat stator terhubung dalam rangkaian bintang. Jadi hasil dari arus start
yang dihasilkan lebih kecil dari pengasutan Direct On Line DOL.
Grafik 4.2 Perbandingan Arus Nominal Metode DOL dan Star-delta

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai arus nominal pada
metode star-delta dan metode Direct On Line (DOL) adalah sebesar 1,59 Ampere.
Hal ini menyatakan bahwa motor induksi 3 fasa ini bekerja pada arus nominal
1,59 Ampere.

4.3 Analisa Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Perhitungan


 Metode Start-Delta
Berdasarkan hasil pengukuran maka didapatkan:
Diketahui:
Daya output = 0,75 HP
Code letter factor = F (5,60)
Maka, arus starting metode star-delta dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

= 0,75 x 5,60
= 4,2 kVA = 4200 VA

Ist =
= = 6,4 A

Dari hasil perhitungan didapat besar arus starting motor adalah sebesar
6,4 Ampere, sedangkan dari data hasil pengukuran arus starting yang di
dapatkan adalah sebesar 6,34 Ampere. Sehingga dapat dibandingkan, batas
arus starting yang di dapatkan dalam perhitungan adalah sebesar 6,4 : 1,59 =
4,1 kali dari arus nominalnya. Sedangkan batas arus starting yang
didapatkan dari pengukuran yang dilakukan adalah sebesar 6,34 : 1,59 = 3,9
kali dari arus nominalnya. Hal ini membuktikan bahwa hasil arus
pengasutan yang di dapat dari perhitungan dan pengukuran masih di dalam
rentang arus start pada sistem pengasutan metode start-delta yaitu 3-5 kali
arus nominalnya.

 Metode Direct On Line (DOL)


Berdasarkan hasil pengukuran maka didapatkan:
Diketahui:
Daya output = 0,75 HP
Code letter factor = F (5,60)
Maka, arus starting metode direct on line (DOL) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

= 0,75 x 5,60
= 4,2 kVA = 4200 VA

Ist =

= = 6,4 A

Dari hasil perhitungan didapat besar arus starting motor adalah sebesar
6,4 Ampere, sedangkan dari data hasil pengukuran arus starting yang di
dapatkan adalah sebesar 11,02 Ampere. Sehingga dapat dibandingkan, batas
arus starting yang di dapatkan dalam perhitungan adalah sebesar 6,4 : 1,59
= 4,1 kali dari arus nominalnya. Sedangkan batas arus starting yang
didapatkan dari pengukuran yang dilakukan adalah sebesar 11,02 : 1,59 = 7
kali dari arus nominalnya. Hal ini membuktikan bahwa hasil arus
pengasutan yang di dapat dari perhitungan dan pengukuran masih di dalam
rentang arus start pada sistem pengasutan metode Direct On Line yaitu 4 -7
kali arus nominalnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja lapangan di Balai Latihan Kerja (BLK)
NTB dan melakukan pelatihan serta mempelajari cara melakukan instalsi listrik
satu fasa maupun tiga fasa dan melakukan simulasi pengasutan motor induksi tiga
fasa di bengkel listrik balai latihan kerja NTB, dapat disimpulkan bahwa :
1. Instalasi pengasutan motor induksi tiga fasa terdiri dari 2 bagian yaitu
instalasi rangkaian kontrol dan instalasi rangkaian daya. Pada instalsi
rangkaian daya dengan sumber tiga fasa dihubungkan ke motor 3 fasa dan
kontaktor sebagai kontrol. Kemudian pada Instalasi rangkaian kontrol
menggunakan tiga kontaktor untuk proses pengasutan dan pengubah metode
pada pengasutan yang dilakukan.
2. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat besar arus starting pada
motor induksi 3 fasa adalah sebesar 19,23 Ampere atau 7 kali arus nominal
dan 6,34 Ampere atau 4 kali arus nominalnya, hasil ini masih dikatakan
ideal untuk metode pengasutan langsung (direct on line starting).
3. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat besar arus starting pada
motor induksi 3 fasa adalah sebesar 6,34 Ampere dan 6,4 Ampere atau 4
kali arus nominal dan masih dikatakan ideal untuk metode pengasutan start-
delta.

5.2 Saran
1. Bagi pihak perusahaan Balai Latihan Kerja (BLK) NTB:
a. Diharapkan dengan adanya kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak
Universitas dan khususnya Fakultas Teknik untuk membantu dan
mendukung terlaksananya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi
mahasiswa.
b. Diharapkan dapat memberi pandangan dan bimbingan untuk mahasiswa
PKL agar mampu mengenal dunia kerja dan menghadapi setiap
tantangan didalamnya.
c. Meningkatkan semangat kerja dalam melaksanakan setiap visi dan misi
perusahaan untuk mencapai tingkat pelayanan yang optimal
kepelanggan.
2. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL):
a. Sebelum melaksanakan PKL ada baiknya untuk mempersiapkan
materi sesuai dengan tujuan dilaksanakannya PKL.
b. Mempersiapkan pribadi untuk menghadapi dunia kerja.
c. Tetap menjaga nama baik pribadi maupun almamater yang dibawa
saat melaksanakan PKL.
d. Lebih membuka diri dan percaya diri sehingga diharapkan aktif
mencari informasi dengan petugas yang ada di lapangan, guna
memudahkan pengolahan data dalam penyusunan laporan PKL.
e. Mentaati peraturan-peraturan yang diterapkan perusahaan maupun
instansi tempat pelaksaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Anda mungkin juga menyukai