PENDAHULUAN
1.5.2. Khusus
1. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
(FT) – UNRAM..
2. Melakukan perancangan instalasi untuk pengasutan motor induksi 3 fasa
metode Direct On Line (DOL) dan metode Start-Delta.
3. Menganalisa besar arus masukan (starting) dengan metode pengasutan
langsung (direct on line starting) pada motor induksi 3 fasa.
4. Menganalisa besar arus masukan (starting) dengan metode pengasutan
start-delta pada motor induksi 3 fasa.
2.1 Pendahuluan
Balai Latihan Kerja (BLK) NTB merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam penyusunan kebijakan Teknis Latihan Kerja,
pengkajian dan analisis latihan kerja , pemantauan dan pengendalian latihan Kerja
sesuai Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 53 Tahun 2016 tanggal
27 Desember Tahun 2016. Balai Latihan Kerja adalah sarana dan prasarana
tempat pelatihan kerja untuk mendapatkan keterampilan atau yang ingin
mendalami keahlian dibidangnya masing masing.
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan yang
dilaksanakan di BLK NTB adalah Pelatihan Berbasis Kompetensi ( PBK )
merupakan pelatihan kerja yang berkedudukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan di bawah binaan UPTP BLK Lombok Timur Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan Produktivitas (Ditjen Binalatas) Kementerian Ketenagakerjaan RI
dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara
Barat No. 53 Tahun 2016 tanggal 27 Desember tahun 2016.
Gambar 2.1 KEMNAKER Gambar 2.2 Provinsi NTB
2.3.2 Misi
a) Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Calon Tenaga Kerja
Melalui Pelatihan Berbagai Jenis Keterampilan dan Keahlian dengan
Memanfaatkan Sarana dan Prasarana yang Tersedia
b) Membangun Kemitraan dengan Industri ( Dunia Kerja ) dalam Rangka
Mendekatkan dan Mengaplikasikan Kompetensi yang Dimiliki Peserta
Pelatihan
c) Memberikan Pelayanan Informasi Pasar Kerja Melalui Kios 3 in 1 dalam
Rangka Penenpatan Kerja
d) Memberikan Pelayanan Tempat Uji Kompetensi Bagi Pencari Kerja
KEPALA
HJ. SRI
WILUJENG,S.Sos.,MM
Ases
Pen Registrasi men
ent Ulang di
uan Temp
Penerbi
Has tan at
il Surat Kerja
Test Keteran
gan Penerima
an
Sertifikat
Pelatihan Uji
Komp
etensi
Pelapo Sertifikat
ran Kompeten
si
Gambar 2.4 Alur Penerimaan Pelatihan Balai Latihan Kerja NTB
BAB III
DASAR TEORI
Motor bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran
medan stator,antara putaran rotor dengan putaran medan pada stator terdapat
selisih putaran yang disebut slip Saat pengasutan motor induksi ada lonjakan arus
besar berkisar lima hingga tujuh kali dari arus nominal yang terjadi dalam waktu
yang sangat singkat, dan mengakibatkan jatuh tegangan sesaat (voltage dip).
Fenomena seperti ini akan menyebabkan efek seperti :
1. Torsi yang transient akan menyebabkan stress (tekanan) pada sistem
mekanisnya.
2. Menghambat percepatan putaran motor menuju putaran nominal.
3. Kegagalan kerja pada peralatan lain seperti Relai, Kontaktor dan efek
lainnya (Fery Citarsa,2018).
c. Karakteristik Start
Karakteristik start ini dipakai untuk menggambarkan
hubungan antara waktu dan arus. Putaran untuk macam – macam
beban pada tegangan masuk konstan. Dari gambar dibawah berikut
(Gambar 2.9) dapat dijelaskan bahwa :
1. Jika waktu start dari motor induksi makin lama, maka pemanas pada
belitan akan lebih besar pula pada elemen pengaman. Hal ini akan
berpengaruh terhadap lifetime dari motor.
2. Arus akhir ke motor lebih tinggi.
3. Putaran akhir motor akan lebih rendah.
Gambar 3.5 Karakteristik Start (Zuhal,1991).
d. Karakteristik Torsi dan Putaran
Daerah kerja motor terletak pada daerah perputaran mendekati ns.
Kopel lawan beban 1 dan 2 pada waktu start < Ts maka motor dapat distart,
masing-masing dengan titik kerja 1 (kopel kerja = T1 dan putaran kerja n1)
dan titik kerja 2. Bila kopel lawan beban pada saat start > Ts maka motor
tidak dapat distart. Selama motor belum berputar, arus motor tinggi. Seperti
yang terlihat pada gambar 2.10 berikut ini :
Misalkan pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya dengan
jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator
banyaknya a kali jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan
yang terdapat pada rotor ekivalen magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang
sama seperti stator. Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara
tegangan Erotor yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan E2S
yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah
E2S = a Erotor ...(3.2)
Bila rotor – rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing
masing harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2s
pada rotor ekivalen haruslah :
I2S = ...(3.3)
Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor
ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor yang sebenarnya
haruslah sebagai berikut.
Z2S = = = ...(3.4)
Karena rotor terhubung singkat, hubungan antara ggl frekuensi slip E2s yang
dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I2s pada phasa
tersebut adalah
= = + jSX2 ...(3.5)
Dimana :
Z2s= impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap phasa berpatokan pada stator (Ohm)
R2= tahanan rotor (Ohm)
SX2= reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip (Ohm)
Reaktansi yang didapat pada persamaan dinyatakan dalam cara demikian
karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi X 2 didefinisikan sebagai
harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada
frekuensi stator.
Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.
Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi
slip sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan,
tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik
dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor
adalah S kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator
dan rotor adalah
E2s = S E1 ...(3.6)
Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang
dihasilkan komponen beban I2 dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif
I2s = I2 ...(3.7)
Dengan membagi persamaan (3.6) dengan persamaan (3.7) didapatkan
...(3.8)
Didapat hubungan
= + jSX2 ...(3.9)
= + jX2 ...(3.10)
Dari persamaan di atas maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor
sebagai berikut.
= + - ...(3.11)
= + ( – 1) ...(3.12)
Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka
dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing – masing
fasanya. Perhatikan gambar di bawah ini :
Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen motor induksi
Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar 3.9
diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.10 Rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator atau seperti
gambar berikut.
Gambar 3.11 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
Dimana:
X’2 = a2X2 ...(3.13)
R’2 = a2R2 ...(3.14)
Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering
disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan
pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan
demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan
normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus
peneralan yang sangat besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh) dan karena
reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen Rc
dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian ekivalen menjadi gambar berikut.
Ist =
Keterangan :
Istart = Arus starting motor (Ampere)
Vnominal= Tegangan nominal motor (Volt)
3.3.2 Rangkaian Daya dan Kendali Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa Direct
on Line (DOL)
Rangkaian Daya Motor Induksi System Direct On Line (DOL)
Rangkaian daya ialah suatu rangkaian yang merupakan jalur tegangan
utama motor, biasanya 220 V, 380 V, 660 V bahkan 6,6 kV. Dalam hal ini
komponen utama akan mengalirkan daya dari sumber ke beban (motor).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan gambar:
L1 = Fasa U
L2 = Fasa V
L3 = Fasa W
N = Netral
Pe = Pentanahan
F9 = MCB
K1 = Kontaktor
M1 = Motor 3 phase
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa fasa R-S-T masuk dalam
rangkaian dengan beberapa komponen, diantaranya thermal overload relay
(TOR) dan 1 buah kontaktor.
Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :
a. Penghantar fasa R-S-T dari sumber masing-masing dihubungkan dengan
Mini Circuit Breaker(CB)
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) memasuki kontaktor.
c. Keluaran fasa dari kontaktor terhubung dengan Thermal Overload Relay
(TOR)
d. Keluaran fasa dari Thermal Overload Relay (TOR) dihubungkan dengan
terminal yang akan dihubungkan dengan motor (Modul, Pelatihan,2015)
Keterangan gambar :
L = fasa R
OL = Emergency stop
S1 = Push button on
K1 = Kontaktor 1
L1 = Lampu indikator
Keterangan gambar :
L = fasa R
OL = Emergency stop
S1 = Push button on
K1 = Kontaktor 1
K2 = Kontaktor 2
K3 = Kontaktor 3
L1 = Lampu indikator
T1 = Timer
N = Netral
Tahapan pemasangan instalasi rangkain daya ialah sebagi berikut :
a. Penghantar fasa dari sumber dihubungkan melalui Mini Circuit Breaker
(CB).
b. Keluaran fasa dari Mini Circuit Breaker (CB) masuk ke inputan tombol
Emergency Stop
c. Keluaran fasa dari Emergency Stop masuk ke inputan Push Button Stop atau
tombol warna merah pada posisi Normally Close (NC)
d. Keluaran fasa dari Push Button Stop masuk ke inputan dari beberapa
komponen diantaranya :
- Push Button On atau tombol warna hijau 1 pada posisi Normally Open
(NO)
- Anak kontaktor 1 dengan posisi Normally Open (NO)
e. Keluaran fasa dari Push Button On masuk ke inputan dari beberapa
komponen diantarannya:
- Anak kontaktor 1 dengan posisi Normally Open (NO)
- Anak kontaktor 2 dengan posisi Normally Open (NO)
- Koil kimer dengan posisi Normally Close (NC) pada saat hubung Star
sedangkan posisi Normally Open (NO) pada saat terhubung Delta
f. Keluaran fasa dari anak kontaktor K1 masuk inputan Timer
g. Keluaran fasa dari anak kontaktor K2 terhubung dengan inputan koil K1
(A1)
h. Keluaran fasa dari koil timer dengan posisi Normally Close (NC) terhubung
dengan inputan anak kontaktor K3 dengan posisi Normally Close (NC)
i. Keluaran fasa dari anak kontaktor K3 terhubung dengan inputan koil
kontaktor K2 (A1)
j. Keluaran fasa dari koil timer dengan posisi Normally Open (NO) terhubung
dengan inputan anak kontaktor K2 dengan posisi Normally Close (NC)
k. Keluaran fasa dari anak kontaktor K2 terhubung dengan inputan koil
kontaktor K3 (A1)
l. Keluaran fasa dari timer, kontaktor K1 (A2), , kontaktor K2 (A2), ,
kontaktor K3 (A2) semuanya akan terhubung dengan netral dari sumber
3.5 Kekurangan dan Kelebihan Metode Direct On Line (DOL) dan Metode
Star-Delta
3.5.1 Kekurangan dan Kelebihan Metode Star-Delta
Kelebihan Metode Star-Delta
1. Arus starting lebih efisien dibanding system DOL.
2. Biaya pemeliharaan murah dan realiable dibanding softstater & VSD.
3. Dapat memperpanjang usia motor.
Kelemahan Metode Star-Delta
1. Menggunakan tiga kontaktor sehingga system agak sedikit rumit.
2. Menggunakan banyak komponen dimana potensi kerusakan lebih besar
terutama pada relay timer.
3. Cost lebih tinggi disbanding system DOL.
Berdasarkan dari gambar 4.1 pelat nama motor, nilai tegangan motor dari
spesifikasi motor di atas adalah nilai tegangan yang lebih kecil, yaitu 380 V.
Berarti kumparan-kumparan pada motor harus mendapatkan tegangan sebesar
380V. Karena jaringan dari PLN adalah sebesar 220/380 V, maka hubungan yang
digunakan adalah hubungan segitiga. Jika dipergunakan hubungan bintang, maka
kumparan motor hanya akan mendapatkan tegangan sebesar 380x√3 = 220 V.
Motor ini cocok untuk diasut dengan pengasutan bintang segitiga dimana saat
start dalam hubungan bintang, belitan bertegangan 220 V, dan beberapa detik
kemudian menjadi hubungan segitiga, belitan bertegangan 380 V, arus 2,75/1.59
A artinya arus nominal saat arus nominal saat kumparan motor dihubungkan Δ =
2,75 A dan arus saat kumparan motor dihubungkan Y = 1,59 A. 0,55 kW / 0,75
HP ini merupakan daya pada motor. Frekuensi = 50 Hz artinya motor dapat
dihubungkan dengan 50 Hz. Frekuensi berhubungan langsung dengan jumlah
putaran yang dihasilkan oleh motor tersebut. 1405 rpm artinya ini merupakan
kecepatan putar motor jika motor dihubungkan dengan 50 Hz menghasilkan
putaran 1405 Rpm. Putaran motor ditentukan oleh jumlah kutub dan frekuensi
jaringan listrik yang ada. Motor induksi ini menggunakan rotor jenis sangkar
bajing dengan jumlah kutub 4.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai arus start pada metode
start-delta sebesar 6,34 A sedangkan arus start pada metode direct on line (DOL)
sebesar 19,25 A. Direct On Line merupakan sistem pengasutan secara langsung.
Jadi tegangan yang masuk adalah tegangan yang benar – benar 100% dari sumber
yaitu PLN, sehingga arus start yang dihasilkan lebih besar perbedaannya
dibandingkan dengan metode star-delta. Hal ini dapat dilihat pada grafik diatas.
Pada pengasutan star-delta tegangan stator itu dipengaruhi oleh rangkaian kontrol
yang berfungsi untuk merubah posisi hubungan motor dari bentuk star ke delta
dimana metode pengasutan ini memanfaatkan penurunan tegangan yang di suplay
ke motor saat stator terhubung dalam rangkaian bintang. Jadi hasil dari arus start
yang dihasilkan lebih kecil dari pengasutan Direct On Line DOL.
Grafik 4.2 Perbandingan Arus Nominal Metode DOL dan Star-delta
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai arus nominal pada
metode star-delta dan metode Direct On Line (DOL) adalah sebesar 1,59 Ampere.
Hal ini menyatakan bahwa motor induksi 3 fasa ini bekerja pada arus nominal
1,59 Ampere.
= 0,75 x 5,60
= 4,2 kVA = 4200 VA
Ist =
= = 6,4 A
Dari hasil perhitungan didapat besar arus starting motor adalah sebesar
6,4 Ampere, sedangkan dari data hasil pengukuran arus starting yang di
dapatkan adalah sebesar 6,34 Ampere. Sehingga dapat dibandingkan, batas
arus starting yang di dapatkan dalam perhitungan adalah sebesar 6,4 : 1,59 =
4,1 kali dari arus nominalnya. Sedangkan batas arus starting yang
didapatkan dari pengukuran yang dilakukan adalah sebesar 6,34 : 1,59 = 3,9
kali dari arus nominalnya. Hal ini membuktikan bahwa hasil arus
pengasutan yang di dapat dari perhitungan dan pengukuran masih di dalam
rentang arus start pada sistem pengasutan metode start-delta yaitu 3-5 kali
arus nominalnya.
= 0,75 x 5,60
= 4,2 kVA = 4200 VA
Ist =
= = 6,4 A
Dari hasil perhitungan didapat besar arus starting motor adalah sebesar
6,4 Ampere, sedangkan dari data hasil pengukuran arus starting yang di
dapatkan adalah sebesar 11,02 Ampere. Sehingga dapat dibandingkan, batas
arus starting yang di dapatkan dalam perhitungan adalah sebesar 6,4 : 1,59
= 4,1 kali dari arus nominalnya. Sedangkan batas arus starting yang
didapatkan dari pengukuran yang dilakukan adalah sebesar 11,02 : 1,59 = 7
kali dari arus nominalnya. Hal ini membuktikan bahwa hasil arus
pengasutan yang di dapat dari perhitungan dan pengukuran masih di dalam
rentang arus start pada sistem pengasutan metode Direct On Line yaitu 4 -7
kali arus nominalnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja lapangan di Balai Latihan Kerja (BLK)
NTB dan melakukan pelatihan serta mempelajari cara melakukan instalsi listrik
satu fasa maupun tiga fasa dan melakukan simulasi pengasutan motor induksi tiga
fasa di bengkel listrik balai latihan kerja NTB, dapat disimpulkan bahwa :
1. Instalasi pengasutan motor induksi tiga fasa terdiri dari 2 bagian yaitu
instalasi rangkaian kontrol dan instalasi rangkaian daya. Pada instalsi
rangkaian daya dengan sumber tiga fasa dihubungkan ke motor 3 fasa dan
kontaktor sebagai kontrol. Kemudian pada Instalasi rangkaian kontrol
menggunakan tiga kontaktor untuk proses pengasutan dan pengubah metode
pada pengasutan yang dilakukan.
2. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat besar arus starting pada
motor induksi 3 fasa adalah sebesar 19,23 Ampere atau 7 kali arus nominal
dan 6,34 Ampere atau 4 kali arus nominalnya, hasil ini masih dikatakan
ideal untuk metode pengasutan langsung (direct on line starting).
3. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat besar arus starting pada
motor induksi 3 fasa adalah sebesar 6,34 Ampere dan 6,4 Ampere atau 4
kali arus nominal dan masih dikatakan ideal untuk metode pengasutan start-
delta.
5.2 Saran
1. Bagi pihak perusahaan Balai Latihan Kerja (BLK) NTB:
a. Diharapkan dengan adanya kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak
Universitas dan khususnya Fakultas Teknik untuk membantu dan
mendukung terlaksananya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi
mahasiswa.
b. Diharapkan dapat memberi pandangan dan bimbingan untuk mahasiswa
PKL agar mampu mengenal dunia kerja dan menghadapi setiap
tantangan didalamnya.
c. Meningkatkan semangat kerja dalam melaksanakan setiap visi dan misi
perusahaan untuk mencapai tingkat pelayanan yang optimal
kepelanggan.
2. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL):
a. Sebelum melaksanakan PKL ada baiknya untuk mempersiapkan
materi sesuai dengan tujuan dilaksanakannya PKL.
b. Mempersiapkan pribadi untuk menghadapi dunia kerja.
c. Tetap menjaga nama baik pribadi maupun almamater yang dibawa
saat melaksanakan PKL.
d. Lebih membuka diri dan percaya diri sehingga diharapkan aktif
mencari informasi dengan petugas yang ada di lapangan, guna
memudahkan pengolahan data dalam penyusunan laporan PKL.
e. Mentaati peraturan-peraturan yang diterapkan perusahaan maupun
instansi tempat pelaksaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).